Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rachel Corrie, Pelopor Solidaritas Global untuk Palestina, Mati dengan Tubuh Remuk Dibuldoser Israel

Bagi orang Palestina, pengorbanan Corrie luar biasa. Sebelumnya tak ada orang asing berkorban nyawa dengan kematian begitu kejam di negeri mereka.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Rachel Corrie, Pelopor Solidaritas Global untuk Palestina, Mati dengan Tubuh Remuk Dibuldoser Israel
AFP/ANWAR AMRO
(FILE FOTO) Beberapa ratus orang sayap kiri berdemonstrasi dengan gambar aktivis perdamaian Rachel Corrie yang terbunuh di dekat kedutaan AS di Lebanon di Beirut pada tanggal 6 Juni 2010, untuk menyerukan diakhirinya blokade Israel di Jalur Gaza Palestina. (ANWAR AMRO/AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Kini berjuta-juta orang di berbagai negara di dunia menunjukkan solidaritas mereka untuk rakyat Palestina.

Mereka mengutuk penjajahan dan pendudukan Israel atas nama tanah perjanjian, seiring perang berkecamuk di Gaza yang menewaskan lebih dari 13 ribu orang dan puluhan ribu luka-luka.

Bahkan tak sedikit menyerukan boikot segala produk yang dianggap mendukung Zionisme sebagai upaya menghentikan kegilaan Israel, yang mengakibatkan ribuan anak dan perempuan kehilangan nyawa.

Namun, 20 tahun lalu, jauh sebelum hiruk-pikuk gelombang unjuk rasa menentang penjajahan Israel, seorang gadis kelahiran Washington, Amerika Serikat, menunjukkan solidaritas untuk rakyat Palestina dengan nyawanya.

Namanya Rachel Corrie, usianya 23 tahun. Ia berusaha menghentikan buldoser militer Israel yang hendak menghancurkan rumah-rumah orang Palestina di Rafah, Jalur Gaza, pada 16 Maret 2003.

(FILE FOTO) Warga Palestina memegang foto Rachael Corrie di kamp pengungsi di Rafah, di Jalur Gaza selatan, pada 28 Juli 2012, di akhir pertandingan sepak bola lokal, yang diberi nama
(FILE FOTO) Warga Palestina memegang foto Rachael Corrie di kamp pengungsi di Rafah, di Jalur Gaza selatan, pada 28 Juli 2012, di akhir pertandingan sepak bola lokal, yang diberi nama "Piala Rachel Corrie", untuk menghormati aktivis perdamaian AS yang ditabrak oleh buldoser Israel selama demonstrasi menentang pembongkaran rumah di dekat perbatasan Rafah di Jalur Gaza selatan dengan Mesir pada tahun 2003. Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka memahami kekecewaan keluarga mendiang aktivis AS Rachel Corrie setelah pengadilan Israel membebaskan militer dari segala tanggung jawab atas kematiannya. (SAID KHATIB/AFP) (AFP/SAID KHATIB)

Corrie tak gentar berdiri menghadapi mesin ribuan ton yang mantap melaju hingga tubuhnya digilas dan membuat tulang-tulangnya remuk. 

Kematiannya merupakan berita yang tidak biasa bagi media internasional, yang sering memberitakan kematian warga Palestina tanpa menyebutkan nama.

BERITA REKOMENDASI

Demikian pula bagi orang Palestina, pengorbanan Corrie juga bukan hal biasa.

Menurut mereka, tak pernah ada sebelumnya orang asing mengorbankan nyawa dengan kematian yang begitu kejam di negeri mereka.

"Rachel Corrie pelopor solidaritas global terhadap rakyat Palestina. Kini kita melihat bagaimana solidaritas itu tumbuh dan membuahkan hasil,” kata Mohammad Hamayel, jurnalis Palestina di Ramallah kepada The New Arab.

Corrie hadir di tengah orang Palestina. Ia menyuarakan ketidakadilan di sana bukan hanya dengan kata-kata, tapi juga tindakan.

“Saya rasa dia juga menjadi standar bagi para aktivis di seluruh dunia dalam hal membela Palestina,” lanjut Hamayel.

Orang Palestina hingga kini mengenang Rachel Corrie sebagai simbol pengorbanan dan perlawanan.

"Rachel memberikan contoh jauh lebih tinggi dibandingkan sebagian orang Arab, yang banyak berbicara tentang Palestina, namun tidak pernah menunjukkan komitmen nyata," kata Haneen Hanna, orang Palestina yang tinggal di Betlehem.

Berawal tugas kuliah

Rachel Corrie datang ke Gaza sebagai bagian dari tugas kuliahnya untuk menghubungkan kota tempat tinggalnya dengan Rafah dalam sebuah proyek kota kembar.

Di sana ia dan rekan-rekannya terlibat kegiatan aktivisme menghentikan kekerasan sekaligus mencegah penghancuran rumah warga Palestina oleh tentara Israel.

Hanya beberapa pekan setelah kedatangannya di Palestina, tepatnya 16 Maret 2003, Corrie terbunuh ketika ia dan teman-temannya terlibat konfrontasi dengan dua buldoser Israel.

(FILE FOTO) Pengunjuk rasa Palestina memegang poster aktivis perdamaian AS Rachel Corrie, yang terbunuh oleh buldoser tentara Israel pada tahun 2003, dalam demonstrasi memperingati kematiannya di sebuah kamp pengungsi di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 16 Maret 2013. Corrie, Korban berusia 23 tahun, dibunuh oleh buldoser tentara di Rafah pada bulan Maret 2003 ketika dia dan aktivis lainnya berusaha mencegah tentara menghancurkan sebuah rumah. (SAID KHATIB/AFP)
(FILE FOTO) Pengunjuk rasa Palestina memegang poster aktivis perdamaian AS Rachel Corrie, yang terbunuh oleh buldoser tentara Israel pada tahun 2003, dalam demonstrasi memperingati kematiannya di sebuah kamp pengungsi di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 16 Maret 2013. Corrie, Korban berusia 23 tahun, dibunuh oleh buldoser tentara di Rafah pada bulan Maret 2003 ketika dia dan aktivis lainnya berusaha mencegah tentara menghancurkan sebuah rumah. (SAID KHATIB/AFP) (AFP/SAID KHATIB)

Saksi mata mengatakan bahwa buldozer sengaja melaju ke arah Corrie yang mengenakan jaket berwarna jingga terang.

Namun hal itu dibantah oleh pemerintah Israel yang mengatakan bahwa insiden itu adalah sebuah kecelakaan yang disebabkan karena operator buldozer tidak melihat keberadaan Corrie.

Pada tahun 2005 orang tua Corrie mengajukan gugatan perdata terhadap negara Israel.

Mereka menggugat Israel karena tidak melakukan penyelidikan penuh dan kredibel serta bertanggung jawab atas kasus kematian putri mereka.

Dalam gugatan itu, Israel dituntut membayar kompensasi simbolis sebesar 1 dolar Amerika Serikat dan membawa kasus tersebut sebagai langkah keadilan bagi Corrie dan perjuangan rakyat Palestina yang dibelanya.

Pada Agustus 2012 pengadilan Israel menolak gugatan orang tua Corie.

Israel tetap bertahan pada hasil penyelidikan tahun 2003 yang dilakukan oleh militer Israel yang memutuskan mereka tidak bertanggung jawab atas kematian Corrie.

Kehidupan dan perjuangan Rachel Corrie diabadikan dalam banyak penghormatan, diantaranya drama yang berjudul My Name Is Rachel Corrie dan sebuah paduan suara The Skies are Weeping.

Tulisan-tulisannya dibukukan pada 2008 berjudul Let Me Stand Alone.

Buku tersebut mengisahkan tentang "proses pendewasaan seorang wanita muda yang ingin membuat dunia sebagai tempat yang baik.

Sebuah lembaga sosial Rachel Corrie Foundation for Peace and Justice didirikan untuk melanjutkan perjuangannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas