Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Israel Akan Biarkan Pemimpin Hamas Pergi dari Gaza Hidup-hidup, Imbalannya Pembebasan 136 Sandera

Implikasi kepergian Yahya Sinwar dkk menguntungkan Israel karena menandakan berakhirnya kepemimpinan Hamas di Gaza.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Israel Akan Biarkan Pemimpin Hamas Pergi dari Gaza Hidup-hidup, Imbalannya Pembebasan 136 Sandera
Times of Israel
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar menjadi pemimpin Hamas sejak 2017. 

TRIBUNNEWS.COM - Santer kabar menyebut pengasingan pemimpin militer Hamas jadi bagian dari kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Yahya Sinwar, Muhammad Deif, dan beberapa lainnya dibiarkan meninggalkan Gaza dalam keadaan hidup menuju tempat mengasingan mereka.

Israel akan mengizinkan pengasingan pemimpin Hamas Yahya Sinwar dkk dari Jalur Gaza dengan imbalan pembebasan 136 sandera yang tersisa.

“Kami akan membiarkan hal ini terjadi selama semua sandera dibebaskan,” demikain laporan NBC mengutip pernyataan penasihat senior Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Awal pekan ini, media Israel melaporkan bahwa Yerusalem dan Washington baru-baru ini membahas rencana pengasingan anggota senior Hamas sebagai bagian dari gencatan senjata yang lebih luas dan kesepakatan pembebasan sandera.

Baca juga: Delegasi Hamas dan Israel Tiba di Mesir, Bahas Proposal Gencatan Senjata Melalui Mediator

Para pejabat di lingkaran dalam Netanyahu menyatakan dalam diskusi tertutup baru-baru ini bahwa ini adalah pilihan yang sangat menguntungkan bagi Israel.

Sebab, implikasi dari pengasingan tersebut adalah berakhirnya kepemimpinan Hamas di Gaza.

Berita Rekomendasi

Ada laporan di masa lalu tentang proposal baru yang diajukan mediator yang mencakup pengasingan para pemimpin Hamas dari Jalur Gaza ke negara ketiga.

Menurut laporan tersebut, sebagai imbalannya, Hamas akan membebaskan seluruh tawanan Israel yang ditahannya.

Pembebasan sandera akan dilakukan secara bertahap hingga penarikan pasukan IDF dari Gaza.

Yahya Sinwar bernasib seperti Yasser Arafat

Jika kesepakatan disetujui kedua pihak, Yahya Sinwar akan meninggalkan Gaza dan mengasingkan diri menuju negara ketiga.

Gagasan tersebut terlontar dari para pejabat Israel yang meniru kebijakan pemerintah terdahulu, terhadap Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina Yasser Arafat.

Pada 1982, Arafat dibiarkan meninggalkan Beirut, Lebanon, menuju Tunisia menggunakan perahu.

Arafat pergi dari Lebanon usai perjanjian antara AS dan pemerintah Eropa yang menjamin keselamatannya dalam perjalanan ke Tunisia.

"Sinwar kemungkinan akan melakukan tindakan serupa dari Jalur Gaza," demikian mengutip artikel Jerusalem Post.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas