Kisah Keturunan Korea di Jepang, Dulu Didiskriminasi, Kini Ada yang Jadi Politisi dan Anggota Yakuza
Orang keturunan Korea mengalami diskriminasi selama puluhan tahun di Jepang. Situasi itu dapat ditelusuri seabad silam.
Editor: Willem Jonata
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Orang keturunan Korea mengalami diskriminasi selama puluhan tahun di Jepang.
Situasi itu ditilik dari seabad silam sejak mereka datang ke Jepang untuk bekerja dan menempuh pendidikan demi hidup layak.
Namun, kenyataannya jauh panggang dari api. Mereka sebagai orang jajahan mendapatkan perlakuan diskriminasi, dianggap sebagai perusuh dan tak berpendidikan. Hak-hak sipil dan politik mereka sempat dicabut.
Akibatnya, orang keturunan Korea tak bisa jadi pegawai negeri dan bekerja di sektor publik. Bahkan perusahan besar di Jepang enggan merekrut mereka.
Untuk bertahan hidup orang keturunan Korea di Jepang terpaksa bekerja di sektor usaha kecil. Misalnya buka kedai makan kaki lima.
Setelah perjuangan bertahun-tahun, mereka akhirnya mendapatkan kewarganegaraan Jepang. Mereka bisa bernapas lega.
Banyak dari mereka kini bekerja di sektor publik dan perusahan swasta besar di Jepang. Tak sedikit pula yang berkecimpung di dunia politik.
Dan yang tak kalah mengejutkan, yakni ratusan di antara mereka jadi anggota Yakuza, sindikat kriminal di Jepang yang namanya sangat populer.
"Ada 893 orang keturunan Korea jadi Yakuza di Jepang," ucap Hiroshi Nakasugi (83), orang keturunan Korea yang sudah jadi warga negara Jepang kepada pers.
Nakasugi dikenal sebagai pengusaha dan tokoh agama di Jepang.
Menurut dia, situasi tersebut sedang terjadi di semua tempat di Jepang. Bahkan, ada petugas polisi di Jepang adalah keturunan Korea.
Namun, diakuinya hingga saat ini perlakuan diskriminasi terhadap orang keturunan Korea tak sepenuhnya sirna.
Masih ada saja tuduhan miring yang dialamatkan kepada orang keturunan Korea.
Misalnya anggapan mengenai orang keturunan Korea merendahkan Jepang mengingat industri hiburan K-pop begitu dominan.
"Ini membuatku marah," serunya.