Ikuti Jejak Raja Arab, 3 Negara Timur Tengah Kutuk Rencana Israel Serbu Rafah
Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) kompak mengutuk rencana tentara Israel untuk menyerang Rafah, di selatan Jalur Gaza.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM – Ikuti raja Arab Saudi, tiga negara besar penguasa Timur tengah Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) kompak mengutuk rencana tentara Israel untuk menyerang Rafah, di selatan Jalur Gaza.
Dalam laporan tertulisnya Kementerian Luar Negeri Kuwait mengungkap keprihatinannya yang mendalam terhadap rencana pasukan pendudukan Israel yang akan menyerang kota Rafah pasca melakukan deportasi paksa.
“Kuwait menegaskan menolak tegas praktik agresif dan skema pengungsian terhadap rakyat Palestina,” ujar Kementerian Luar Negeri Kuwait dikutip dari Anadolu.
“Kami juga menyatakan keprihatinannya yang mendalam terhadap rencana Israel yang melakukan penyerangan ke kota Rafah,” imbuhnya.
Untuk mencegah bertambahnya jumlah korban akibat serangan rudal Israel yang kini telah mencapai lebih dari 27.000 jiwa.
Pemerintah Kuwait mulai mendorong pengaktifan mekanisme akuntabilitas internasional untuk mengakhiri pelanggaran Israel terhadap hukum internasional, hukum kemanusiaan, dan resolusi internasional yang sah.
Hal senada juga turut dilakukan pemerintah Qatar yang turut mengecam keras ancaman Israel untuk menyerang Rafah, yang merupakan wilayah perbatasan dengan Mesir.
Tak tanggung – tanggung untuk menghentikan agresi ini, pemerintah Qatar mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera bertindak mencegah pasukan pendudukan Israel menginvasi dan mengusir warga Rafah.
Dengan tujuan untuk menekan angka kematian akibat tindakan genosida yang dilakukan militer Israel di kota tersebut.
Sementara itu, untuk menghentikan rencana penyerbuan Israel ke Rafah, Kementerian Luar Negeri UEA kini tengah bersiap melancarkan operasi militer di daerah padat penduduk Rafah, yang dipenuhi pengungsi Palestina.
Cara ini dilakukan guna menekan dampak kemanusiaan serius yang mungkin ditimbulkan oleh operasi militer Israel di Rafah.
Baca juga: Imbas Pembantaian Rafah, Pengadilan Belanda Larang Pemerintah Pasok Senjata ke Israel: Tolak Banding
Netanyahu Perintahkan Pasukan Untuk Serbu Rafah
Ultimatum yang dilontarkan ketiga liga Arab ini merupakan sebuah ancaman agar, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengurungkan niatnya untuk menyerbu kota Rafah.
Setelah akhir pekan pimpinan tertinggi di Israel itu memerintahkan pasukannya untuk bersiap memasuki kota tersebut, sebagai bagian dari kampanyenya untuk menghancurkan kelompok militan Palestina Hamas.
Meski Netanyahu telah meminta militernya melindungi warga sipil, serta membantu masyarakat melakukan evakuasi mandiri dari Rafah.
Namun ancaman agresi yang dilakukan Israel memicu kekhawatiran internasional.
Ini lantaran nasib juta pengungsi Gaza saat ini tengah berlindung di kota Rafah.
Presiden Palestina hingga Hamas Bereaksi
Merespon ancaman Netanyahu, Kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam keras tindakan agresi yang akan dilakukan Israel ke kota Rafah.
Ia mengatakan bahwa rencana yang diumumkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk melakukan eskalasi militer di Rafah bertujuan untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka.
Sementara itu pemimpin Hamas di Gaza memperingatkan bahwa operasi pasukan militer Israel di Rafah dapat menyebabkan jatuhnya puluhan ribu korban jiwa di kota tersebut.
Terlebih Rafah merupakan tempat perlindungan terakhir bagi pengungsi Palestina.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)