Aktivitas di Pelabuhan Eilat Israel Anjlok 85 Persen Imbas Serangan Houthi di Laut Merah
Aktivitas perdagangan di Pelabuhan Eilat, Israel, turun hingga 85 persen sejak militan Houthi meningkatkan serangan terhadap kapal kargo di Laut Merah
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Aktivitas perdagangan di Pelabuhan Eilat, Israel, turun hingga 85 persen sejak militan Houthi di Yaman yang didukung Iran meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal kargo di Laut Merah.
Pelabuhan Eilat merupakan salah satu pelabuhan pertama yang terkena dampak ketika perusahaan pelayaran mengubah rute kapal untuk menghindari Laut Merah setelah Houthi mengganggu jalur perdagangan utama melalui Selat Bab al-Mandab.
“Tanpa Bab al-Mandab, Anda menutup jalur pelayaran utama ke Pelabuhan Eilat. Oleh karena itu, kami kehilangan 85 persen dari total aktivitas,” ujar Gideon Golber, kepala eksekutif Pelabuhan Eilat Israel.
Pelabuhan Eilat selama ini menangani impor mobil dan ekspor kalium yang berasal dari Laut Mati.
Namun pelabuhan ini lebih kecil jika dibandingkan dengan pelabuhan Mediterania Israel di Haifa dan Ashdod yang menangani sebagian besar perdagangan negara tersebut.
Meski begitu, Pelabuhan Eilat, yang terletak berdekatan dengan satu-satunya titik akses pesisir Yordania di Aqaba, menawarkan Israel pintu gerbang ke Timur tanpa perlu melewati Terusan Suez.
“Kami masih memiliki sejumlah kecil kapal untuk mengekspor kalium, tapi saya yakin dengan tujuan di Timur Jauh mereka tidak akan lagi melakukan perjalanan ke arah itu. Jadi itu juga akan turun,” kata Golber.
Golber lebih lanjut mengatakan pihaknya akan berdiskusi dengan seluruh pihak terkait bagaimana menjaga kelangsungan operasional di Pelabuhan Eilat.
“Jika Tuhan melarang, negara-negara koalisi dan Israel tertinggal dalam menemukan solusi bagi Houthi, sayangnya kita mungkin harus memberhentikan pekerja,” katanya, seraya menambahkan bahwa sejumlah kecil pekerja akan diperlukan untuk melayani setiap kapal yang bersandar.
Krisis di Laut Merah
Sebagaimana diketahui, Houthi Yaman telah menyerang banyak kapal selama beberapa pekan terakhir, dengan mengatakan pihaknya menargetkan kapal-kapal di Laut Merah yang memiliki hubungan dengan Israel sebagai protes terhadap serangan militernya di Gaza.
Serangan-serangan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap jalur minyak, biji-bijian dan barang-barang lainnya yang merupakan jalur perdagangan global yang penting.
Mereka berjanji akan terus melakukan serangan sampai Israel menghentikan agresinya terhadap warga sipil di Gaza.
Kapal Perang Inggris dan AS Tembak Jatuh Drone Houthi
Akhir pekan lalu, kapal perang Amerika Serikat (AS) dan Inggris dikabarkan telah menembak jatuh sebanyak 15 drone serang di Laut Merah.
Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan kapal perusak berpeluru kendali mereka menanggapi gelombang serangan drone dari daerah Yaman yang dikuasai kelompok Houthi.
“Kami berhasil menembak jatuh sejumlah drone serang yang menargetkan kapal-kapal komersil di Laut Merah,” kata juru bicara CENTCOM.
Di saat yang sama, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps juga mengatakan kapal perusak Angkatan Laut Inggris HMS Diamond berhasil mencegat rudal Sea Viper dan menghancurkan sebuah drone serang.
“Tidak ada korban jiwa ketika kami berhasil melumpuhkan rudal dan drone di Laut Merah,” ujarnya.
Shapps lebih lanjut mengatakan serangan terhadap kapal komersial di arteri perdagangan global oleh pemberontak Houthi Yaman “merupakan ancaman langsung terhadap perdagangan internasional dan keamanan maritim”.
“Inggris tetap berkomitmen untuk menangkis serangan-serangan ini untuk melindungi arus bebas perdagangan global,” kata Shapps.