Save the Children: Ada 3.324 Anak Terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober 2023
Save the Children: setidaknya 3.324 anak telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober, sementara 36 anak meninggal di Tepi Barat.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Save the Children melaporkan jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza dalam tiga minggu terakhir kini hampir mencapai 3.324 anak.
Angka itu dibagikan LSM tersebut pada Minggu (29/10/2023) kemarin.
Data yang dihimpun merujuk pada laporan dari Otoritas Kesehatan Palestina.
Save the Children mengungkapkan setidaknya 3.324 anak telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober, sedangkan 36 anak meninggal di Tepi Barat.
“Kematian satu anak adalah satu hal yang terlalu banyak, namun ini adalah pelanggaran berat yang sangat besar,” kata Direktur Save the Children untuk wilayah pendudukan Palestina, Jason Lee.
Lee menekankan bahwa gencatan senjata adalah satu-satunya cara untuk memastikan keselamatan mereka.
"Komunitas internasional harus mendahulukan masyarakat dibandingkan politik – setiap hari yang dihabiskan untuk berdebat menyebabkan anak-anak terbunuh dan terluka," ucap Lee.
"Anak-anak harus dilindungi setiap saat, terutama ketika mereka mencari keselamatan di sekolah dan rumah sakit," tegasnya.
Baca juga: Komentar Rusia soal Pemboman Israel di Gaza, Langgar Hukum Internasional dan Ciptakan Bencana
Pernyataan Lee dikeluarkan setelah Israel melanjutkan operasi darat di Gaza.
Pemboman udara besar-besaran terus berlanjut.
Sebanyak 1.000 anak lainnya dilaporkan hilang di Gaza dan mungkin berada di bawah reruntuhan.
Lebih dari 40 persen dari 8.000 orang yang dipastikan tewas di Gaza adalah anak-anak.
Lalu, lebih dari 6.000 anak terluka di Gaza sejak perang dimulai.
Pada Jumat (27/10/2023), seluruh Gaza jaringan komunikasi di Gaza terputus total.
Secara keseluruhan, setidaknya 1.400 warga Israel dan warga negara asing juga tewas di Israel, sebagian besar akibat serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober.
Organisasi hak asasi manusia, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, telah memperingatkan kendala komunikasi di wilayah kantong tersebut menghambat upaya untuk mendokumentasikan kejahatan perang dan pelanggaran lainnya.
Baca juga: Amerika Ingatkan Israel Lindungi Orang-orang Tak Bersalah di Gaza
Israel telah memberlakukan pengepungan total terhadap Gaza, penduduk dibiarkan tanpa makanan, air atau listrik setelah serangan Hamas di Israel pada tanggal 7 Oktober.
Israel telah mengizinkan pasokan kebutuhan dasar dan obat-obatan dalam jumlah terbatas untuk mencapai Gaza.
Upaya sedang dilakukan untuk mendapatkan lebih banyak makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan di daerah kantong tersebut, yang telah dibombardir secara intensif oleh pasukan Israel.
Israel Halangi Akses ke Rumah Sakit
Warga Israel yang tinggal di dekat Rumah Sakit (RS) Shifa berujar bahwa Israel melancarkan serangan di dekat RS itu pada hari Sabtu, (28/10/2023).
Mereka juga menyebut Israel menghalangi jalan menuju ke RS terbesar di Gaza itu.
Israel menuding Hamas memiliki pos komando rahasia di bawah RS. Namun, Israel tidak menyertakan bukti untuk menguatkan tudingannya.
Saat ini dilaporkan ada puluhan ribu orang yang berlindung di kompleks RS tersebut.
"Jalan menuju ke rumah sakit makin susah,” kata Mahmoid al-Sawah yang turut berlindung di RS.
“Tampaknya mereka ingin memutus (akses) ke RS itu," ujarnya.
Baca juga: Netanyahu Minta Maaf dan Hapus Cuitan usai Salahkan Kepala Intelijen Israel soal Serangan Hamas
Hamas dengan tegas membantah tuduhan dari Israel bahwa pihaknya menggunakan RS untuk keperluan militer.
Ezzat El-Reshiq, salah satu pejabat Hamas, mengatakan tudingan Israel itu tidak didasarkan pada bukti.
Menurut El-Reshiq, tudingan itu justru adalah upaya Israel untuk menargetkan serangan ke RS yang menjadi tempat berlindung itu.
Sebelumnya, melansir dari Al Jazeera, Danies Hagari selaku juru bicara Israel menyebut Hamas telah “mengubah rumah sakit menjadi pusat komando dan kendali serta tempat bersembunyi bagi para teroris Hamas”.
Hagari juga menuduh Hamas menyimpan minyak untuk keperluan militer di dalam RS itu.
Perang Hamas-Israel dilaporkan telah menewaskan lebih dari 100 tenaga kesehatan.
Selain itu, ada sebanyak 15 RS di Gaza yang terpaksa berhenti beroperasi.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Febri)