Varian JN.1 Kini Jadi Mayoritas Kasus Covid-19 di Amerika, CDC: Diperkirakan Mencakup 61,6 Persen
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa varian JN.1 mencakup 61,6 persen kasus di AS.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Varian JN.1 kini menjadi mayoritas kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS).
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa varian JN.1 mencakup 61,6 persen kasus Covid-19 di AS.
JN.1 merupakan subvarian dari BA.2.86, yang merupakan cabang dari varian Omikron.
"Varian JN.1 kini menyumbang sekitar 61,6 persen kasus di negara tersebut," menurut data dari CDC, dikutip dari ABC7.
Jumlah ini naik dari perkiraan yang awalnya 3,3 persen kasus, dipicu penyebaran varian tersebut pada pertengahan November 2023.
Timur Laut adalah wilayah AS dengan prevalensi tertinggi, yang mencakup sekitar 74,9 persen kasus COVID-19.
Bulan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencantumkan JN.1 sebagai 'variant of interest'.
Artinya varian tersebut mengandung perubahan yang dapat mengakibatkan peningkatan penyebaran atau penurunan kemanjuran pengobatan atau vaksin.
Namun skala JN.1 tidak seserius "varian yang menjadi perhatian".
Hal ini terjadi ketika jumlah rawat inap akibat COVID-19 terus meningkat di seluruh AS.
Dan angkanya meningkat selama delapan minggu berturut-turut ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Januari 2023.
Baca juga: Mengenal Varian Baru Covid-19 JN.1 dan Gejalanya, Apakah Sudah Menyebar di Indonesia?
JN.1 memiliki mutasi tambahan pada protein lonjakannya dibandingkan induknya, BA.2.86, menurut CDC.
Protein lonjakan inilah yang digunakan virus untuk menempel dan menginfeksi sel.
CDC mengatakan hal ini menunjukkan bahwa varian tersebut lebih mudah menular atau lebih baik dalam menghindari sistem kekebalan dibandingkan varian lain yang beredar.