60 Ribu Wanita Hamil di Gaza Malnutrisi saat Peringatan Hari Perempuan Internasional
Sekitar 60.000 wanita hamil di Jalur Gaza menderita kekurangan gizi dan dehidrasi akibat perang Israel di tengah Hari Perempuan Internasional
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Sekitar 60.000 wanita hamil di Jalur Gaza menderita kekurangan gizi dan dehidrasi akibat perang Israel dengan pasukan militan Palestina, Hamas.
Hal ini diumumkan oleh Kementerian Kesehatan setempat jelang Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada Jumat (8/3/2024).
Kementerian mengatakan, para perempuan ini juga kekurangan layanan kesehatan yang layak.
Laporan tersebut menambahkan, 49 persen dari populasi Jalur Gaza adalah perempuan.
Sebagian besar dari mereka berada dalam usia subur, dengan sekitar 5.000 perempuan melahirkan setiap bulannya dalam kondisi terancam, tidak aman dan tidak sehat akibat penembakan dan pengungsian.
Pada 19 Februari, UNICEF memperingatkan, peningkatan tajam kekurangan gizi di kalangan anak-anak, wanita hamil dan ibu menyusui di Jalur Gaza merupakan “ancaman serius” terhadap kesehatan mereka, terutama dengan perang yang sedang berlangsung.
Akibat perang dan pembatasan yang dilakukan Israel, penduduk Gaza, terutama di wilayah Gaza dan wilayah utara, berada di ambang kelaparan di tengah kekurangan makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar, selain krisis kesehatan akibat penyebaran epidemi dan penyakit serta lemahnya pelayanan medis.
Kementerian Kesehatan Gaza, dalam pernyataannya, meminta PBB untuk segera menghentikan agresi Israel dan genosida terhadap perempuan Palestina dan keluarga mereka.
Mereka juga menyerukan lembaga-lembaga perempuan di seluruh dunia untuk mendukung perempuan Palestina dan memobilisasi upaya untuk menuntut diakhirinya agresi Israel.
Kementerian juga mendesak lembaga-lembaga internasional untuk mendukung kebutuhan hidup, kesehatan, psikologis dan sosial perempuan Palestina, khususnya di Jalur Gaza.
Menjelang Hari Perempuan Internasional, kementerian mengumumkan kematian 9.000 perempuan Palestina di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Baca juga: Joe Biden Klaim Dirinya Bekerja Tanpa Henti demi Gencatan Senjata di Gaza
Tentara Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Jalur Gaza, yang mengakibatkan puluhan ribu korban sipil.
Kemudian bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kehancuran besar-besaran infrastruktur dan properti.
Menurut data Palestina dan PBB, menyebabkan Israel harus menghadap Mahkamah Internasional untuk keadilan pada bulan Januari atas tuduhan genosida.
Israel Jatuhkan Pamflet
Warga Palestina mengecam aksi Israel yang menjatuhkan pamflet di Gaza menjelang masuknya bulan suci Ramadan, menyebutnya sebagai bentuk "penyiksaan psikologis".
Dilansir Middle East Eye, selebaran tersebut menyerukan kepada warga untuk memberi makan kepada orang yang membutuhkan dan berbicara dengan baik.
Padahal, warga Gaza sendiri berada dalam risiko kelaparan karena blokade Israel terhadap makanan dan air.
Setidaknya 20 orang meninggal karena dehidrasi dan kekurangan gizi sejak dimulainya perang pada tanggal 7 Oktober.
Sejak itu, Israel memutus semua makanan, bantuan, listrik, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
Selebaran yang ditulis dalam bahasa Arab itu memuat gambar lampion yang biasa digunakan sebagai dekorasi Ramadan.
Terdapat bacaan memohon kepada Tuhan agar puasa diterima dan dosa diampuni, serta agar warga Palestina di wilayah tersebut mendapatkan buka puasa yang nikmat.
Para jurnalis dan aktivis mengecam selebaran tersebut dan menyatakan bahwa kelaparan tidak akan meluas di Gaza jika bukan karena Israel.
Pengacara hak asasi manusia May el-Sadany menyebut tindakan tersebut "sangat bejat."
Ia menambahkan bahwa Israel bertanggung jawab atas rakyat Palestina yang kelaparan.
Jurnalis Palestina Hebh Jamal menyebutnya sebagai “penyiksaan psikologis”.
Baca juga: Warga Palestina yang Dibebaskan Israel Bersaksi tentang Penganiayaan Tentara Israel saat Interogasi
Ambang kelaparan
Ramadan akan dimulai pekan depan, dengan sekitar dua juta warga Palestina di Gaza menjadi pengungsi menurut PBB.
Banyak yang mencari perlindungan di kamp-kamp pengungsi, sekolah, dan tempat penampungan sementara.
Setidaknya 30.000 warga Palestina di Gaza telah terbunuh sejak 7 Oktober, dan setidaknya 70.000 orang terluka, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi banyak orang mengenai awal bulan suci ini.
Gaza berada di ambang kelaparan, kata kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada akhir Februari lalu.
“Terakhir kali UNRWA bisa mengantarkan bantuan pangan ke Gaza utara adalah pada 23 Januari,” tulis Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal UNRWA, di media sosial.
Setidaknya 500.000 orang menghadapi kelaparan sementara hampir seluruh penduduk Gaza, yakni 2,3 juta orang, mengalami kekurangan pangan akut, menurut angka dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB.
Ini bukan pertama kalinya Israel menjatuhkan selebaran di Gaza menjelang Ramadan.
Pada bulan Juni 2018, pasukan Israel menjatuhkan selebaran menggunakan drone di wilayah tersebut di tengah protes Great March of Return, yang menewaskan sedikitnya 223 warga Palestina.
“Penduduk Jalur Gaza! Salam, dan semoga Ramadan membawa berkah bagi Anda,” demikian isi selebaran tersebut.
“Orang bijak mempertimbangkan hasil tindakannya terlebih dahulu dan memilih tindakan yang manfaatnya lebih besar daripada kerugiannya."
(Tribunnews.com, Chrysnha/Tiara Shelavie)