Sebut 4 Batalion Hamas Ada di Rafah, Netanyahu Ungkit Soal Amalek: Pemusnahan Massal Warga Sipil?
PM Israel, Netanyahu menyebut, Brigade Al Qassam masih memiliki kekuatan besar di Rafah, dengan ribuan personel di wilayah tersebut.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Sebuat 4 Batalion Hamas Ada di Rafah, Netanyahu Ungkit Soal Amalek: Pemusnahan Massal?
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan pasukan darat tentara Israel (IDF) segera melakukan operasi di Kota Rafah, Gaza Selatan.
Kantor Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat (9/2/2024), telah menginstruksikan tentara IDF untuk menyiapkan rencana relokasi penduduk sipil Palestina dari Jalur Gaza selatan.
Baca juga: Mesir Siagakan 40 Tank dan Puluhan Lapis Baja di Perbatasan Sinai Saat Israel Akan Serbu Rafah
Fakta bahwa lebih dari satu juta warga sipil Palestina yang mengungsi di kota Rafah dan berpotensi mengakibatkan bencana kemanusiaan lebih parah lagi tak membuat Netanyahu menarik perintah itu.
Netanyahu justru menegaskan perintah ke IDF untuk 'membongkar' setiap batalion sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, di wilayah Rafah.
Dia menyebut, Brigade Al Qassam masih memiliki kekuatan besar di Rafah, dengan ribuan personel di wilayah tersebut.
“Tidak mungkin mencapai tujuan perang untuk melenyapkan Hamas dan meninggalkan empat batalyon Hamas di Rafah,” kata pernyataan itu.
“Di sisi lain, jelas bahwa operasi besar-besaran di Rafah memerlukan evakuasi warga sipil dari zona pertempuran,” tambahnya.
Baca juga: Komandan Peleton Pasukan Khusus IDF Tewas Saat Israel Klaim Gaza Utara Terkendali
Evakuasi Cuma Basa-basi
Perintah Netanyahu untuk mengevakuasi warga sipil Palestina sebelum IDF menyerbu Rafah dinilai banyak pihak cuma basa-basi dan formalitas.
Rekam jejak di Perang Gaza, IDF justru menembaki koridor yang mereka siapkan bagi pengungsi Palestina saat meminta warga sipil Palestina pindah ke Selatan saat menggempur Gaza Selatan, Oktober silam.
Terlebih, rencana mengevakuasi lebih dari 1 juta orang dalam tempo cepat adalah hal yang mustahil dilakukan.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza “sekarang berdesakan di Rafah tanpa tempat tujuan,”.
Dia memperingatkan kalau para pengungsi Palestina saat ini “tidak memiliki rumah” dan “tidak punya harapan.”
Peringatan Israel sebelumnya kepada warga Palestina untuk meninggalkan Gaza utara dan berlindung di selatan tidak memberikan keamanan bagi warga sipil, karena Israel mengebom jalur evakuasi yang diusulkan dan yang dianggap sebagai zona aman.