Intelijen Militer Israel Akui Sulit Lawan Hamas: Kami Tidak akan Bisa Menumpas Mereka
Intelijen Israel mengakui pasukan militernya kesulitan melawan Hamas, bahkan mengklaim tidak akan bisa menumpas gerakan itu.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.com - Divisi Intelijen Militer Israel, Aman, mengaku kesulitan melawan Hamas dalam perang di Gaza.
Ia mengatakan tentara Israel tidak akan bisa sepenuhnya menumpas Hamas.
Tak hanya itu, Aman juga menilai tujuan Israel membubarkan Hamas di masa depan sangat tidak realistis.
Media Israel, yang dikutip Palestine Chronicle, melaporkan sebuah dokumen yang disiapkan Departemen Penelitian Divisi Intelijen Militer.
Laporan itu mengungkapkan bahkan jika tentara Israel berhasil menghancurkan Hamas, Hamas akan bertahan sebagai "kelompok gerilya".
"Ada dukungan rakyat yang nyata untuk Hamas di Gaza, meskipun ada serangan darat Israel dan penargetan terhadap pejuang Brigade Al-Qassam," ungkap dokumen itu, yang diterbitkan oleh Channel 12 Israel.
Pemerintah pendudukan Israel mengumumkan pada awal agresi di Gaza, melenyapkan Hamas adalah salah satu tujuan utama mereka.
Tapi, para pejabat Amerika Serikat (AS) dan Israel meragukan kemampuan tentara Zionis untuk melakukan hal itu.
Diketahui, pada 9 Februari 2023 lalu, New York Times melaporkan bahwa pejabat intelijen AS memberi tahu Kongres AS, Israel telah melemahkan kemampuan Hamas, namun "belum bisa menumpas" gerarakan itu.
"Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berbicara setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri, Antony Blinken."
"Netanyahu sekali lagi menekankan bahwa tujuannya adalah untuk menghancurkan Hamas," bunyi laporan tersebut.
Baca juga: Adegan Al-Qassam Targetkan Tentara Israel dari Jarak Dekat: Ayo Permalukan Netanyahu
Sementara itu, Senin lalu, Radio Tentara Israel mengatakan pasukan mereka masih jauh dari mencapai tujuan untuk menumpas Hamas.
Militer Israel memperkirakan akan butuh waktu satu hingga dua tahun untuk mencapai tujuan mereka.
Kabinet Perang Israel: Serangan di Gaza Bisa Berlanjut hingga Ramadan
Sementara itu, Kabinet Perang Israel masih ngotot melanjutkan serangannya ke Gaza, meski nanti bulan Ramadan datang.
Anggota Kabinet Perang Israel, Benny Gantz, mengatakan serangan tidak akan berhenti sampai semua tawanan Israel yang ditahan di Gaza, bisa dipulangkan.
"Serangan bisa berlanjut hingga bulan Ramadan," kata dia dalam pernyataan yang direkam, Jumat (16/2/2024), dilansir Anadolu Agency.
Pembicaraan mengenai kemungkinan gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan kelompok Hamas sejauh ini belum berhasil.
Gantz mengancam "jika para sandera tidak dikembalikan, kami akan memperluas perang hingga ke Rafah."
“Kami sedang mempersiapkan hal ini, bekerja sama dengan mitra kami termasuk Mesir,” tambahnya.
Gantz mengklaim tentara Israel akan melaksanakan rencana untuk "mengevakuasi penduduk ke daerah yang aman dan mulai beroperasi."
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 28,775 warga Palestina telah terbunuh, dan 68,552 terluka dalam genosida Israel yang berlangsung sejak tanggal 7 Oktober.
Selain itu, setidaknya 7.000 orang belum ditemukan.
Baca juga: Al-Quds Sukses Targetkan Pusat Komando Tentara Israel di Khan Younis, Serang Pakai Mortir Berat
Mereka diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Agresi Israel juga mengakibatkan hampir dua juta orang terpaksa mengungsi dari seluruh Jalur Gaza.
Sebagian besar pengungsi terpaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduknya, dekat perbatasan dengan Mesir – yang kini menjadi kota terbesar di Palestina sejak Nakba 1948.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)