Menteri Pertahanan AS Akui Israel Sudah Bunuh 25 Ribu Lebih Wanita dan Anak-anak di Gaza
Pengakuan Menhan AS ini terungkap saat sidang kongres AS mengenai perawatan medis dan bantuan militer ke Ukraina, dan perkembangan situasi Gaza.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Menteri Pertahanan AS Akui Israel Sudah Bunuh 25 Ribu Lebih Wanita dan Anak-anak di Gaza
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin, Kamis (28/2/2024) mengakui kalau Israel telah membunuh lebih dari 25.000 wanita dan anak-anak di Gaza sejak 7 Oktober.
Pengakuan ini terungkap saat sidang kongres mengenai perawatan medis dan bantuan militer ke Ukraina, dan perkembangan Gaza.
Baca juga: Warga Palestina yang Antre Cari Makan Ternyata Juga Diseruduk Tank Israel, AS Tunjukkan Dua Muka
Dalam sidang itu, Austin ditanyai mengenai jumlah perempuan dan anak-anak Palestina yang dibunuh oleh Israel sejak 7 Oktober.
Dia menjawab "Lebih dari 25.000."
"Saat ditanya soal senjata yang dikirim AS ke Israel sejak 7 Oktober, Austin mengaku tidak ingat jumlah pastinya," lapor Quds Press.
Anggota Kongres Partai Demokrat California, Ro Khanna, kemudian menyatakan, "AS telah mengirim lebih dari 21.000 senjata berpemandu ke Israel dalam lima bulan terakhir."
AS Ancam Hentikan Pasokan Senjata ke Israel
Adapun AS dilaporkan sudah menetapkan batas waktu bagi Israel untuk patuh terhadap hukum internasional atau kehilangan pasokan senjata dari Washington.
Baca juga: Ansarallah Houthi: Kedaulatan Dilanggar, Yaman Deklarasikan Perang Terbuka Lawan AS dan Inggris
Laporan Axios merinci, pemerintahan Biden telah memberi Israel tenggat waktu untuk menandatangani surat komitmen terhadap hukum internasional ketika menggunakan senjata AS.
Menurut para pejabat AS dan Israel, batas waktu ini akan berakhir pada pertengahan Maret.
Tengat waktu itu juga termasuk batas bagi Israel untuk segera mengizinkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, Khaberni melaporkan.
"Jika Israel tidak memberikan jaminan pada batas waktu yang ditentukan, maka transfer senjata AS ke negara tersebut akan dihentikan," tulis laporan tersebut.
Persyaratan ini muncul setelah beberapa senator Partai Demokrat menyatakan keprihatinannya atas agresi militer Israel di Gaza.
Kebijakan baru ini menekankan akuntabilitas dan keselarasan dengan nilai dan kepentingan bantuan keamanan AS.
Baca juga: Israel Setuju Usulan Baru dalam Proposal Gencatan Senjata di Paris, Netanyahu Omeli Bos Mossad
Netanyahu Membangkang Soal Gencatan Senjata
Hubungan Biden dan Netanyahu yang tadinya dekat, mulai merenggang ketika Tel Aviv berulang kali mengabaikan saran Washington dalam penanganan konflik Gaza.
Terbaru, Netanyahu juga secara terbuka menentang pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, yang berharap gencatan senjata akan dicapai di Gaza pada Senin depan atau 4 Maret 2024.
Netanyahu sekali lagi menegaskan, perang akan jalan terus sampai tujuan mereka memberangus gerakan pembebasan Palestina, Hamas, tercapai.
“Sejak awal perang, saya telah memimpin kampanye diplomatik untuk mencegah tekanan yang bertujuan untuk mengakhiri perang sebelum waktunya, dan untuk mendapatkan dukungan kuat bagi Israel," kata Netanyahu mengomentari pernyataan Joe Biden, Rabu (28/2/2024).
Netanyahu berkhayal mayoritas warga AS mendukung Israel untuk melanjutkan agresi di Jalur Gaza.
"Kami telah mencapai kesuksesan besar...dan hari ini sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Universitas Harvard diterbitkan menunjukkan bahwa 82 persen masyarakat Amerika mendukung Israel," katanya.
Ia menyimpulkan mayoritas warga AS mendukung Israel, bukan Hamas.
"Artinya empat dari lima warga Amerika mendukung Israel, bukan Hamas," katanya, dikutip dari Sky News.
Perdana Menteri Israel menekankan dukungan ini akan membantu Israel melanjutkan kampanye sampai kemenangan penuh tercapai.
Joe Biden Berharap Gencatan Senjata Terjadi pada 4 Maret 2024
Sebelumnya, sebuah sumber Israel mengatakan kepada ABC News, Benjamin Netanyahu terkejut dengan pernyataan Presiden Joe Biden tentang tercapainya gencatan senjata di Gaza selambat-lambatnya Senin depan pada 4 Maret 2024.
Biden mengumumkan harapannya tersebut pada Selasa (27/2/2024).
Menurutnya, Israel setuju untuk menghentikan serangannya di Jalur Gaza selama bulan Ramadhan sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata yang sedang dinegosiasikan.
Baca juga: Israel Bersedia Hentikan Serangan Brutal di Gaza Selama Ramadhan
Sebagai tanggapan, sumber politik Israel mengatakan kepada ABC News bahwa Netanyahu terkejut dengan pernyataan Presiden AS.
Dia menilai tuntutan Hamas dalam negosiasi yang sedang berlangsung masih fiktif dan mengatakan kesepakatan hanya akan tercapai melalui tekanan militer dengan Hamas.
"Kesepakatan dicapai pada bulan November, dan kesepakatan lain dapat dicapai setelah Hamas menjadi realistis, dan tuntutan Hamas masih fiktif," katanya.
(oln/axios/jn/*)