Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Harga Kebutuhan Pokok di Gaza Naik, Imm Abdullah: Pedagang Menaikkan Harga di Luar Kendali

Pasar-pasar di Jalur Gaza dibanjiri oleh warga ketika gencatan senjata untuk membeli persediaan makanan dan pakaian musim dingin.

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Nuryanti
zoom-in Harga Kebutuhan Pokok di Gaza Naik, Imm Abdullah: Pedagang Menaikkan Harga di Luar Kendali
MAHMUD HAMS / AFP
Pengungsi Palestina memanggang roti di Deir el-Balah, di Jalur Gaza tengah pada 30 November 2023 

TRIBUNNEWS.COM - Pasar-pasar di Jalur Gaza dibanjiri oleh warga ketika gencatan senjata untuk membeli persediaan makanan dan pakaian musim dingin.

Namun harga produk-produk ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi, terutama untuk bahan makanan pokok.

Harga barang melonjak tinggi memicu kemarahan dan kebencian di kalangan pembeli.

Mereka menyalahkan para pemilik toko atas tingginya harga barang kebutuhan pokok di pasar Gaza.

Seorang pembeli, Imm Abdullah, yang mengungsi dari rumahnya di lingkungan Nassr di Kota Gaza sebulan lalu setelah Israel memerintahkan orang-orang di Gaza utara untuk pindah ke selatan, datang ke pasar kota untuk membeli makanan dan pakaian hangat untuk dirinya dan keluarganya.

Sesampainya di pasar, ia terkejut melihat harga barang-barang yang dibutuhkan melonjak tinggi.

Baca juga: Gencatan Senjata Berakhir, IDF Kembali Luncurkan Serangan Udara di Gaza Utara

“Saya tidak percaya pedagang mengatakan harga di luar kendali mereka,” katanya, dikutip dari Al Jazeera.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, para pedagang tidak boleh memanfaatkan gencatan senjata ini untuk menaikkan harga barang-barang.

“Mereka dapat mengatur harga dan mempertimbangkan fakta bahwa kita sedang melalui masa-masa yang luar biasa, dan hal ini bukanlah sesuatu yang harus mereka manfaatkan," jelasnya.

Imm Abdullah saat ini tinggal di salah satu sekolah yang dikelola PBB di Deir el-Balah mengatakan kondisi di sekolah tersebut memprihatinkan.

Pasalnya perbekalan dan air sudah mulai menipis.

Warga Palestina berkumpul di pantai di Deir el-Balah
Warga Palestina berkumpul di pantai di Deir el-Balah, di Jalur Gaza tengah pada 30 November 2023

Baca juga: Tak Pedulikan Ancaman AS, Israel Kembali Gempur Gaza, Drone Zionis Meluncur di Atas Warga

“Di sekolah, kami hampir tidak mendapat bantuan makanan. Suatu hari kami mendapat sekaleng tuna. Bagaimana saya bisa menghidupi keluarga saya dengan hal itu?" jelasnya.

Akan tetapi harapannya seketika pudar ketika mengetahui harga barang-barang yang dibutuhkan meroket.

Dia menyebutkan daftar produk yang sekarang tidak terjangkau.

Di antaranya, Air kemasan, yang dulunya 2 shekel, sekarang menjadi 4 atau 5 shekel, satu karton telur berharga 45 shekel, satu kilo garam, yang dulunya 1 syikal sekarang menjadi 12, sedangkan gula menjadi 25 syikal.

Menurutnya, naiknya barang-barang ini sangat tidak adil bagi warga Gaza saat ini.

“Ini sangat tidak adil,” kata Imm Abdullah.

“Saya tidak tahan lagi dan suatu hari saya duduk di tepi laut dan menangis karena saya tidak tahu bagaimana memberi makan atau menghidupi keluarga saya. Terkadang saya berharap kami tetap tinggal di rumah dan dibom daripada mengalami hal ini," jelasnya.

Angka Kemiskinan di Jalur Gaza Mencapai 53 Persen setelah Blokade Israel

Menurut Badan Pusat Statistik Palestina, angka kemiskinan di Jalur Gaza mencapai 53 persen.

Dengan sepertiga (33,7 persen) Gaza hidup dalam kemiskinan ekstrem.

Sekitar 64 persen rumah tangga di Gaza tidak memiliki cukup makanan, dan angka pengangguran mencapai 47 persen.

Ini merupakan salah satu angka pengangguran tertinggi di dunia.

Menurut Elhasan Bakr, seorang analis ekonomi yang berbasis di Gaza, distorsi harga telah menyebabkan inflasi antara 300 hingga 2.000 persen untuk berbagai produk.

Sebelum 7 Oktober, Israel telah memblokade wilayah pesisir selama 17 tahun.

Itu engakibatkan kerugian sebesar 35 miliar dolar pada perekonomian Palestina.

“Agresi Israel terbaru telah menjadi paku lain bagi perekonomian Gaza,” kata Bakr kepada Al Jazeera.

"Kerugian langsung yang dialami sektor swasta telah melampaui 3 miliar dolar, sedangkan kerugian tidak langsung mencapai lebih dari 1,5 miliar dolar” jelasnya.

Aktivitas ekonomi di Gaza juga mengalami lumpuh total sejak blokade.

"Kita berbicara tentang kelumpuhan total aktivitas ekonomi di Gaza. Terdapat 65.000 fasilitas ekonomi, mulai dari pertanian hingga industri jasa, di sektor swasta yang hancur atau berhenti berfungsi karena perang. Hal ini mengakibatkan hilangnya banyak pekerjaan, yang pada gilirannya menyebabkan kurangnya ketahanan pangan," terangnya.

Selain itu, bantuan yang diizinkan Israel untuk memasuki Jalur Gaza juga terbilang kurang dan tidak cukup membantu kebutuhan.

“Dari 22 Oktober hingga 12 November dalam 20 hari tersebut kurang dari 1.100 truk memasuki Jalur Gaza,” kata Bakr.

"Kurang dari 400 truk ini membawa produk makanan. Hampir 10 persen kebutuhan sektor pangan Gaza terpenuhi. Jumlah ini masih jauh dari cukup, terutama jika Anda mempertimbangkan fakta bahwa, sebelum tanggal 7 Oktober, setidaknya 500 truk memasuki Jalur Gaza setiap hari," terangnya.

Kemudian ia mengatakan saat ini Jalur Gaza membutuhkan 1.000 hingga 1.500 truk setiap hari untuk memenuhi kebutuhan 2,3 juta penduduknya.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas