AS Sibuk Urusi Israel, Pejabat Houthi Sentil Ancaman Perang Saudara Amerika dari Situasi Texas
Kondisi internal AS saat ini tengah terjadi konflik kewenangan antara pihak negara bagian Texas di AS dan pemerintah federal soal akses ke Eagle Pass
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AS Sibuk Urusi Israel, Pejabat Houthi Sentil Ancaman Perang Saudara Amerika dari Situasi Texas
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Menteri Luar Negeri Yaman yang secara de facto dipimpin oleh gerakan Houthi, Hussein Al-Ezzi, menyampaikan keprihatinannya atas situasi di dalam Amerika Serikat (AS) saat ini.
Sebagai informasi, kondisi internal AS saat ini tengah terjadi konflik kewenangan antara pihak negara bagian Texas di AS dan pemerintah federal mengenai akses ke Eagle Pass.
Eagle Pass adalah sebuah kota di dan ibu kota kabupaten Maverick County di negara bagian Texas, AS.
Eagle Pass berbatasan dengan kota Piedras Negras, Coahuila, Meksiko.
Baca juga: Anggap Narasi AS Tarik Pasukan Cuma Intrik, Koalisi Milisi Irak Lanjut Serang US Base dan Israel
Kota yang menjadi titik konflik ini terletak di sepanjang perbatasan AS-Meksiko dan merupakan pusat perselisihan mengenai krisis migran di negara tersebut dan siapa yang memiliki yurisdiksi atas penyeberangan perbatasan tersebut.
Pemerintah Texas merasa berhak untuk mengendalikan jumlah imigran yang masuk ke wilayahnya, lewat cara memasang kawat berduri.
Pemerintah Federal AS tidak menyetujui cara-cara ini dan presiden Joe Biden meminta pagar kawat berduri itu dicabut.
Belakangan, kebuntuan terjadi dan konflik meluas dengan berhias isu-isu perang saudara yang kembali muncul seiring kabar kalau Texas mendapat dukungan dari 23 negara bagian lain di AS.
Houthi Sentil Situasi Texas, Serukan Patuhi Hukum HAM Internasional
Atas hal itu, Hussein Al-Ezzi menyerukan para pihak untuk mematuhi hak asasi manusia internasional.
“Saya prihatin dengan perkembangan di Texas dan pihak-pihak yang berkonflik harus menghormati hukum hak asasi manusia internasional,” kata Al-Ezzi.
“Amerika Serikat dan negara-negara lain tidak diragukan lagi sedang menghadapi peristiwa yang mengerikan dan penuh badai. Ini adalah sesuatu yang termasuk dalam apa yang saya sebutkan di tweet saya yang dipasangi pin dua tahun lalu.”
Postingannya yang diberi pin tersebut menyatakan, “Yaman telah menghadapi ketidakadilan yang besar dan kekecewaan global yang meluas, dan oleh karena itu kami mengharapkan hukuman Tuhan yang Maha besar yang akan mempengaruhi kawasan ini dan dunia.”
Hussein Al-Ezzi juga menyentil ancaman perang saudara yang justru potensial terjadi di internal AS saat negara tersebut sibuk mengurusi Israel, di mana Yaman menjadi bagian dari konflik di Timur Tengah tersebut.
“Perang dan krisis yang akan terjadi – secara regional dan internasional – hanyalah awal dari hukuman yang diatur oleh surga terhadap para penindas, dan tidak diragukan lagi, upaya untuk segera menghilangkan ketidakadilan terhadap Yaman dapat mengurangi beban yang akan terjadi di masa depan," kata dia memperingatkan.
AS diketahui telah memimpin serangkaian serangan udara terhadap Yaman sehubungan dengan operasi angkatan laut yang bersekutu dengan Houthi terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah.
Tentara Yaman dan Houthi memblokade Laut Merah sebagai solidaritas terhadap perlawanan rakyat Gaza atas agresi militer Israel.
Baca juga: Dua Jam Houthi Lepaskan Rentetan Rudal Balistik, Satu Hantam Kapal Perang AS, Kapal Kawalan Mundur
Ancaman Perang Saudara AS
Pada tanggal 10 Januari, pihak berwenang Texas memblokir agen Patroli Perbatasan AS dari area 2,5 mil di Eagle Pass.
Aparat Texas kemudian secara efektif mengendalikan penuh kewenangan di Shelby Park dua hari kemudian.
Shelby Park adalah kawasan, mencakup Eagle Pass, yang menjadi titik terbesar terjadinya lonjakan penyeberangan migran sejak bulan lalu.
Dilaporkan sebanyak 4.000 migran dalam waktu 24 jam sempat melintas lewat titik ini, merupakan “rekor tertinggi” untuk wilayah tersebut.
Juru bicara Gubernur Texas Greg Abbott membenarkan penguasaan tersebut dengan berargumen:
“Texas menjaga garis di perbatasan selatan kita dengan memasang kawat berduri bermil-mil tambahan dan penghalang anti-pendakian untuk mencegah dan mengusir imigrasi ilegal tingkat tinggi yang diundang oleh Kebijakan perbatasan terbuka yang ceroboh dari Presiden Biden… pemerintahan Biden mengizinkan akses tanpa batas bagi kartel Meksiko untuk menyelundupkan orang ke negara kita.”
Pada 22 Januari, Mahkamah Agung memutuskan mendukung pemerintahan Biden untuk dapat memotong kawat berduri yang dipasang di perbatasan dengan Texas karena kekhawatiran akan keselamatan migran dan membatasi kemampuan Patroli Perbatasan untuk membantu migran yang membutuhkan bantuan.
Ada juga pembicaraan tentang negara-negara bagian selatan dan bekas Konfederasi, yang berpotensi mengerahkan Garda Nasional mereka untuk mendukung Texas, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya Perang Saudara baru.
Menyusul keputusan pengadilan, anggota Kongres dari Partai Republik Clay Higgins mentweet bahwa “FBI sedang melancarkan perang saudara, dan Texas harus mempertahankan pendirian mereka.”