Israel Disebut Kebal Sanksi, Cicit Nelson Mandela: AS dan Media Propaganda Jadi Pelindung
Israel seolah kebal hukuman karena tidak mendapat sanksi atas agresi di Gaza. Cicit Nelson Mandela: AS dan media propaganda jadi pelindung Israel.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Mayibuye Mandela, seorang aktivis politik Afrika Selatan dan cicit Nelson Mandela, mengatakan Israel seolah dibebaskan untuk melakukan apa pun terhadap warga Palestina.
“Tampaknya Israel diberi kekuasaan penuh untuk melakukan apa pun," kata Mayibuye Mandela, menyoroti pemimpin negara-negara yang tidak mengecam pemboman Israel di Jalur Gaza.
"Saya tidak menyalahkan Amerika Serikat (AS), mereka memang selalu berada di pihak yang salah dalam sejarah,” katanya, membicarakan sekutu Israel itu.
Menurutnya, AS juga membantu Israel melalui media pers yang kuat untuk menyebarkan kampanye membela Israel.
"AS memiliki media yang kuat yang didanai oleh para propagandis yang paling kuat," katanya, Rabu (15/11/2023), dikutip dari MENAFN.
Mayibuye Mandela mengatakan, ia meneruskan perjuangan buyutnya, mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, yang mendukung kedaulatan Palestina.
Baca juga: Israel Peringatkan AS-Barat Bisa Jadi Target Hamas, Netanyahu: Ada Poros Hizbullah-Houthi
Ia mencatat, Nelson Mandela telah menyampaikan rasa terima kasihnya yang sebesar-besarnya atas dukungan yang tidak tergoyahkan dari rakyat Palestina.
Palestina adalah salah satu pihak yang berdiri dalam solidaritas dengan Nelson Mandela selama masa-masa kelam apartheid di Afrika Selatan.
Apartheid yaitu kebijakan yang mengatur hubungan minoritas kulit putih dan mayoritas non-kulit putih yang dijadikan warga kelas dua di Afrika Selatan sekitar tahun 1948-an.
Baca juga: Cerita Mengerikan Seorang Dokter Saat Israel Meluncurkan Serangan ke Rumah Sakit Al-Shifa Gaza
Mayibuye Mandela mengatakan tampaknya Israel dapat melakukan apa pun yang diinginkannya tanpa mendapat hukuman.
Dia membandingkan perang Israel-Hamas dengan apartheid di Afrika Selatan.
Ia mengklaim, AS telah mengirim agen CIA untuk menangkap Nelson Mandela selama protes apartheid dan pasukan internasional mensponsori apa yang terjadi melalui media.
Sementara itu, Afrika Selatan telah menyatakan dukungan terhadap Palestina.
"Afrika Selatan telah menjatuhkan sanksi terhadap Israel dan menyerukan perdamaian untuk mendukung Palestina,” kata Mayibuye Mandela.
“Kedutaan Besar Israel harus disingkirkan. Makanan di rak, jika berasal dari Israel, harus disingkirkan. Kita harus memberikan sanksi kepada Israel,” lanjutnya, mendukung gerakan boikot produk Israel dan suporternya.
Baca juga: Desak Hamas Segera Menyerah, Israel Gempur Rumah Sakit Al Shifa di Gaza
Mayibuye Mandela menekankan Afrika Selatan tidak memiliki masalah apapun dengan orang-orang Yahudi, melainkan Zionis, merujuk pada orang-orang yang menganut paham Zionisme.
“Kami mempunyai masalah dengan Zionis yang menindas rakyat Palestina, membunuh anak-anak di Gaza dan wanita hamil,” katanya.
Ia mengatakan, selama apartheid di Afrika Selatan, ada orang kulit putih yang berperang melawan para penindas yang juga merupakan orang kulit putih.
“Situasi idealnya adalah solusi dua negara,” katanya.
Afrika Selatan Dukung Palestina
Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Naledi Pandor, menegaskan posisi negarnya yang mendukung Palestina, namun juga mengecam penyerangan dan penculikan sipil oleh kelompok Palestina, Hamas.
“Kami, yang menikmati kebebasan dari Apartheid, tidak akan pernah menjadi pihak yang menyetujui bentuk penindasan apartheid. Hal ini tidak dapat ditoleransi. Kebrutalan ini tidak boleh diterima,” kata Menteri Luar Negeri Naledi Pandor di parlemen pada Rabu (14/11/2023).
Tindakan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat mengingatkannya pada rezim Apartheid di Afrika Selatan.
"Ini adalah salah satu alasan utama warga Afrika Selatan, seperti halnya masyarakat perkotaan di seluruh dunia, turun ke jalan untuk mengungkapkan kemarahan dan keprihatinan mereka terhadap apa yang terjadi di Gaza dan Tepi Barat,” katanya, dikutip dari AA.
Afrika Selatan telah menarik semua diplomatnya dari Israel untuk membahas serangan Israel di Gaza.
“Genosida yang diawasi oleh komunitas internasional tidak dapat ditoleransi. Bencana besar lainnya dalam sejarah umat manusia tidak dapat diterima,” kata Khumbudzo Ntshavheni, Menteri Kepresidenan Afrika Selatan, Rabu (14/11/2023).
Afrika Selatan juga akan mengambil tindakan terhadap Duta Besar Israel untuk Afrika Selatan, Eliav Belotserkovsky, yang meremehkan orang-orang yang mendukung Palestina.
Hamas Palestina vs Israel
Ketegangan di Jalur Gaza ini terjadi setelah Israel menanggapi serangan terbaru Hamas dalam Operasi Badai Al-Aqsa di Israel, yang menerobos perbatasan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Hamas menculik kurang lebih 240 orang di Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.
Sementara itu, serangan balasan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 11.423 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Selasa (14/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
Setidaknya, 195 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel di Tepi Barat sejak Sabtu (7/10/2023) dan lebih dari 2.500 lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel