WHO: RS Al-Shifa yang Hancur Kembali Dibuka, Layani Pasien Korban Perang Gaza
Rumah sakit terbesar di Gaza, Al-Shifa kini kembali membuka beberapa layanan kesehatan bagi pasien korban perang
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Pravitri Retno W
Akibat krisis pasokan obat bius, Ahmed bahkan harus merawat pasien tanpa obat bius, sebagai gantinya ia membalut luka dengan memanfaatkan gula dan cuka.
Situasi yang mendesak juga memaksa para staf untuk menggunakan jarum jahit untuk menjahit luka. Ada pula staf yang membungkus luka bakar besar dengan pakaian alih-alih perban.
“Krisis obat bius di tengah membludakan pasien membuat kami harus mengganti balutan pada anak-anak tanpa diberi anestesi atau obat bius."
"Sekarang bagi kami, perban standar adalah menggunakan gula, begitu juga dengan cuka untuk para pasien," ujar Ahmed, dikutip dari laman kantor berita PBB.
Tidak hanya itu, militer Israel juga turut menghentikan akses air dan aliran listrik yang masuk ke wilayah Gaza,.
Kondisi ini yang kemudian membuat sejumlah rumah sakit termasuk RS Al-Shifa tidak dapat beroperasi secara maksimal, hingga nasib 39 bayi prematur yang ada di unit perawatan intensif neonatal beresiko kehilangan nyawa.
“Kami telah kehilangan dua bayi, sementara 39 bayi lainnya berisiko meninggal karena kekurangan rumah sakit kesulitan menyediakan listrik ke inkubator sehingga bayi – bayi tidak bisa mendapatkan suhu hangat dan aliran oksigen konstan,” kata direktur RS Al-Shifa, Mohammed Abu Salmiya.
(Tribunnews.com/Namira Yunia Lestanti)