Presiden Harvard Claudine Gay Mengundurkan Diri di Tengah Kasus Antisemitisme dan Plagiarisme
Presiden Harvard Claudine Gay mengundurkan diri setelah mendapat kecaman karena gagal melindungi mahasiswa Yahudi saat mengingkatnya antisemitisme
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Harvard Claudine Gay (54) mengundurkan diri pada hari Selasa (2/1/2024) beberapa minggu setelah hadir di hadapan Kongres AS dalam sidang soal meningkatnya antisemitisme di universitas.
Claudine Gay, seorang ilmuwan politik dan presiden kulit hitam pertama di Harvard, menjadi sorotan atas responnya terhadap masalah tersebut, di samping tuduhan plagiarisme dalam karyanya.
Pengunduran dirinya menandai masa jabatan terpendek dalam sejarah Harvard karena ia baru diangkat menjadi presiden Harvard pada Juli 2023.
“Sudah jelas bahwa demi kepentingan terbaik Harvard, saya mengundurkan diri sehingga komunitas kita dapat menavigasi momen tantangan luar biasa ini dengan fokus pada institusi daripada individu mana pun,” tulis Gay dalam suratnya kepada komunitas kampus.
Gay berkata ia akan kembali ke fakultas Harvard.
“Minggu-minggu terakhir ini telah membantu memperjelas upaya yang perlu kita lakukan untuk membangun masa depan, untuk memerangi bias dan kebencian dalam segala bentuknya.”
Baca juga: Dituding Antisemit, Regulator Keuangan New York Desak Dewan Direksi Tesla Beri Sanksi Elon Musk
Harvard Crimson manjadi yang pertama yang melaporkan pengunduran diri Gay.
The New York Times pada hari Selasa juga melaporkan tuduhan plagiarisme terhadap Gay.
Rektor dan kepala akademisi Harvard, Alan M. Garber, akan menjabat sebagai presiden sementara, menurut surat dari Harvard Corporation, salah satu dewan pengurus di universitas tersebut.
“Dalam menghadapi meningkatnya kontroversi dan konflik, Presiden Gay dan para anggotanya telah berusaha untuk berpedoman pada kepentingan terbaik lembaga yang kemajuan dan kesejahteraannya di masa depan menjadi komitmen kita untuk menjunjung tinggi,” bunyi surat itu.
Anggota DPR Elise Stefanik (Partai Republik, New York), yang mempelopori sidang kongres tersebut, mengatakan dirinya bertekad untuk terus meminta pertanggungjawaban Harvard sebagai institusi pendidikan tinggi yang bergengsi.
“Ini hanyalah permulaan dari skandal terbesar yang pernah terjadi di perguruan tinggi atau universitas mana pun dalam sejarah,” katanya.
Apa yang Terjadi saat Sidang Kongres?
Pada 5 Desember lalu, Claudine Gay bersama dengan presiden Institut Teknologi Massachusetts (MIT) dan Universitas Pennsylvania, dipanggil ke hadapan Komite Pendidikan dan Tenaga Kerja DPR AS yang dipimpin Partai Republik untuk menjawab tuduhan bahwa universitas gagal melindungi mahasiswa Yahudi mengingat meningkatnya anti-Semitisme akibat serangan Israel di Gaza.
Dalam sidang itu, Elise Stefanik menanyakan "apakah seruan genosida terhadap orang Yahudi akan melanggar kode etik kampus."
Gay tidak mengiyakan pertanyaan itu secara gamblang.
Baca juga: Saleh Al-Arouri Tewas Dibunuh Israel Bakal Sulitkan Rencana Gencatan Senjata dan Pertukaran Sandera
Gay mengatakan bahwa hal ini bergantung pada konteksnya dan ketika “ucapan tidak sesuai dengan tindakan, hal itu melanggar kebijakan kami”.
Kesaksian mereka dikritik oleh Gedung Putih dan anggota parlemen dari kedua partai.
Gay kemudian meminta maaf kepada Harvard Crimson atas komentarnya.
Ia mengatakan bahwa dirinya terjebak dalam perdebatan sengit dan gagal mengutuk ancaman kekerasan terhadap mahasiswa Yahudi.
Sejak sidang tersebut, Liz Magill mengundurkan diri sebagai presiden Universitas Pennsylvania menyusul seruan dari dewan sekolah bisnis Wharton dan hilangnya sumbangan $100 juta.
Sementara itu, Presiden MIT Sally Kornbluth tetap menjabat.
Harvard Corporation awalnya mendukung Gay dan mengatakan Gay akan tetap memegang peran kepemimpinannya meskipun ada seruan untuk mengundurkan diri.
Tuduhan Plagiarisme
Setelah sidang kongres, karier akademis Gay mendapat sorotan tajam dari para aktivis konservatif yang menemukan beberapa kasus dugaan plagiarisme dalam disertasi doktoralnya pada tahun 1997.
Dewan pengurus Harvard awalnya membela Gay, dengan mengatakan bahwa tinjauan terhadap karya ilmiahnya menunjukkan “beberapa contoh kutipan yang tidak memadai” tetapi tidak ada bukti kesalahan penelitian.
Baca juga: Kapal Induk Tercanggih di Dunia Milik AS Tinggalkan Timur Tengah, Hubungan AS-Israel Retak?
Beberapa hari kemudian, Harvard Corporation mengungkapkan bahwa mereka menemukan dua contoh tambahan “bahasa duplikatif tanpa atribusi yang sesuai”.
Dewan mengatakan Gay akan memperbarui disertasinya dan meminta koreksi.
Perlu diketahui, saat ini sejumlah universitas di Amerika Serikat telah bergulat dengan cara menanggapi perang Israel-Hamas.
Pada saat yang bersamaan, ancaman antisemit dan antimuslim di kampus-kampus di seluruh negeri meningkat.
Gay menghadapi seruan pengunduran dirinya dari anggota DPR, donor dan alumni terkemuka.
Harvard, yang 45 persen sumber pendapatannya berasal dari donasi, kehilangan donor kaya utama sejak sidang kongres tersebut, menurut CNN.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)