Keluarga Sandera Israel Puji Hamas, Sebut Lebih Baik Dibanding Kabinet Netanyahu
Keluarga sandera Israel memuji sikap Hamas yang disebutnya lebih baik dibandingkan Kabinet Benjamin Netanyahu.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres, terus menyerukan pembbeasan sandera yang ditahan di Gaza segera dan tanpa syarat.
"Hanya ada dua jalan ke depan: jalan yang dimulai dengan kebebasan Palestina dan mengarah pada perdamaian serta keamanan bersama di kawasan kita (Palestina), atau jalan yang terus mengabaikan kebebasan ini dan membuat kawasan kita mengalami pertumpahan darah lebih lanjut dan konflik tanpa akhir," urai al-Maliki kepada Dewan Keamanan PBB, Selasa, dikutip dari Associated Press.
"Israel seharusnya tidak lagi berkhayal, (seolah-olah) mereka memiliki jalan ketiga yang bisa digunakan untuk melanjutkan pendudukan, kolonialisme, dan apartheid."
"Itu bukan jalan yang layak dan bukan jalan yang sah," lanjut al-Maliki.
Guterres juga berbicara kepada anggota Dewan di New York saat pertempuran di Gaza semakin intensif.
Sebelumnya, militer Israel mengumumkan 21 pasukan mereka tewas dalam serangan paling mematikan sejak agresi meningkat pada 7 Oktober 2023.
Tewasnya tentara Israel itu bisa menambah seruan gencatan senjata dan kritik terhadap cara Benjamin Netanyahu menangani perang tersebut.
Baca juga: 10 Poin Penjelasan Hamas soal Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023, Bongkar Kebohongan Israel
Netanyahu telah bersumpah untuk terus berupaya menumpas Hamas dan kelompok militan lainnya di Palestina.
Sementara, pejabat Israel menuding para pemimpin Hamas mungkin beroperasi dari terowongan di bawah Khan Younis.
Saat berpidato di depan Dewan Keamanan PBB, Erdan menuding Iran "karena mensponsori 90 persen anggaran Hamas, serta mempersenjatai dan melatih mereka."
Komentar itu muncul saat Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengunjungi PBB.
"Jika Dewan terus fokus hanya pada pemberian bantuan ke Gaza - yang memang penting - namun mengabaikan pusat ancaman yang mengerikan Timur Tengah dan dunia, yaitu Iran, maka masa depan kita akan sangat gelap dan radikal," ujar Erdan.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) terus menyerukan perlindungan warga sipil dan personel darurat di Gaza.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan lebih dari 25.000 warga Palestina telah terbunuh sejak serangan 7 Oktober.