Militer AS Diperintahkan Bangun Pelabuhan Darurat di Gaza guna Salurkan Bantuan Berskala Besar
Joe Biden meminta militer AS membangun pelabuhan darurat di Jalur Gaza untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, memerintahkan militer AS untuk membangun pelabuhan darurat untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan berskala besar.
Biden akan mengumumkan hal itu secara resmi dalam pidato kenegaraan pada Kamis (8/3/2024), waktu AS.
"Kita tidak menunggu pihak Israel. Ini waktunya bagi kepemimpinan Amerika," kata pejabat senior AS dikutip dari The Guardian.
AS sendiri tampak frustrasi karena Israel merusak jalur pengiriman bantuan kemanusiaan.
Sayangnya, rencana AS itu akan dilaksanakan beberapa pekan kemudian sehingga bantuan berpotensi terlambat disalurkan.
Para pakar menyambut baik rencana itu. Namun, mereka menyebut hal itu kurang efektif dalam mengalirkan bantuan ke Gaza.
Menurut mereka, cara yang lebih baik ialah menggunakan pengaruh AS untuk memaksa pemerintah Israel membuka lebih banyak jalur darat untuk menyalurkan bantuan.
Pelabuhan darurat itu akan dibangun oleh kesatuan zeni AS yang beroperasi dari kapal di lepas pantai Gaza, tempatnya di Distrik Rimal.
Militer AS tidak perlu mendarat ke pantai lantaran mereka bisa membangun dermaga mengapung dari kapal di lepas pantai.
Adapun bantuan kemanusiaan nantinya bakal dikapalkan dari Pelabuhan Larnaca di Siprus yang menjadi pusat bantuan.
"Malam ini dalam pidato kenegaraannya presiden akan menyampaikan bahwa dia telah meminta militer AS untuk menjalankan misi darurat guna membangun pelabuhan di Gaza, bekerja sama dengan negara-negara sepemikiran dan rekan-rekan kemanusiaan," ujar pejabat itu.
Baca juga: 27 Tahanan Palestina Tewas saat di Dalam Tahanan Israel, Meninggal di Sde Teiman dan Anatot Israel
Dia mengklaim pelabuhan itu bisa mengakomodasi ratusan truk bantuan setiap hari.
Pernyataan Biden tentang pembangunan pelabuhan darurat itu akan disusul oleh pernyataan bersama dari negara lain dan berbagai organisasi kemanusiaan yang terlibat dalam penyaluran bantuan.
Salah satu negara yang terlibat ialah Uni Emirat Arab. Namun, belum diketahui apakah negara itu juga akan menawarkan pasukan guna mengamankan pelabuhan.