Mengenal Rudal Tomahawk yang Dipakai AS dan Inggris Serang Houthi di Yaman
Rudal Tomahawk yang dipakai oleh AS dan Inggris untuk menyerang Houthi di Yaman. Rudal Tomahawk pernah dipakai 802 kali dalam invasi AS di Irak.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Rudal Tomahawk digunakan oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk menyerang fasilitas militer militan Houthi di Yaman pada Jumat (12/1/2024) dini hari.
Serangan tersebut adalah respon koalisi AS terhadap blokade yang dilakukan oleh Houthi terhadap kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah, dikutip dari Reuters.
Rudal Tomahawk diluncurkan dari kapal-kapal di Laut Merah dan menghantam 60 sasaran di 16 lokasi Houthi di Yaman.
Rudal Tomahawk adalah rudal jelajah subsonik jarak menengah yang digunakan oleh AS di sejumlah perang.
Senjata ini digunakan untuk menyerang sasaran tertentu dan jauh, masing-masing berbobot satu setengah ton dan dilengkapi dengan daya ledak 450 kilogram.
Rudal Tomahawk dapat dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.
Diluncurkan dari kapal selam dan kapal besar, rudal Tomahawk bergerak menuju sasaran dengan kecepatan 880 kilometer per jam.
Diperkirakan, jangkauan rudal Tomahawk bisa mencapai 2.500 kilometer, tergantung jenisnya, dan akurasinya terbatas pada beberapa meter.
Rudal Tomahawk juga dapat terbang pada ketinggian antara 15 dan 100 meter di atas tanah berkat sistem panduan radarnya.
Sebelumnya, rudal Tomahawk pertama kali digunakan pada 17 Januari 1991.
Selama invasi Irak tahun 2003, lebih dari 802 rudal Tomahawk ditembakkan oleh AS ke sasaran utama Irak.
Baca juga: Berangkat dari Qatar, AS Kirim Pesawat RC-135W untuk Lawan Houthi di Yaman
Militer AS dan sekutunya telah menguji penerbangan Tomahawk yang dilengkapi GPS sebanyak 550 kali dan menggunakannya dalam pertempuran lebih dari 2.300 kali, seperti dikutip dari RTX.
AS dan Inggris Serang Houthi
AS dan Inggris meluncurkan serangan terhadap Houthi di Yaman, setelah militan tersebut memblokade jalur masuk di Laut Merah menuju Semenanjung Sinai.
Houthi mengatakan mereka menargetkan kapal-kapal terkait Israel, termasuk kapal Galaxy Leader.