30 Bayi Prematur Dievakuasi dari RS Al-Shifa di Gaza
Sebanyak 30 bayi prematur dievakuasi dari rumah sakit al-Shifa di Gaza pada hari Minggu, (19/11/2023) dan akan dipindahkan ke fasilitas di Mesir.
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, sebanyak 30 bayi prematur dievakuasi dari rumah sakit al-Shifa di Gaza pada hari Minggu (19/11/2023), dan akan dipindahkan ke fasilitas di Mesir, dikutip dari Al Arabiya.
Adapun total bayi yang dievakuasi ke arah selatan masih belum bisa dipastikan.
Pasalnya, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sebanyak 30 bayi, sementara WHO menyebutkan sejumlah 32 bayi.
LSM Save the Children mengirim enam ambulans ke Rumah Sakit al-Shifa untuk mengevakuasi bayi-bayi tersebut.
Begitu sampai di selatan, obat-obatan tersebut akan didistribusikan ke rumah sakit Eropa dan Nasser.
Namun rumah sakit di wilayah selatan juga telah mencapai kapasitas maksimal.
Baca juga: Bicara Pembantaian oleh Israel pada Warga Gaza, Abu Salem: Hidup atau Mati, Menyerah Bukan Pilihan
Saat ini terdapat dua belas inkubator di RS Nasser yang sudah terisi dan hanya tersisa enam untuk 31 bayi yang masuk.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan 291 pasien kritis masih dirawat di rumah sakit al-Shifa di Kota Gaza.
Di antara pasien yang dirawat di sana, WHO mengamati adanya patah tulang dan amputasi kompleks, cedera kepala, luka bakar, trauma dada dan perut saat berkunjung ke rumah sakit kemarin.
Kurangnya air bersih, bahan bakar, obat-obatan, makanan dan bantuan penting lainnya selama enam minggu terakhir telah menyebabkan Rumah Sakit Al-Shifa yang dulu merupakan rumah sakit rujukan terbesar, tercanggih, dan terlengkap di Gaza berhenti berfungsi sebagai fasilitas medis.
Tim WHO mengamati bahwa karena situasi keamanan, staf tidak mungkin melakukan pengelolaan limbah secara efektif di rumah sakit.
Baca juga: 12.300 Tewas, 5000 di antaranya Anak-anak, Jumlah Korban Serangan Militer Israel di Gaza Palestina
Koridor dan halaman rumah sakit dipenuhi dengan limbah medis dan padat, sehingga meningkatkan risiko infeksi.
Para pasien dan staf kesehatan yang mereka ajak bicara merasa ketakutan akan keselamatan dan kesehatan mereka, dan meminta untuk dievakuasi.
Rumah Sakit Al-Shifa tidak dapat lagi menerima pasien, dan korban luka dan sakit kini dirujuk ke Rumah Sakit Indonesia yang kewalahan dan hampir tidak berfungsi.
(Tribunnews.com, Widya)