AS: Israel Setujui Jeda Kemanusiaan selama 4 Jam Setiap Hari di Jalur Gaza
Israel menyetujui jeda kemanusiaan selama 4 jam setiap hari di Jalur Gaza untuk memungkinkan evakuasi warga dan pengiriman bantuan.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat mengumumkan Israel menyetujui jeda kemanusiaan selama empat jam setiap hari.
Kesepakatan ini untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby mengatakan jeda akan dimulai hari Kamis (9/11/2023).
Sehingga, ini memungkinkan orang-orang melarikan diri dan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan, menurut laporan Reuters.
Jeda tersebut terjadi setelah diskusi antara pejabat Amerika Serikat (AS) dan Israel dalam beberapa hari terakhir, termasuk antara Joe Biden dan sekutunya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
"Kami telah diberitahu oleh Israel bahwa tidak akan ada operasi militer di wilayah ini selama masa jeda, dan proses ini akan dimulai hari ini," kata John Kirby, Kamis (9/11/2023), dikutip dari The Guardian.
Baca juga: Tentara Israel Wanita Tewas di Gaza usai Serangan Udara dari Negaranya Sendiri, Usia Masih 19 Tahun
John Kirby mengatakan, Israel akan memulai jeda selama 4 jam di Jalur Gaza utara.
"Kami memahami bahwa Israel akan mulai menerapkan jeda empat jam di wilayah utara Gaza dengan pengumuman yang akan disampaikan tiga jam sebelumnya," lanjutnya.
Dia menggambarkan berita tersebut sebagai langkah pertama yang signifikan dan AS ingin melihatnya berlanjut selama diperlukan.
John Kirby mengatakan tidak ada gencatan senjata dan hanya jeda sementara.
Menurutnya, gencatan senjata antara Israel dan Hamas adalah keputusan yang tidak tepat karena akan membantu Hamas dan melegitimasi apa yang mereka lakukan pada Sabtu (7/10/2023).
John Kirby memastikan AS tidak akan mendukung hal itu saat ini.
Netanyahu Tolak Gencatan Senjata Tanpa Pembebasan Sandera
Baca juga: 21 Anggota Keluarganya Dibunuh Israel, Warga Palestina: Mereka Melihat Kami sebagai Manusia Binatang
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dikabarkan menolak usulan gencatan senjata tanpa membebaskan orang-orang yang disandera oleh Hamas.