Broker Indonesia Pekerjakan 4 Pekerja Ilegal Indonesia di Jepang Gunakan KTP Palsu
Diduga keempat orang itu keuntungan dengan memotong sebagian dari gaji pekerja di samping komisi bisnis pengiriman tenaga kerja
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Empat broker termasuk satu warga Indonesia domisili di Jepang ditangkap kepolisian Jepang.
Mereka mengirim 4 pria Indonesia yang sudah overstay (ilegal) untuk bekerja di sebuah vendor di Kota Shizuoka tanpa izin yang diperlukan.
"Empat orang telah ditangkap dan tiga telah didakwa," papar sumber Tribunnews.com dari kepolisian Jepang Kamis (25/1/2024).
Pada 24 Januari, tiga warga negara Jepang, termasuk seorang pekerja konstruksi berusia 44 tahun yang memproklamirkan diri tinggal di Itabashi-ku, Tokyo, dan seorang broker berusia 34 tahun berkebangsaan Indonesia ditangkap karena dicurigai melanggar Undang-Undang Pengiriman Pekerja.
Menurut polisi, keempat pria tersebut diduga mengirim empat pria Indonesia ilegal lainnya untuk bekerja di sebuah kontraktor di Kota Shizuoka antara Juni 2021 dan November 2023 tanpa izin dari Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan.
Mereka yang ditangkap telah menunjukkan kartu tempat tinggal pekerja asing itu kepada perusahaan pengiriman, tetapi menggunakan KTP Jepang yang palsu.
Baca juga: Warga Jepang Bingung Sebab Follower Pratama Arhan Lebih Besar Daripada Shohei Ohtani
Kemungkinan pelaku mendapatkan keuntungan dengan memotong sebagian dari gaji pekerja di samping komisi bisnis pengiriman.
Penyelidikan atas kejahatan yang tersisa sedang berlangsung.
Sebelumnya, pada November 2023, polisi menangkap empat warga negara Indonesia karena dicurigai tinggal secara ilegal di Jepang.
Tiga orang sejak itu telah didakwa.
Persidangan pertama seorang pekerja berusia 36 tahun diadakan di Pengadilan Distrik Shizuoka pada 15 Januari lalu dan pria itu mengakui tuduhan pihak kejaksaan.
Menurut pertanyaan terdakwa, pria itu sudah menikah dan memiliki tiga anak.
Meskipun dia bekerja sebagai sopir di Indonesia, dia berkata, "Orang dengan tingkat pendidikan tinggi dibayar gaji tinggi, tetapi saya tidak."