Empat Tentaranya Tewas, Militer Arab Saudi Siaga 1 Setelah Bentrok dengan Ansrallah Houthi Yaman
Ansarallah juga meluncurkan rudal ke arah Israel untuk mendukung perlawanan Palestina, namun ditembak jatuh oleh pertahanan udara Saudi
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Empat Tentaranya Tewas, Militer Arab Saudi Siaga 1 Setelah Bentrok dengan Ansrallah Houthi Yaman
TRIBUNNEWS.COM - Militer Arab Saudi dilaporkan menerapkan status siaga 1 (kondisi siaga tinggi) menyusul bentrokan dengan Ansarallah (Houthi) di Yaman, Senin (30/10/2023).
Laporan Bloomberg melansir, selain bentrokan dengan militer Arab Saudi, gerakan perlawanan Yaman itu juga menembakkan rudal dari negara kerajaan tersebut ke arah Israel.
Baca juga: AS: Serangan Rudal Jelajah dan Lusinan Drone Ansarallah Yaman ke Israel Berlangsung Sembilan Jam
"Empat tentara Saudi tewas dalam pertempuran dengan pasukan Ansarallah di pegunungan barat daya Provinsi Jazan di perbatasan dengan Yaman," kata sumber yang berbicara dengan Bloomberg.
Laporan Bloomberg itu menekankan kalau bentrokan terbaru ini potensial menggagalkan upaya kesepakatan damai untuk mengakhiri konflik yang telah menghancurkan Yaman sejak tahun 2015.
Ancam Kesepakatan Damai Perang Yaman
Arab Saudi dan kelompok Houthi Ansarallah Yaman menang sudah terlibat pertempuran selama bertahun.
Inisiatif perdamaian di Yaman memperoleh momentum emasnya setelah dua negara musuh bebuyutan di kawasan, yakni Arab Saudi dan Iran, sepakat memulihkan kembali hubungan diplomatik mereka dalam perundingan di Beijing yang dimediasi China, 10 Maret 2023.
Perang Yaman kerap dipandang sebagai salah satu perang proksi antara Arab Saudi dan Iran.
Kelompok Houthi, mitra aliansi Iran di negara itu, menggulingkan pemerintahan Yaman dukungan Arab Saudi.
Kelompok tersebut menguasai ibu kota Sana’a sejak akhir 2014 dan secara de facto mengontrol wilayah utara Yaman.
Di bawah koalisi Arab yang dipimpinnya, Arab Saudi mulai menyerang Houthi pada tahun 2015.
“Sebelum eskalasi terjadi, kedua belah pihak berada di titik puncak kesepakatan meskipun empat tentara Bahrain yang bertugas di koalisi Saudi tewas dalam serangan pesawat tak berawak (Ansarallah) bulan lalu,” lanjut laporan itu.
Saudi Cegat Rudal ke Israel
Adapun gerakan perlawanan Ansarallah Houthi berusaha menunjukkan dukungan kepada Palestina setelah pecahnya perang pada 7 Oktober.
Hari itu, Hamas menembakkan roket dan menyusupkan pejuang dari Gaza ke Israel, menyerang pangkalan militer dan permukiman serta membunuh dan menawan ratusan warga Israel.
Israel menanggapinya dengan pengepungan total terhadap Gaza dan kampanye pengeboman yang telah menewaskan lebih dari 8.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, dalam waktu kurang dari tiga minggu.
Pada tanggal 19 Oktober, kapal angkatan laut USS Carney menembak jatuh empat rudal dan beberapa drone yang ditembakkan dari Yaman yang dikuasai Ansarallah. Arab Saudi dilaporkan mencegat rudal kelima.
Para pejabat AS mengatakan rudal dan drone itu mengarah ke utara, kemungkinan besar menuju Israel.
Pada tanggal 27 Oktober, sebuah drone atau rudal Ansarallah merusak sebuah bangunan di Taba dan sebuah proyektil atau puing-puing jatuh di dekat Nuweiba, Mesir.
Menurut Michael Horton dari Institute for Responsible Statecraft, sebuah wadah pemikir kebijakan luar negeri yang berbasis di AS, para pemimpin Ansrallah justru dalam bahaya menjerat diri mereka sendiri dan Yaman dalam lingkaran eskalasi yang akan mengarah pada percepatan kembali pertempuran di Yaman.
Krisis Kemanusiaan Terburuk di Dunia
Perang antara Ansarallah dan koalisi pasukan pimpinan Saudi menewaskan ratusan ribu orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, sebagian besar pertempuran sudah berhenti selama setahun terakhir, karena sebagian besar gencatan senjata tentatif telah dilaksanakan, dan kedua belah pihak telah terlibat dalam perundingan damai yang menyebabkan beberapa pertukaran tahanan.
Horton lebih lanjut mencatat kalau, provokasi terbaru yang dilakukan oleh Houthi [Ansarallah] tidak akan berdampak pada perang Israel-Hamas, namun mereka mungkin memicu serangan balasan oleh AS dan sekutunya.
"Ada kemungkinan bahwa Houthi akan menanggapi setiap serangan udara dengan meningkatkan peluncuran rudal dan drone yang mungkin menargetkan Arab Saudi dan UEA. Houthi telah berhasil menargetkan lokasi-lokasi yang jauh di dalam wilayah kedua negara, termasuk infrastruktur energi penting,” katanya.
“Baik Arab Saudi dan UEA tetap terlibat dalam perang di Yaman dan keduanya akan dipaksa untuk menanggapi serangan yang dipimpin Houthi, mungkin dengan serangan udara mereka sendiri,” tambah Horton.
(oln/blmbrg/tc/*)