Tempat Pengungsian di Gaza Mulai Penuh, UNRWA: Berisiko pada Kesehatan
UNRWA mengatakan saat ini tempat pengungsian mulai penuh, telah mencapai hampir 3 kali lipat dari kapasitas.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) mengatakan saat ini tempat pengungsian mulai penuh, telah mencapai hampir 3 kali lipat dari kapasitas.
Saat ini, sekitar 629.000 pengungsi berlindung di 150 lokasi PBB di Jalur Gaza.
UNRWA mengatakan banyaknya jumlah pengungsi di tempat pengungsian berisiko pada kesehatan.
“Kondisi kepadatan yang berlebihan saat ini masih menjadi perhatian dan mewakili risiko kesehatan dan perlindungan,” kata UNRWA, dikutip dari BBC.
Beberapa Pasien di Rumah Sakit Gaza Sudah Menunjukkan Gejala Penyakit
Para dokter di Gaza mengatakan beberapa pasien yang tiba di rumah sakit menunjukkan tanda-tanda penyakit.
Baca juga: UNHCR Catat Lebih dari 114 Juta Orang jadi Pengungsi Akibat Perang di Ukraina hingga Gaza
Gejala penyakit tersebut disebabkan oleh kepadatan tempat pengungian dan sanitasi yang buruk.
Badan-badan bantuan juga telah berulang kali memperingatkan akan adanya krisis kesehatan di daerah kantong Palestina.
Wilayah yang kecil dan padat saat ini di bawah blokade Israel yang telah memutus aliran listrik, air bersih dan bahan bakar, dengan hanya konvoi kecil makanan dan obat-obatan PBB yang masuk.
Dokter kesehatan masyarakat di RS Nasser di Khan Younis, Nahed Abu Taaema mengatakan tempat pengungsian yang penuh menjadi tempat berkembang biak penyakit.
“Kerumunan warga sipil dan fakta bahwa sebagian besar sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan menampung banyak orang, merupakan tempat berkembang biak utama penyebaran penyakit,” kata Nahed Abu Taaema, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Utusan Palestina Sindir Negara-negara Berstandar Ganda di PBB, Desak Hentikan Israel Bombardir Gaza
Seorang wanita yang tinggal di rumah sakit PBB, Sojood Najm mengatakan cuaca yang ekstrem di pengungsian membuat anak-anak mengalami sakit.
“Panas di dalam tenda di bawah terik matahari tengah hari dan banyak serangga serta lalat. Di malam hari cuacanya dingin dan tidak ada cukup selimut untuk semua orang. Anak-anak semuanya sakit,” kata Sojood Najm.
Sepertiga Rumah Sakit di Gaza Tidak Beroperasi
Bahan bakar yang semakin menipis, membeuat sepertiga rumah sakit di Gaza tidak beroperasi.
“Kami berlutut meminta operasi kemanusiaan yang berkelanjutan, ditingkatkan, dan dilindungi,” kata kepala keadaan darurat regional WHO, Rick Brennan.
Rumah Sakit swasta Indonesia, yang terbesar di Gaza utara, mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka telah mematikan semuanya kecuali departemen penting terakhir seperti Unit Perawatan Intensif.
Satu-satunya rumah sakit lain yang masih melayani pasien di Gaza utara, Rumah Sakit Beit Hanoun, menghentikan operasinya karena pemboman hebat terhadap kota tersebut.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel