Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tentara Ukraina Semakin Frustrasi, Misi Komandan Dianggap Sebagai 'Bunuh Diri'

Tentara Ukraina semakin frustrasi dengan misi-misi merebut kembali wilayah mereka.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Tentara Ukraina Semakin Frustrasi, Misi Komandan Dianggap Sebagai 'Bunuh Diri'
Planet Labs PBC / AFP
Ilustrasi Sungai Dnieper antara Ukraina dan Belarus 

TRIBUNNEWS.COM -- Tentara Ukraina semakin frustrasi dengan misi-misi merebut kembali wilayah mereka.

Mereka dianggap tak bisa melawan kekuatan besar Rusia karena sumber daya yang terbatas, baik jumlah tentara dan senjatanya.

Misi yang dilakukan pun menjadi bumerang dan membuat kerugian sendiri.

Tidak sesuai dengan pernyataan optimisme Presiden Volodymyr Zelensky, tentara Ukraina semakin frustrasi dengan perintah-perintah para komandannya.

Baca juga: Putin Menyesal Pernah Percaya pada AS, NATO Ingkari Janji kepada Rusia

Serangan-serangan yang dilancarnya di Sungai Dnieper dianggap sebagai misi bunuh diri, yang mengakibatkan banyak korban jiwa yang bertentangan dengan klaim yang dibuat oleh pejabat pemerintah.

Kondisinya sangat sulit sehingga setengah lusin orang yang terlibat dalam pertempuran di sepanjang Sungai Dnieper setuju untuk menceritakan kisah mereka kepada New York Times (NYT) dikutip dari Russia Today.

“Ini bahkan bukan perjuangan untuk bertahan hidup,” kata salah satu tentara dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada hari Sabtu (16/12/2023).

BERITA REKOMENDASI

“Ini adalah misi bunuh diri.”

Surat kabar tersebut menggambarkan serangan melintasi sungai sebagai “brutal dan sia-sia.”

Pasukan Ukraina diserang di tepi sungai atau di perairan, bahkan sebelum mereka mencapai seberang.

Meskipun para komandan menolak sebagian besar permintaan media untuk mengunjungi pasukan di wilayah tersebut, rekaman drone di wilayah tersebut memverifikasi laporan pasukan yang diwawancarai, kata outlet media AS.

Serangan Udara

Serangan udara Rusia mengubah tepi sungai menjadi “kumpulan lumpur dan serpihan pohon,” kata NYT.
Salah satu tentara mengatakan pasukan baru yang tiba di tepi timur harus melangkahi mayat marinir yang tersangkut lumpur.


Beberapa jenazah telah ditinggalkan di sana selama berbulan-bulan karena penembakan yang terlalu intensif untuk diambil.

Baca juga: Ke Ukraina untuk Lawan Rusia, Tentara Israel Kena Mental dan Berujung Mengemis di Medsos

“Orang-orang yang berakhir di sana tidak siap secara psikologis,” kata tentara tersebut. “Mereka bahkan tidak mengerti kemana tujuan mereka. Mereka tidak diberitahu oleh perintah yang [mengirim] mereka ke sana.”

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas