Sosok Sheikh Ekrima Sabri, Imam Masjid Al-Aqsa yang Rumahnya Terancam Dihancurkan Israel
Rumah Sheikh Ekrima Sabri, imam Masjid Al-Aqsa, terancam dihancurkan oleh Israel.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM – Rumah yang ditinggali oleh Sheikh Ekrima Sabri, imam Masjid Al-Aqsa, terancam dihancurkan oleh Israel.
Pada hari Minggu, (3/12/2023), pasukan Israel menyerbu pemukiman Sawaneh di Yerusalem Timur yang diduduki Israel.
“Pasukan besar polisi Israel dan intelijen menyerbu bangunan, termasuk apartemen tempat tinggal Sheikh Sabri (85) di pemukiman Sawaneh di Yerusalem pada Minggu pagi,” kata saksi mata dikutip dari Anadolu Agency.
“Pasukan itu melampirkan (surat) perintah penghancuran ke dinding bangunan, menyebut ‘pembangunan yang tidak berizin’ sebagai alasannya.”
Menurut saksi mata, bangunan itu sudah lama dibangun dan ditinggali lebih dari 100 warga Palestina.
Sosok Sabri
Sabri adalah Mufti Besar Yerusalem dan Palestina dari tahun 1994 hingga 1 Juli 2006.
Pengangkatannya sebagai Mufti Besar dilakukan oleh Presiden Otoritas Palestina Yasser Arafat.
Sabri meraih gelar doktor dari Universitas Al Azhar di Mesir.
Baca juga: Rumah Imam Besar Masjid Al Aqsa Sheikh Sabri Mau Dibongkar Israel: Dianggap Bangunan Ilegal
Dalam wawancara tahun 2000, Sabri meragukan jumlah orang Yahudi yang menjadi korban Holocaust pada masa Perang Dunia II. Dia menyebutnya sebagai sebuah dongeng.
“Sebuah dongeng yang dimanfaatkan oleh Israel untuk mendapatkan solidaritas internasional," kata dia dikutip dari laman All4Palestine.org.
Sabri pernah menyebut Tembok Ratapan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Masjid Al-Aqsa. Jadi, menurutnya tembok itu tidak hanya sakral bagi orang Yahudi.
“Benar bahwa kami juga hidup harmonis dengan orang Yahudi, hingga tahun 1917 ketika Deklarasi Balfour mengaku hak mereka atas “rumah” di Palestina, dan orang Yahudi akhirnya mengambil semuanya," katanya menjelaskan.
Kala itu dia mengatakan warga Palestina tidak melawan orang Yahudi karena persoalan agama.
“Konflik ini hanya (konflik) politik,” kata dia.
Baca juga: AS Mendesak Israel Lindungi Warga Sipil di Gaza tapi Pasok Lebih Banyak Bom dan Senjata untuk Israel
Pada tahun 2003 dia mengizinkan sebuah kelompok lintas agama untuk menggelar aksi unjuk rasa secara damai di Masjdi Al-Aqsa.
Jerusalem Post pada tanggal 1 Juli 2005 melaporkan bahwa Sabri dipecat dari jabatannya oleh Presiden Otoritas Palestina Mahmod Abbas.
Sabri pernah dilarang masuk ke Belanda tahun 2007 dan 2008.
Pernah ditangkap
Pada bulan Maret 2021 Sabri pernah ditangkap oleh pihak berwenang Israel di rumahnya.
Dikutip dari Middle East Eye, dia diinterogasi dan beberapa jam kemudian dibebaskan.
Istrinya menyebut dia dibawa oleh polisi di Pusat Penahanan Moskovia, Tepi Barat, tanpa penjelasan.
Peristiwa itu terjadi pada pukul 10 pagi ketika dia sedang menyiapkan khotbat Jumatnya.
Sabri sendiri sudah menyampaikan khotbah di Al-Aqsa sejak tahun 1973,
Dia pernah beberapa kali dilarang masuk kompleks Al-Aqsa, salah satunya pada tahun 2000 saat Intifada kedua.
Baca juga: Peluru Kendali Hizbullah Kian Dalam ke Israel: Hajar Pangkalan Militer Beit Hillel, Iron Dome Keok?
Dapat ancaman pembunuhan
Dua bulan lalu kelompok ekstremis Yahudi pernah meminta Sabri untuk dibunuh.
Para pengacara Sabri menyebut kliennya itu berada dalam ancaman serius yang disebabkan oleh meningkatnya “fasisme” di tengah masyarakat Israel.
Mereka juga menegaskan bahwa pemerintah Israel harus bertanggung jawab jika atas setiap tindakan yang membahayakan sabri.
Di samping itu, mereka meminta dinas keamanan Israel menyelidiki pihak yang menghasut pembunuhan itu.
Baca juga: Drone Israel Tembaki Pintu Masuk RS Kamal Adwan di Gaza, 4 Orang Tewas, 9 Lainnya Luka-luka
(Tribunnews/Febri)