NATO Terbelah, Tiga Negara Pentolan Ogah Ikut Aksi AS-Inggris Gempur Yaman Buat Hentikan Houthi
Sikap tiga negara NATO makin menyoroti perpecahan di blok Barat mengenai cara aliansi tersebut menangani kelompok Houthi.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
NATO Terbelah, Tiga Negara Pentolan Ogah Ikut Aksi AS-Inggris Gempur Yaman
TRIBUNNEWS.COM - Italia, Spanyol, dan Perancis menjadi tiga negara besar NATO yang menjadi sorotan karena tidak mengambil bagian dalam serangan Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap kelompok Houthi di Yaman, Jumat (12/1/2024).
"Tiga negara pentolan NATO itu bahkan tidak menandatangani pernyataan yang dikeluarkan oleh 10 negara lain yang membenarkan serangan tersebut," tulis laporan Reuters.
Baca juga: Houthi Tak Mundur, Aliansi Laut Merah Pimpinan AS Gagal, Laksamana Italia: Kelemahan NATO Terungkap
Sikap tiga negara ini makin menyoroti perpecahan di blok Barat mengenai cara aliansi tersebut menangani kelompok Houthi.
Sebagai bentuk solidaritas terhadap perlawanan Gaza atas agresi militer Israel, Angkatan Bersenjata Yaman dan kelompok Houthi diketahui menargetkan kapal-kapal sipil di Laut Merah selama berminggu-minggu.
Baca juga: Bombardir Yaman dari Darat, Laut, Udara, AS Cs Berdalih Mentok Bujuk Houthi: Israel Kok Bebas?
Dilaporkan, pesawat tempur, kapal, dan kapal selam AS dan Inggris melancarkan lusinan serangan udara di seluruh Yaman semalam sebagai pembalasan atas serangan berulang-ulang Houthi di Laut Merah, salah satu rute pelayaran komersial tersibuk di dunia.
"Belanda, Australia, Kanada, dan Bahrain memberikan dukungan logistik dan intelijen untuk operasi tersebut," kata para pejabat AS.
Selain itu, Jerman, Denmark, Selandia Baru, dan Korea Selatan menandatangani pernyataan bersama dengan keenam negara lainnya untuk membela serangan semalam dan memperingatkan tindakan lebih lanjut untuk melindungi arus bebas perdagangan Laut Merah jika Houthi tidak mundur.
Baca juga: Houthi: Kami Tak Akan Mundur, Balasan ke AS Bakal Lebih Besar Ketimbang Puluhan Drone dan Rudal
Italia Mengaku Tak Diajak, Prancis Cemas Aksi Ilegal, Spanyol Tak Mau Perang Makin Besar
Ketiga negara NATO yang tidak ikut aksi penyerbuan AS dan Inggris ke Yaman dilaporkan memiliki argumen masing-masing.
Sebuah sumber di kantor Perdana Menteri Giorgia Meloni mengatakan Italia menolak menandatangani pernyataan tersebut karena tidak diminta untuk berpartisipasi dalam serangan terhadap Houthi.
Namun, sumber pemerintah mengatakan Italia sebenarnya telah diminta untuk ambil bagian, namun menolak karena dua alasan.
"Alasan pertama karena keterlibatan Italia memerlukan persetujuan parlemen, yang akan memakan waktu, dan kedua karena Roma lebih memilih untuk menerapkan kebijakan yang “menenangkan” dalam konflik Laut Merah," kata sumber di pemerintahan Italia.
Soal perdamaian di Laut Merah, Prancis juga mengutarakan alasan sejenis.
Berbicara tanpa mau disebutkan namanya, seorang pejabat Perancis mengatakan Paris khawatir kalau dengan bergabung dalam serangan yang dipimpin AS, mereka akan kehilangan pengaruh dalam pembicaraan untuk meredakan ketegangan antara Hizbullah dan Israel.
Perancis telah memfokuskan sebagian besar diplomasinya dalam beberapa pekan terakhir untuk menghindari eskalasi dan front pertempuran besar di Lebanon.
Meski tak ikut aksi AS, Prancis mengindikasikan dukungan diam-diam terhadap tindakan AS.
Indikasi itu terlihat saat Kementerian Luar Negeri Perancis mengeluarkan pernyataan yang mengatakan kalau Houthi bertanggung jawab atas eskalasi tersebut.
Namun, seorang diplomat yang mengetahui posisi Prancis mengatakan Paris tidak percaya serangan itu dianggap sah untuk membela diri.
Menteri Pertahanan Spanyol, Margarita Robes mengatakan Madrid tidak ikut aksi militer di Laut Merah karena ingin mendorong perdamaian di kawasan.
“Setiap negara harus memberikan penjelasan atas tindakannya. Spanyol akan selalu berkomitmen terhadap perdamaian dan dialog,” katanya kepada wartawan di Madrid.
Awal pekan ini, Menteri Pertahanan Italia, Guido Crosetto, menegaskan keengganannya untuk menargetkan kelompok Houthi.
Berbicara kepada Reuters Crosetto menilai agresi Houthi harus dihentikan tanpa memicu perang baru di wilayah tersebut.
Baca juga: Disebut Houthi Iblis, AS Kembali Gempur Yaman, Rudal Tomahawk Hajar Pangkalan Udara Al-Dailami
Ogah-ogahan Sejak Awal
Perbedaan pendapat di negara-negara Barat mengenai cara mengatasi ancaman Houthi sudah muncul bulan lalu ketika Amerika Serikat dan sejumlah sekutunya meluncurkan “Operasi Penjaga Kemakmuran” untuk melindungi kapal-kapal sipil di jalur pelayaran Laut Merah yang sibuk.
Baca juga: Aliansi Rapuh AS di Laut Merah, Anggota NATO Ogah-ogahan Diajak Perang Lawan Houthi Yaman
Italia, Spanyol dan Perancis tidak ikut serta dalam misi tersebut, karena tidak mau menempatkan kapal angkatan laut mereka di bawah komando AS.
Ketiganya telah berpartisipasi dalam operasi anti-pembajakan Uni Eropa di lepas pantai Tanduk Afrika, dan Menteri Pertahanan Spanyol mengatakan pada hari Jumat bahwa Uni Eropa mungkin akan segera memutuskan inisiatif baru.
“UE dapat memutuskan… dalam waktu beberapa hari bahwa harus ada misi (angkatan laut). Kami belum mengetahui sejauh mana misi tersebut disetujui, namun sementara itu, posisi Spanyol di luar rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap perdamaian adalah tidak melakukan intervensi di Laut Merah,” ujarnya.
(oln/rtrs/memo/*)