10 Poin Penjelasan Hamas soal Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023, Bongkar Kebohongan Israel
Simak 10 poin penting penjelasan Hamas terkait Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 lalu.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.com - Hamas merilis sebuah dokumen 16 halaman berbentuk PDF dalam bahasa Arab dan Inggris, lewat Kantor Media Hamas, terkait serangan mereka di perbatasan Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Dokumen itu menjelaskan motif serangan Hamas terhadap Israel, yang juga disebut Operasi Banjir Al-Aqsa.
Di awal dokumennya, Hamas menjelaskan perang antara pihaknya dan Israel bukan bermula dari serangan pada 7 Oktober 2023, dilansir Palestina Chronicle.
Melainkan, 30 tahun sejak pendudukan kolonialisme Inggris dan 75 tahun pendudukan Zionis.
Akibat pendudukan itu, warga Palestina yang awalnya berhak atas 98,5 persen wilayahnya, kini tergusur dan hanya memiliki Jalur Gaza.
Berikut penjelasan Hamas mengenai serangan mereka pada 7 Oktober 2023 lalu.
10 Poin Penjelasan Hamas soal Serangan 7 Oktober
Mengingat tuduhan dan tudingan palsu Israel atas Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 dan dampaknya untuk kami, Gerakan Perlawanan Islam, Hamas menjelaskan sebagai berikut:
Pertama, Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober, menyasar situs militer Israel dan berusaha menangkap tentara Israel untuk memberikan tekanan pada pemerintah Israel agar melepaskan ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel lewat kesepakatan pertukaran tahanan.
Karena itu, operasi difokuskan pada pemusnahan Divisi Gaza tentara Israel, situs militer Israel yang ditempatkan dekat pemukiman Israel di sekitar Gaza.
Kedua, menghindari dampak terhadap warga sipil, terutama anak-anak, perempuan, dan lanjut usia, adalah komitmen semua pejuang Brigade Al-Qassam.
Kami tegaskan kembali bahwa perlawanan Palestina sepenuhnya berkomitmen terhadap nilai-nilai Islam, dan bahwa para pejuang Palestina hanya menargetkan tentara pendudukan Israel dan tentara yang membawa senjata.
Baca juga: Inggris dan AS Jatuhkan Sanksi ke 5 Pemodal Hamas, Berdalih demi Setop Perang Gaza
Sementara itu, pejuang Palestina sangat ingin menghindari dampak terhadap warga sipil.
Sebagai tambahan, jika ada kasus yang menargetkan warga sipil, itu terjadi secara tidak sengaja dan merupakan proses konfrontasi terhadap pendudukan Israel.
Sejak didirikan pada 1987, Hamas berkomitmen untuk menghindari dampak terhadap warga sipil.
Setelah penjahat Zionis, Baruch Goldstein, pada 1994, melakukan pembantaian terhadap jemaah Palestina di Masjid Al-Ibrahimi di Kota Hebron yang diduduki, Hamas mengumumkan sebuah inisiatif untuk menghindari warga sipil terkena dampak pertempuran oleh semua pihak.
Namun, Israel menolak gagasan itu dan bahkan (tetap) menargetkan warga sipil.
Israel juga tidak memberikan komentar mengenai hal tersebut.
Hamas telah mengulangi seruan untuk menghindari dampak terhadap warga sipil kepada Israel beberapa kali, tapi tidak digubris.
Israel terus melakukan penargetan dan pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil Palestina.
Ketiga, mungkin ada beberapa kesalahan yang terjadi selama pelaksanaan Operasi Banjir Al-Aqsa karena runtuhnya sistem keamanan dan militer Israel, serta kekacauan yang terjadi di sepanjang wilayah perbatasan dengan Gaza.
Sebagaimana dibuktikan banyak orang, Hamas menangani dengan cara yang positif dan baik terhadap semua warga sipil Israel yang ditahan di Gaza.
Baca juga: Kepung Hamas di Khan Younis, Tiga Perwira IDF Tewas Ditembak Militan Hamas
Sejak awal agresi, (Hamas) berusaha membebaskan mereka, dan itulah yang terjadi selama gencatan senjata kemanusiaan selama seminggu (pada akhir November 2023), dimana warga sipil dibebaskan dengan imbalan pembebasan perempuan dan anak-anak Palestina dari penjara Israel.
Keempat, apa yang dinarasikan oleh Israel atas tuduhan bahwa Brigade Al-Qassam menargetkan warga sipil pada 7 Oktober, hanyalah kebohongan dan rekayasa.
Sumber tuduhan itu adalah narasi resmi Israel dan tidak ada sumber independen yang membuktikan hal tersebut.
Sudah menjadi fakta umum, narasi resmi Israel selalu berupaya menjelek-jelekkan Gerakan Perlawanan Palestina, sekaligus melegalkan agresi brutalnya terhadap Gaza.
Berikut beberapa rincian yang bertentangan dengan tuduhan Israel:
- Klip video yang diambil pada 7 Oktober, bersama dengan kesaksian warga Israel sendiri yang dirilis kemudian, menunjukkan pejuang Brigade Al-Qassam tidak menargetkan warga sipil, dan banyak warga Israel yang dibunuh oleh tentara dan polisi Israel karena kebingungan mereka.
- Kebohongan "40 bayi yang dipenggal" yang dilakukan para pejuang Palestina, juga telah dibantah secara tegas, bahkan sumber-sumber Israel pun membantah tuduhan itu.
Sayangnya, banyak agensi media Barat mengadopsi tuduhan ini dan mempromosikannya (memberitakannya).
- Tuduhan bahwa pejuang Palestina melakukan rudapaksa terhadap perempuan Israel dibantah sepenuhnya, termasuk oleh Hamas.
Laporan situs berita Mondoweiss pada 1 Desember 2023, antara lain menyatakan tidak ada bukti adanya "rudapaksa massal" yang diduga dilakukan anggota Hamas pada 7 Oktober.
Israel menggunakan tuduhan itu "untuk memicu genosida di Gaza."
- Menurut dua laporan oleh surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, pada 10 Oktober 2023, dan surat kabar Haaretz pada 18 November 2023, banyak warga sipil Israel terbunuh oleh helikopter militer Israel, terutama mereka yang berada di festival musik Nova, dekat Gaza, dimana 346 warga sipil Israel terbunuh.
Kedua laporan itu mengatakan pejuang Hamas mencapai wilayah itu tanpa mengetahui tentang festival tersebut.
Yedioth Ahronoth juga mengatakan tentara Israel menyerang lebih dari 300 sasaran di daerah sekitar Jalur Gaza.
Baca juga: Populer Internasional: Netanyahu Tolak Permintaan Hamas - 64 Kapal Lolos Berlayar di Laut Merah
Hal itu, menurut Yedioth Ahronoth, dilakukan untuk mencegah infiltrasi lebih lanjut dari Gaza dan untuk mencegah warga Israel ditangkap pejuang Palestina.
- Kesaksian Israel lainnya menegaskan serangan dan operasi tentara Israel menewaskan banyak tawanan Israel dan para penculiknya.
Tentara pendudukan Israel mengebom rumah-rumah di permukiman Israel di mana para pejuang Palestina dan warga Israel berada di dalamnya.
Hal ini merupakan penerapan yang jelas dari "Petunjuk Hannibal" yang terkenal dari tentara Israel yang secara jelas mengatakan, "lebih baik sandera atau tentara mati daripada ditangkap hidup-hidup" untuk menghindari pertukaran tahanan dengan Perlawanan Palestina.
- Selanjutnya, otoritas pendudukan merevisi jumlah tentara dan warga yang terbunuh, dari 1.400 menjadi 1.200 jiwa, setelah menemukan bahwa 200 mayat yang dibakar adalah para pejuang Palestina yang dibunuh dan bercampur dengan mayat Israel.
Artinya, yang membunuh para pejuang itu adalah yang membunuh orang Israel.
Diketahui, tentara pesawat militer Israel membunuh, membakar, dan menghancurkan wilayah Israel pada 7 Oktober 2023.
- Serangan udara besar-besaran Israel di Gaza yang menyebabkan kematian hampir 60 sandera Israel, juga membuktikan Israel tidak penduli dengan kehidupan warga mereka yang ditawan di Gaza.
Kelima, faktanya, sejumlah pemukim Israel di permukiman Gaza, memiliki senjata, dan bentrok dengan pejuang Palestina pada 7 Oktober.
Para pemukim itu terdaftar sebagai warga sipil, padahal faktanya mereka adalah oang-orang bersenjata yang berperang bersama tentara Israel.
Keenam, ketika berbicara tentang warga sipil Israel, harus diketahui bahwa wajib militer (wamil) berlaku untuk semua warga Israel yang berusia di atas 18 tahun - laki-laki wamil selama 32 bulan dan perempuan selama 24 bulan - di mana semua orang dapat membawa dan menggunakan senjata.
Ini didasarkan pada teori keamanan Israel tentang "rakyat bersenjata" yang mengubah entitas Israel menjadi "tentara dengan negara terikat".
Ketujuh, pembunuhan brutal terhadap warga sipil merupakan pendekatan sistematis entitas Israel, dan salah satu cara untuk mempermalukan rakyat Palestina.
Pembunuhan massal terhadap warga Palestina di Gaza adalah bukti nyata dari pendekatan tersebut.
Baca juga: Rencana 90 Hari, Upaya Qatar Setop Perang Israel dan Hamas di Jalur Gaza
Kedelapan, saluran berita AlJazeera mengatakan dalam sebuah film dokumenter, dalam satu bulan agresi Israel di Gaza, rata-rata anak-anak Palestina yang terbunuh dalam sehari adalah 136.
Sementara, rata-rata pembunuhan anak-anak di Ukraina - selama agresi Rusia - satu anak setiap hari.
Kesembilan, mereka yang membela agresi Israel tidak melihat peristiwa tersebut secara obyektif, melainkan membenarkan pembunuhan massal Israel terhadap warga Palestina, dengan mengatakan akan ada korban jiwa di kalangan warga sipil ketika pejuang Hamas menyerang.
Tetapi, mereka tidak akan menggunakan asumsi tersebut jika menyangkut Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober.
Kesepuluh, kami yakin bahwa setiap penyelidikan yang adil dan independen akan membuktikan kebenaran narasi kami dan akan membuktikan besarnya kebohongan dan informasi menyesatkan dari pihak Israel.
Hal ini juga mencakup tuduhan Israel mengenai rumah sakit di Gaza, yang mengatakan bahwa Palestina menggunakan rumah sakit tersebut sebagai pusat komando; suatu tuduhan yang tidak terbukti dan sudah dibantah oleh laporan dari banyak kantor pers Barat.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)