Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anggota NATO: Upaya Uni Eropa Sia-sia, Hanya Membuat Ukraina Kehabisan Rakyatnya

Bahwa strategi NATO adalah tentara Ukraina berjuang dan menang di garis depan. Rusia akan kalah dan kekalahan itu akan menciptakan perubahan di Moskow

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Anggota NATO: Upaya Uni Eropa Sia-sia, Hanya Membuat Ukraina Kehabisan Rakyatnya
NBC News
Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban 

TRIBUNNEWS.COM -- Upaya Uni Eropa (UE) untuk mendanai perang Ukraina mengusir Rusia dianggap hanya sia-sia.

Peperangan yang dilakukan Ukraina dianggap hanya terus mengurangi rakyatnya Volodymyr Zelensky tersebut.

Hal ini diutarakan oleh Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban bahwa strategi Amerika Serikat dan UE bukannya melokalisasi konflik, namun meningkatkannya jadi konflik global.

Baca juga: Rusia Luncurkan 71 Drone Buatan Iran ke Ukraina: Kiev Gelap Gulita Saat Suhu di Bawah Titik Beku

Hongaria adalah anggota NATO yang dikenal vokal dalam penanganan perang Rusia-Ukraina. Bahkan kebijakan negara itu dianggap tak membantu Ukraina.

Ia menjelaskan, bahwa strategi para donatur Ukraina termasuk NATO adalah tentara Ukraina berjuang dan menang di garis depan. Rusia akan kalah dan kekalahan itu akan menciptakan perubahan di Moskow.

Akan tetapi hal itu menurutnya tidak terjadi, justru tentara Ukraina yang dipukul mundur dan Rusia semakin masuk ke dalam wilayah Ukraina.

“Itulah strateginya: Kami membiayai, rakyat Ukraina berjuang dan mati. Namun, di mana kita berada sekarang, jelas bahwa Ukraina tidak akan menang di garis depan.

Berita Rekomendasi

Tidak ada solusi di medan pertempuran. Rusia tidak akan kalah. Tidak akan ada perubahan politik di Moskow. Inilah kenyataannya,” kata kata Orban pekan lalu di sebuah acara perayaan 90 tahun mingguan konservatif Swiss Weltwoche di Zurich.

Pemimpin Hongaria ini menyebut bahwa Rusia tidak akan kalah dan kebijakannya tidak akan berubah.

"Oleh karena itu, kita harus menghadapi kenyataan. Kita harus beralih ke Rencana B. Sayangnya Uni Eropa tak memiliki rencana seperti itu,” tegas Orban.

Pekan lalu Orban dilaporkan meminta UE mengkaji ulang strateginya, dan memperingatkan bahwa ia akan menentang bantuan lebih lanjut kecuali para pemimpin blok tersebut memastikan tujuan mereka dapat dicapai secara realistis tanpa dukungan AS yang berkelanjutan.

“Dewan Eropa harus melakukan diskusi yang jujur dan terbuka mengenai kelayakan tujuan strategis UE di Ukraina,” tulis Orban dalam suratnya kepada Presiden Dewan Eropa Charles Michel, dikutip dari Politico.

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-640, PM Slovakia Anggap Perang Moskow-Kyiv sebagai Konflik Beku

Sejak awal konflik Rusia-Ukraina, PM Hongaria menyerukan solusi yang dinegosiasikan, daripada memperpanjang krisis dan mengambil risiko eskalasi lebih lanjut.

Meskipun ia mengutuk tindakan Moskow, ia masih berulang kali berselisih dengan Brussels (markas NATO), dengan mengatakan bahwa sanksi terhadap Rusia menghancurkan perekonomian Eropa.

Panglima Ukraina Tak Miliki Rencana 2024

Sementara itu pihak dalam di Ukraina mulai pecah. Bahkan mulai berani mengkritik kebijakan pemerintah sendiri.

Wakil ketua komite keamanan, pertahanan dan intelijen parlemen Ukraina, Mariana Bezuglay mengatakan, yang ada dalam program 2024 hanya terus memobilisasi rakyat Ukraina untuk berperang.

“Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina tidak dapat memberikan rencana [strategis] untuk tahun 2024,” tulis Bezuglaya menyindir panglima militer tertinggi Ukraina, Jenderal Valery Zaluzhny, dalam postingan di halaman Facebook-nya pada Minggu (26/11/2023).

Foto yang diambil pada 17 Oktober 2023 ini menunjukkan sebuah klub kapal pesiar yang rusak akibat jatuhnya sisa-sisa drone Rusia yang ditembak jatuh di Odesa pada 17 Oktober 2023, di tengah invasi Rusia di Ukraina.
Foto yang diambil pada 17 Oktober 2023 ini menunjukkan sebuah klub kapal pesiar yang rusak akibat jatuhnya sisa-sisa drone Rusia yang ditembak jatuh di Odesa pada 17 Oktober 2023, di tengah invasi Rusia di Ukraina. (Oleksandr GIMANOV / AFP)

Ia menyebutkan Jenderal Valery Zaluzhny tidak memiliki rencana untuk jenis peperangan apa pun.

Sikap kepemimpinan militer seperti itu telah menjadi kemunduran besar bagi anggota parlemen yang merencanakan anggaran negara untuk tahun depan, kata anggota parlemen senior tersebut.

Permasalahan ini telah berkembang baik di parlemen maupun di markas besar pimpinan militer, setidaknya sejak musim panas, ungkap Bezuglaya.

Saat itu, militer Ukraina sedang melancarkan serangan militer skala besar yang digembar-gemborkan pada awal Juni.

Operasi tersebut sebagian besar tidak berhasil karena tidak memungkinkan pasukan Kiev untuk menguasai wilayah besar namun menyebabkan kerugian besar di pihak Ukraina baik personel maupun peralatan, termasuk puluhan perangkat keras yang dipasok Barat seperti tank dan kendaraan tempur infanteri.

Menurut Bezuglaya, Zaluzhny dan komandan tinggi lainnya sejauh ini gagal menyajikan rencana rinci untuk pelatihan di masa depan, rotasi pasukan, atau pendanaan yang dibutuhkan untuk beberapa brigade baru yang seharusnya mereka bentuk.

Sebaliknya, militer Ukraina “hanya mengatakan bahwa mereka perlu merekrut tidak kurang dari 20.000 warga negara setiap bulannya,” tambah anggota parlemen senior tersebut dikutip dari Pravda.

“Jika kepemimpinan militer tidak dapat memberikan rencana apa pun untuk tahun 2024 dan semua usulan mereka untuk mobilisasi bermuara pada fakta bahwa diperlukan lebih banyak orang tanpa perubahan pada sistem Angkatan Bersenjata, maka kepemimpinan [militer] ini harus disingkirkan,” ujar Bezuglaya, yang merupakan anggota partai 'Hamba Rakyat' yang dipimpin Presiden Vladimir Zelensky.

Faksi partai presiden di parlemen menolak memberikan komentar apa pun atas kata-kata Bezuglaya ketika didekati oleh surat kabar Ukraina ‘Pravda’.

Pada awal November, Zaluzhny mengakui dalam sebuah wawancara dengan The Economist bahwa situasi di garis depan pada dasarnya adalah kebuntuan ala Perang Dunia I.

Dia juga mengatakan bahwa Rusia lebih unggul dalam peperangan semacam itu karena cadangan personelnya yang unggul dan sumber daya materialnya yang besar. Penilaian ini kemudian ditolak oleh Zelensky.

Presiden juga memperingatkan para pemimpin militer di negaranya untuk tidak terlibat dalam politik atau berisiko merugikan “persatuan bangsa.”

Rekrut Orang Lanjut Usia Jadi Tentara

Dikutip dari Russia Today, pada awal pekan ini, badan intelijen luar negeri Rusia (SVR) melaporkan bahwa pendukung Ukraina di Barat telah mendorong Kiev untuk memperluas rancangan upaya dan memasukkan orang lanjut usia, remaja, dan perempuan ke dalam tentara.

Rancangan baru tersebut diharapkan diperlukan untuk menggantikan kerugian besar yang diderita pasukan Kiev dalam serangan balasan musim panas yang sebagian besar tidak berhasil.

Kiev menderita korban “sangat besar” di garis depan, dengan sedikitnya 13.700 tentara dan sekitar 1.800 tank serta persenjataan berat lainnya hilang pada bulan ini saja, menurut Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu.

Secara total, menurut perkiraan Rusia, Kiev telah kehilangan lebih dari 100.000 tentara sejak serangan balasan yang gagal dimulai pada awal Juni.

Bahkan jenderal tertinggi Ukraina, Valery Zaluzhny, sebelumnya mengakui bahwa konflik dengan Rusia telah mencapai “jalan buntu” dan angkatan bersenjatanya kemungkinan besar tidak akan mencapai terobosan dalam konfrontasi tersebut dalam waktu dekat. (Politico/Pravda/The Economist/RT)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas