Tekad Rusia Mengurangi Dominasi Amerika Serikat dan Eropa, Fashion Show di Tengah Perang
Brics --seperti NATO-- terus memperluas keanggotaan. Per 1 Januari 2024, Argentina, Ethiopia, Iran, Saudi Arabia, Mesir, dan Uni Emirat Arab
Penulis: Dahlan Dahi
Editor: Suut Amdani
Laporan Dahlan Dahi, wartawan Tribun Network, dari Moskow, Rusia
TRIBUNNEWS.COM - Sebagai wartawan yang pernah meliput perang Irak di Bagdad tahun 2003, saya kaget mendapatkan undangan dari panitia Brics+ Fashion Summit di Moskow, Rusia.
Fashion Summit? Saya lihat detail agendanya. Memang benar tentang semacam conference, menghadirkan pakar, pelaku, blogger, dan media. Tersedia juga fashion show di sekitar kawasan Kremlin yang indah dan bersejarah.
Sampai saat saya sudah boarding di pesawat via Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (27/11/2023) dini hari, saya belum yakin benar ini sungguh-sungguh terjadi: saya akan ke Moskow untuk ketiga kalinya, kali ini meliput fashion show!
Benar. Pesawat yang membawa saya ke Moskow setelah transit di Doha touch down pukul 14.30 waktu Moskow, sesuai jadwal, di tengah kabut yang tebal, hujan, dan landasan yang berwarna putih karena diselimuti salju.
Suhu dingin, minus satu derajat Celcius. Tangan seperti tertusuk jarum. Salju di mana-mana. Terasa sangat kontras dengan Doha yang panasnya mencapai 38 derajat. Jarak Doha-Moskow sekitar 5 jam penerbangan.
Di bandara, kami kemudian berkumpul dengan undangan lain dari Afrika, Pakistan, Arab. Mereka benar-benar fashionable, ada bahkan yang memakai kaca mata hitam dan topi koboi.
Saya? Hmmm, saya wartawan berita yang senang pada berita politik domestik dan internasional.
Saya menjadi benar-benar berbeda.
* INI bagian menariknya --setidaknya menurut saya.
Brics adalah kepanjangan dari Brasil, Rusia, India, China, dan South (Africa). Organisasi non-politik ini menjadi salah satu aliansi yang efektif bagi Rusia menggalang dukungan untuk "operasi militer" di Ukraina.
Sebenarnya dibentuk tahun 2010 tapi baru menjadi pembicaraan luas ketika menggelar summit di Afrika Selatan tahun ini, di tengah perang Rusia-Ukraina. Presiden Jokowi hadir.
Brics mewakili 27 persen tanah dunia, 42 persen dari populasi dunia. Brics menjadi menarik karena Brasil, Rusia, India, dan China adalah negara-negara yang masuk 10 terbesar dunia dalam hal populasi, luas wilayah, dan GDP.
Yang juga penting, Rusia dan China (selain Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis) adalah pemegang hak veto PBB. Dua melawan tiga, seperti biasa. Lima negara inilah yang mengendalikan arah dinamika politik global sejak Perang Dunia II.
Brics --seperti NATO-- terus memperluas keanggotaan. Per 1 Januari 2024, Argentina, Ethiopia, Iran, Saudi Arabia, Mesir, dan Uni Emirat Arab akan menjadi anggota penuh. Namanya menjadi Brics+.
Indonesia, yang menganut politik bebas aktif, belum menyatakan ikut.
Kerja sama antaranggota Brics memiliki cakupan sangat luas, mulai dari kerja sama investasi, mata uang --dan bahkan budaya.
Brics+ Fashion Summit termasuk dalam bagian itu. Negara-negara Brics+, terlebih Rusia, ingin memberi tahu dunia bahwa Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Eropa tidak boleh terus mendikte warga dunia tentang apa yang baik, apa yang cantik, apa yang etis, dan apa yang benar.
* POLITIK memang tidak tentang siapa yang benar, tapi tentang siapa yang kuat.
Tahun 2003, AS menginvansi Irak. Dalihnya, Presiden Sadam Hussein mengelola senjata pemusnah massal (Weapon of Mass Destruction, WMD).
Sampai Sadam Hussein digantung AS, tuduhan itu tidak pernah terbukti.
Rusia menginvansi Ukraina, Februari 2022. Dalihnya: Ukraina sarang neo Nazi yang bersekutu dengan NATO (AS), membahayakan geopolitik Rusia.
Israel menghajar Gaza, membunuh lebih 4.000 anak dan wanita. AS mendukung.
Perang Rusia-Ukraina masih berlangsung. Tiga hari lalu, drone Ukraina masuk ke wilayah udara Moskow, namun bisa dilumpuhkan sebelum mengenai sasaran.
Di Moskow, kehidupan berjalan normal. Seorang mahasiswa yang menjemput kami bahkan kaget ketika saya membacakan berita mengenai serangan drone yang gagal itu.
Tapi mahasiswa itu tahu kalau, akibat perang, Instagram dan Facebook tidak bisa diakses. "Saya bisa akses tapi pakai VPN," wanita itu berkata, sambil menunjukan cara mengoperasikan VPN.
Memang selalu ada yang berusaha mengatur. Kreativitas menemukan cara mengakalinya.*