Wilayah AS Terancam, Korut Uji Rudal Hipersonik yang Bisa Melesat 6.200 Km/Jam
Korea Utara melakukan uji coba rudal terbaru yaitu rudal bahan bakar padat yang dilengkapi dengan hulu ledak hipersonik.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara melakukan uji coba rudal terbaru, yaitu rudal bahan bakar padat yang dilengkapi dengan hulu ledak hipersonik.
Peluncuran pertama Korea Utara pada tahun 2024 ini dilakukan pada Minggu sore, (14/1/2024), waktu setempat.
Militer Korea Selatan mengatakan rudal hipersonik ini ditembakkan dari lokasi dekat Pyongyang menuju perairan lepas pantai timur.
Terdeteksi oleh negara tetangga Jepang dan Korea Selatan, rudal itu terbang sekitar 1.000 km (600 mil) pada ketinggian maksimum setidaknya 50 km (30 mil), dikutip dari Independent.co.uk.
Menurut Korean Central News Agency (KCNA) yang dikelola pemerintah, peluncuran tersebut dirancang untuk menguji keandalan mesin bahan bakar padat multitahap baru dengan daya dorong tinggi dan hulu ledak bermanuver hipersonik jarak menengah.
Para analisis mengatakan rudal tersebut memiliki fitur utama yaitu kemampuan manuvernya.
Rudal ini dapat membantu hulu ledak menghindari pertahanan rudal.
Secara teoritis, jangkauan rudal tersebut dapat menghantam seluruh Jepang dan pangkalan militer AS di Guam.
Rudal hipersonik meluncurkan hulu ledak yang bergerak dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 km per jam (3.850 mph), sering kali bermanuver pada ketinggian yang relatif rendah.
Peluncuran rudal tersebut tentunya mengancam AS, Jepang, dan Korea Selatan.
Ketiga negara tersebut mengutuk aksi peluncuran rudal tersebut.
Peluncuran terbaru ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea, yang ditandai dengan peluncuran rudal balistik antarbenua berturut-turut oleh Pyongyang dan penempatan satelit mata-mata militer perdananya setelah kunjungan Kim Jong-un ke Rusia.
Baca juga: Korea Utara Lucurkan Rudal Balistik, Proyektil Ditemukan di Perairan Jepang
Peluncuran tersebut juga bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui ke Moskow untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada hari Senin.
Para analis mengatakan waktu pengujian terbaru ini menimbulkan kekhawatiran.