Disebut Rencanakan Serang Kapal Rusia, Kremlin: Inggris Terlibat Langsung Terhadap Perang Ukraina
Rusia menuding Inggris sudah campur tangan secara langsung terhadap peperangan di Ukraina.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Rusia menuding Inggris sudah campur tangan secara langsung terhadap peperangan di Ukraina.
Selama ini keterlibatan negaranya Raja Charles dalam peperangan Ukraina menghadapi Rusia hanya menjadi rahasia umum saja, namun baru-baru ini ada media yang mengungkap pejabat militer Inggris yang ikut merencanakan peperangan.
Media terkenal di dunia The Times menyebutkan bahwa Panglima Angkatan Bersenjata Inggris Laksamana Tony Radakin telah membantu membuat “rencana pertempuran” untuk Ukraina.
Baca juga: Belanda Pasang Badan, Belikan Meriam Ukraina Untuk Serang Rusia
Menanggapi hal tersebut, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa keterlibatan Inggris sudah bukan rahasia umum lagi.
“Bukan rahasia lagi bahwa Inggris benar-benar memberikan berbagai bentuk dukungan [kepada Ukraina]. Orang-orang di lapangan dan intelijen dan sebagainya,” kata Peskov dikutip oleh Russia Today, Jumat (1/3/2024).
The Times mengutip sumber dari militer Kiev dan menyebutkan “dipahami telah membantu Ukraina dengan strategi menghancurkan kapal-kapal Rusia dan membuka Laut Hitam.”
Tentunya taktik tersebut sangat berharga dalam mengoordinasikan dukungan dari para pemimpin senior lainnya di NATO.
Media itu juga mengabarkan bahwa Tony Radakin telah menemui Presiden Volodymyr Zelensky di Kiev dan ikut membahas taktik dan strategi untuk membantu Ukraina menyerang Rusia.
Namun demikian, Peskov mengatakan baha Moskow tidak memiliki informasi yang lebih detil mengenai kehadiran Radakin. "Mungkin saja militer kami mengetahui hal ini," ujar Peskov.
Times melaporkan bahwa Radakin akan pensiun pada November, namun Perdana Menteri Rishi Sunak meminta agar pensiunnya ditunda setahun lagi.
Baca juga: Kim Jong Un Turun Gunung, Kirim 6.700 Kontainer Berisi Amunisi ke Putin Demi Kemenangan Perang Rusia
Radakin, 58 tahun, dijadwalkan pensiun pada bulan November setelah tiga tahun menjabat sebagai kepala staf pertahanan, namun akan tetap menjabat selama satu tahun lagi atas permintaan Perdana Menteri Rishi Sunak, Times melaporkan.
Salah satu sumber mengatakan kepada outlet tersebut bahwa pemerintah Inggris menganggap penting untuk mempertahankan “kontinuitas” menjelang pemilihan umum mendatang.
Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz minggu ini secara tidak sengaja mengkonfirmasi kehadiran pasukan Inggris di lapangan di Ukraina, dan mencatat bahwa operator pengendalian tembakan Inggris mengarahkan rudal jelajah Storm Shadow.
Seorang anggota parlemen Inggris kemudian mengecam komentar Scholz sebagai “penyalahgunaan intelijen yang mencolok” yang membahayakan personel Inggris dan memberi Rusia alasan untuk melakukan tindakan lebih lanjut.
Juru bicara PM Inggris juga mengungkapkan bahwa saat ini mengatakan London belum berencana untuk mengerahkan pasukannya di Ukraina.