Pemerintah Masih Bahas Rencana Tes TBC bagi Turis Asing yang Hendak Masuk Jepang
Tes TBC baru sebatas rencana dan masih dalam pembahasan lebih lanjut di pemerintahan Jepang.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pemerintah Jepang belum menerapkan tes tuberkulosis (TBC) bagi turis yang hendak masuk Jepang pada tahun 2024 mendatang.
Tes TBC baru sebatas rencana dan masih dalam pembahasan lebih lanjut di pemerintahan Jepang.
"Wacana dari Kementerian Kesehatan Jepang itu bukan baru kali ini saja tetapi sudah diluncurkan sejak tahun 2018. Tetapi implementasinya tertunda dilakukan Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang," papar sumber Tribunnews.com, Senin (20/11/2023).
Tes TBC ditargetkan pada orang-orang yang ingin tinggal selama lebih dari tiga bulan dari Filipina, Vietnam, China, Indonesia, Nepal, dan Myanmar.
Baca juga: 305 Investor Siap Tanamkan Modal di IKN, Terbanyak dari Singapura dan Jepang
"Jadi kalau hanya berkunjung sebagai turis satu dua minggu saja tidak diterapkan," tambahnya.
Rencana penerapan kebijakan baru itu masih terus dalam pembahasan di internal pemerintahan Jepang dengan sangat hati-hati.
"Latar belakang wacana tersebut karena meningkatnya jumlah pasien TBC khususnya dari pasangan orang asing yang ada di Jepang," ujarnya.
Dengan meningkatnya jumlah pasien di Jepang, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang memutuskan untuk memperkenalkan pengujian pada tahun 2018, tetapi implementasinya tertunda.
"Kami sedang membuat persiapan untuk mengimplementasikannya sesegera mungkin, dan kami berharap untuk memulainya tahun fiskal berikutnya," kata Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan, Keizo Takemi, Kamis (16/11/2023) lalu.
Menurut Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan, 10.235 pasien baru tuberkulosis terdaftar di Jepang pada tahun 2022.
Sejak 2021, jumlahnya telah turun di bawah 10 per 100.000 penduduk.
Baca juga: Kepala BKKBN Ungkap TBC Bisa Sebabkan Stunting Pada Anak
Ini menjadikan Jepang sebagai negara dengan prevalensi rendah untuk tuberkulosis yang diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Di sisi lain, 11,9 persen pasien baru berasal dari luar negeri, dan trennya terus meningkat.