Usai Israel Tembaki Warga saat Antre Makanan, Biden Setujui Pengiriman Bantuan ke Gaza Lewat Udara
Buntut serangan Israel, Joe Biden mengatakan pengiriman bantuan udara ke Gaza akan segera dimulai.
Penulis: Nuryanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) akan mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan darurat ke Gaza.
Hal ini disampaikan Presiden AS, Joe Biden, pada Jumat (1/3/2024), sehari setelah lebih dari 100 warga Palestina terbunuh dalam bentrokan yang kacau dengan pasukan Israel.
Sebanyak 115 warga Palestina tewas dan lebih dari 750 lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, Kamis (29/2/2024).
Para saksi mata mengatakan, pasukan Israel melepaskan tembakan ketika banyak orang berlomba untuk menarik barang-barang dari konvoi bantuan makanan.
Setelah serangan Israel itu, Joe Biden mengatakan pengiriman bantuan udara ke Gaza akan segera dimulai.
AS sedang mencari cara tambahan untuk memfasilitasi penyaluran bantuan yang sangat dibutuhkan ke wilayah yang dilanda perang tersebut guna meringankan penderitaan warga Palestina.
“Dalam beberapa hari mendatang kami akan bergabung dengan teman-teman kami di Yordania dan pihak lain yang memberikan makanan dan pasokan tambahan melalui udara, dan akan berusaha membuka jalan lain, termasuk kemungkinan koridor laut,” ungkap Joe Biden, dilansir AP News.
Insiden pada hari Kamis tersebut tampaknya mengubah keseimbangan dan mendorong Joe Biden untuk menyetujui pengiriman bantuan melalui udara.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan serangan udara adalah operasi yang sulit.
Namun, kata dia, kebutuhan bantuan yang mendesak di Gaza mendasari keputusan presiden tersebut.
John Kirby menekankan, jalur darat akan terus digunakan untuk menyalurkan bantuan ke Gaza, dan pengiriman bantuan melalui udara merupakan upaya tambahan.
Baca juga: 7 Sandera Tewas termasuk Teman Dekat Netanyahu, Hamas: Israel Tembaki Mereka
“Ini bukanlah hal yang ingin Anda lakukan dalam sekejap. Anda ingin memikirkannya baik-baik,” kata Kirby.
“Ada beberapa operasi militer yang lebih rumit daripada bantuan kemanusiaan yang diberikan melalui udara," sambungnya.
Sebelumnya, Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan Pentagon telah mempertimbangkan manfaat dari bantuan militer AS selama beberapa bulan.