Meski Ada Embargo dari AS, Ekspor Minyak Iran Mencapai Level Tertinggi dalam Lima Tahun Terakhir
Ekspor minyak Iran mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir. Meskipun ada upaya Washington yang memberi emberago.
Penulis: Muhammad Barir
Ekspor Minyak Iran Mencapai Level Tertinggi dalam Lima Tahun Terakhir Meski Ada Embargo dari AS
TRIBUNNEWS.COM- Ekspor minyak Iran mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Para pejabat menyoroti bahwa meskipun ada upaya Washington, sanksi tidak mempengaruhi pertumbuhan pembangunan Teheran
Menteri Perminyakan Iran mengatakan pada 10 Maret bahwa ekspor minyak mentah negaranya telah mencapai level tertinggi dalam lima tahun sejak 2018 meskipun ada sanksi AS terhadap sektor energi Teheran.
Menteri Perminyakan Javad Owji mengatakan, “Pada awal pemerintahan ini, produksi minyak di provinsi Khuzestan [Iran] mencapai 1,7 juta barel per hari, yang kini telah mencapai 2,7 juta barel per hari.”
Menkeu juga mencatat produksi gas alam tumbuh sebesar lima persen. Kilang-kilang Iran telah meningkatkan kapasitas produksi melalui proyek-proyek yang dilaksanakan oleh para spesialis Iran setelah banyak negara asing menarik diri karena sanksi AS.
Pernyataan tersebut disampaikan Owji di sela-sela acara penandatanganan kontrak proyek peningkatan tekanan ladang gas South Pars.
“Sanksi tidak menghambat pertumbuhan pembangunan kami,” kata Owji.
“Jika kita menelaah 40 tahun terakhir, pada tahun manakah Kementerian Perminyakan melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi minyak dan gas melebihi 20 persen setiap triwulan? Pertumbuhan ekonomi kita pada bulan pertama, kedua, dan ketiga tahun 1402 [tahun hijriah dari 21 Maret 2023–19 Maret 2024] sudah lebih dari 20 persen. Mari kita menilai sekarang: Apakah embargo menghambat pertumbuhan kita?”
Ketika Owji ditanya tentang kemungkinan kembalinya mantan presiden Donald Trump ke kursi kepresidenan AS, menteri perminyakan mengatakan kembalinya Trump tidak akan berdampak pada Iran.
“Di pemerintahan ini, kami menandatangani kontrak baik dengan perusahaan-perusahaan kuat Rusia, dan beberapa ladang minyak telah dioperasikan. Dua puluh ribu barel produksi kami berasal dari ladang yang kami kontrak. Beberapa ladang minyak lainnya juga masuk dalam agenda perusahaan minyak tersebut, yang mengakhiri negosiasi.”
Pada masa kepemimpinan Trump, sanksi brutal diberlakukan kembali terhadap Iran setelah keluar dari perjanjian nuklir pada Mei 2018, meskipun Iran sepenuhnya mematuhi ketentuan yang tercantum dalam Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Salah satu tujuan Washington adalah mengurangi ekspor minyak Iran hingga mendekati nol. Teheran, dalam beberapa kesempatan, mengecam sanksi tersebut sebagai tindakan “perang ekonomi” dan “terorisme ekonomi.”
(Sumber: The Cradle)