Moeen Abdul Malik Saeed Dicopot dari Jabatan Perdana Menteri Yaman, Diganti Ahmed Awad bin Mubarak
Perdana Menteri pemerintah Yaman yang didukung Saudi, Moeen Abdul Malik Saeed, telah diberhentikan oleh Dewan Pimpinan Presiden (PLC). Diganti Menlu.
Penulis: Muhammad Barir
Moeen Abdul Malik Saeed Dicopot dari Jabatannya Sebagai Perdana Menteri Yaman, Diganti Menlu Ahmed Awad Bin Mubarak
TRIBUNNEWS.COM- Perdana Menteri pemerintah Yaman yang didukung Saudi, Moeen Abdul Malik Saeed, telah diberhentikan oleh Dewan Pimpinan Presiden (PLC) dan digantikan oleh Menteri Luar Negeri saat ini Ahmed Awad Bin Mubarak.
PLC tidak menjelaskan alasan Abdul Malik, yang menjabat perdana menteri sejak 2018, diganti. Dia dilaporkan akan menjabat sebagai penasihat ketua dewan.
Pemerintah Yaman yang berbasis di Aden bersaing untuk mendapatkan legitimasi dengan pemerintah Yaman pimpinan Ansarallah yang berbasis di ibu kota, Sanaa. Pemerintahan yang dipimpin Ansarallah mengendalikan angkatan bersenjata Yaman dan wilayah Yaman dimana sebagian besar penduduknya tinggal.
Bin Mubarak, perdana menteri baru, menempuh pendidikan di Bagdad dan sebelumnya menjabat sebagai duta besar Yaman untuk AS.
Dia dipandang dekat dengan Arab Saudi dan penentang Ansarallah.
Pada tahun 2015, Bin Mubarak ditawan oleh pejuang Ansarallah di Sanaa ketika ia menjabat sebagai kepala staf kepresidenan. Saat itu, Ansarallah sedang berperang melawan koalisi militer dukungan Saudi yang mendukung pemerintah Aden.
Baca juga: AS-Inggris vs Militan Yaman di Laut Merah, Siapa Target Houthi dan Senjata Apa yang Digunakan?
Perubahan ini terjadi ketika pemerintah yang berbasis di Sanaa semakin populer di kalangan warga Yaman, ketika angkatan bersenjata Yaman mulai menyerang kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah pada bulan November untuk memprotes genosida Israel di Gaza.
Meskipun AS dan Inggris melakukan kampanye pengeboman untuk menargetkan Ansarallah, kelompok perlawanan telah berjanji untuk terus melakukan serangan terhadap kapal komersial Israel, dan sekarang kapal militer AS dan Inggris, di Laut Merah sampai perang di Gaza berakhir.
Seperti yang diamati oleh jurnalis Yaman Mohammed Moqeibel, posisi Sanaa sangat kontras dengan posisi pemerintah di Aden yang didukung Saudi dan Emirat.
Yang mengejutkan warga Yaman, pemerintah Aden menyambut baik serangan pasukan AS dan Inggris terhadap sasaran Ansarallah pada 12 Januari.
“Serangan udara AS-Inggris telah menyinggung perasaan masyarakat Yaman secara universal, sehingga memicu beberapa pembelotan internal kelas berat. Tiba-tiba, Sanaa telah berubah menjadi tujuan bagi sejumlah milisi Yaman yang sebelumnya bersekutu dengan UEA dan Arab Saudi, kini secara terbuka menyatakan kesetiaan mereka kepada Ansarallah", tulis Moqeibel.
(Sumber: The Cradle)