Pesan Politik Rusia di Balik Fashion Summit Moskow
Luhansk dan Donetsk, diklaim Rusia sebagai wilayahnya usai "referendum" yang dilakukan setelah Rusia menginvansi Ukraina Februari 2022.
Penulis: Dahlan Dahi
Editor: Suut Amdani
Laporan Wartawan Tribun Network, Dahlan Dahi, dari Moskow
TRIBUNNEWS.COM - Ini menu wajib bagi ratusan delegasi dari lebih 60 negara yang diundang menghadiri Brics+ Fashion Summit di Moskow: Menghadiri pusat eksebisi (pameran) di pinggiran kota Moskow.
VDNH atau Exhibition Center dibangun 1935 di zaman Stalin. Luasnya 700 ribu meter per segi.
Menampilkan bangunan dengan ciri arsitektur dari suku bangsa utama Rusia, seperti Usbek, VDNH dilengkapi ruangan pameran permanen.
Begitu memasuki kawasan pameran (konsepnya mirip Taman Mini Indonesia Indah, TMII, di Jakarta), rombongan disambut barisan pohon Natal yang berjajar rapi, menjelaskan budaya dan kekayaan alam setiap negara bagian Federasi Rusia.
Anggota rombongan dari Turki, seorang fashion designer, berkomentar: "Mereka menyambut Natal dengan sangat antusias. Saya tidak melihat kota lain di dunia melakukan ini."
Mayoritas (68-70 persen) dari 147 juta penduduk Rusia beragama Kristen Ortodox. Bangunan gereja dengan mudah ditemukan di mana-mana.
Katedral Saint Basil, salah satu ikon Rusia, adalah gereja Kristen ortodoks yang terletak di Lapangan Merah (Red Square) Kremlin, kawasan tempat Presiden Vladimir Putin berkantor.
Pemandu turis menjelaskan makna pohon Natal demi pohon Natal. Lalu dia berhenti. "Hei", katanya. "Ini pohon Natal dari wilayah baru Rusia, Donbas."
Donbas adalah sebutan untuk sebuah kawasan di Ukraina yang berbatasan dengan Rusia. Dua republik di sana, Luhansk dan Donetsk, diklaim Rusia sebagai wilayahnya usai "referendum" yang dilakukan setelah Rusia menginvansi Ukraina Februari 2022.
"Saya orang Donbas," kata wanita itu. "Daerah ini kaya sumber daya alam. Mereka (Ukraina) memperlakukan warga Rusia di sana dengan tidak baik."
Tidak semua rombongan memahami konteks politiknya. Maklumlah, sebagian besar delegasi dari Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin adalah fashion designer, event organizer, dan pemilik rumah mode.
Ada, sih, wartawan. Saya bertemu beberapa dari mereka, termasuk yang dari Afrika, Pakistan, dan India. Tapi mereka wartawan fashion, atau setidaknya wartawan entertainmen. Perang dan politik bukan "wilayah" mereka.
*
KAMI memasuki gedung utama VDNH. Pemandu menjelaskan: "Wilayah Rusia sangat luas, seperdelapan dari wilayah dunia. Beragam suku, budaya, dan kekayaan alam. Lebih dari seribu kota.
Jika Anda mengunjungi setiap kota sehari saja, Anda butuh waktu lebih dari seribu hari.
Lalu, dengan riang, dia berkata: "Ayo, mari mengenal Rusia dalam satu jam tur".
Rusia menguasai 17 juta km2 wilayah global. Indonesia 1,9 juta. Terbang dari Aceh tiga jam ke Jakarta lalu enam jam ke Jayapura. Bagaimana menjelajahi wilayah yang hampir 9 kali lipat lebih luas?
Wilayahnya yang sangat luas membuat Rusia multi-kultural. Sebagian kaki Rusia berpijak di Eropa (berbatasan dengan Norwegia, Finlandia, Polandia, misalnya).
Sebagian lagi di Asia, bersentuhan dengan Turki, bahkan Mongolia, China, Korea Utara, dan Jepang.
Di Selat Bering, Rusia berbatasan dengan negara bagian Alaska, Amerika Serikat.
Baca juga: Fashion Show Moskow di Basement Parkir, Lenggak-lenggok Model Rusia di Tengah Perang
Mengelilingi ruang pameran itu adalah mengunjungi berbagai ekspresi kebudayaan dari suku-bangsa tersebut melalui pakaian, tempat tinggal, bahkan keramik perhiasan, piring, dan gelas.
Pengaruh agama --selain tantangan alam-- pada ekspresi kebudayaan tentu saja sulit dihindari. Rusia adalah rumah bagi 15 juta sampai 20 juta Muslim.
Pada pameran, ciri Islam terlihat pada pakaian yang lahir dari budaya yang bersentuhan dengan Turki. Mereka ini mendiami negara bagian Tatarstan, Dagestan, dan Chechnya.
Rusia juga adalah rumah bagi penganut agama Budha dan komunitas Yahudi.
Selain memamerkan keragaman budaya dan kekayaan alam, Rusia juga memperlihatkan penguasaan pada bidang teknologi. Ada spot Yuri Gagarin, kosmonot Rusia yang menjadi manusia pertama yang mengorbit bumi (1961).
Kunjungan ke pameran sekitar satu jam, berakhir di stand Donbas.*