Berniat Serang Rafah, Israel Malah Diklaim Sudah Keok di Gaza, Hizbullah: Gagal Capai Tujuannya
Hizbullah menyebut militer Israel sudah kelelahan di semua front pertempuran dan gagal mencapai tujuannya.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM – Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengklaim Israel sudah kalah dalam perang di Jalur Gaza, bahkan jika pasukannya nanti memasuki Kota Rafah.
Belakangan ini Israel memang menegaskan keinginannya menyerang Rafah meski ramai dikritik oleh masyarakat dunia.
Nasrallah menyebut militer negara Zionis itu sudah “kelelahan” di semua front pertempuran.
“Bahkan, pakar di Israel mengakui kekalahan yang ditimbulkan oleh Poros Perlawanan,” kata Nasrallah pada hari Rabu, (13/3/2024), dikutip dari Anadolu Agency.
“Setelah enam bulan bertempur, negara Yahudi itu gagal meraih satu pun kemenangan ataupun satu pun tujuannya,” katanya menambahkan.
Dia mengatakan warga Gaza terus melancarkan perlawanan terhadap Israel dengan kuat dan berani.
“Kita berkata kepada (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu, bahkan jika Anda pergi ke Rafah, Anda sudah kalah perang, dan Anda tak bisa melenyapkan Hamas atau perlawanan di Gaza terlepas dari semua pembantaian itu.”
Kata Nasrallah, militer Israel tidak hanya kelelahan, tetapi juga kehilangan banyak personel. Bahkan, menurutnya, jumlahnya lebih besar daripada yang diumumkan.
Dia menyebut serangan Hamas dan pertempuran di perbatasan Lebanon telah membuat Israel kekurangan tentara untuk melanjutkan perang di Gaza.
“Kerugian ekonomi di Lebanon selatan tidak bisa dibandingkan dengan kerugian besar dalam pendudukan di front selatan Gaza,” ujarnya.
Nasrallah turut menyinggung gerakan perlawanan di Irak yang terus terjadi selama Ramadan.
Baca juga: Hizbullah Tantang Netanyahu Jika Israel Invasi Rafah dan Sebut AS Munafik
“Perlawanan di Irak dan pesawat nirawaknya dan roket melawan entitas (Israel) adalah persoalan yang berlanjut dan sedang terjadi, dan front pendukung akan terus melanjutkan pekerjaan mereka pada bulan Ramadan.
Kemudian, dia mengklaim Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sebenarnya mampu menghentikan perang di Gaza.
“Apakah orang percaya bahwa Presiden AS Joe Biden tidak bisa menghentikan perang di Gaza? Dia mampu menghentikan agresi di Gaza dengan muda, entah di Dewan Keamanan PBB atau di tempat lain.
Kata dia, penyaluran bantuan kemanusiaan dengan cara dijatuhkan dari udara dalah suatu “kemunafikan” dan “kedunguan Amerika”.
“Yang diperlukan dari pemerintah AS ialah menghentikan agresi di Gaza,” kata dia menekankan.
Mengenai upaya perundingan, Nasrallah menyebut Hamas bernegosiasi atas kepentingan semua faksi perlawanan.
“Hamas berunding bukan dari posisi yang lemah, tetapi memaksakan syarat (kepada Israel).”
Adapun Hizbullah dan Israel mulai saling menyerang sehari setelah perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2024.
Dilaporkan bahwa konflik Israel-Hizbullah menewaskan 242 anggota Hizbullah, 49 warga sipil Lebanon, 11 anggota Gerakan Amal, 12 anggota Hamas, 12 anggota Jihad Islam, 6 warga sipil Israel, dan 11 warga sipil Israel.
Adapun serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 31.000 warga Palestina.
Israel berniat serang Rafah
Baca juga: Bandel dan Keras Kepala, Netanyahu Ngotot Akan Serang Rafah untuk Rampungkan Pekerjaan di Gaza
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras akan melancarkan serangan Kota Rafah di Jalur Gaza.
Padahal, sudah ada banyak desakan dari masyarakat dunia agar Netanyahu mengurungkan niatnya lantaran sudah banyak warga sipil Palestina yang jadi korban tewas.
Netanyahu juga kembali menegaskan bahwa desakan dari masyarakat dunia dan kritik yang diarahkan kepada Israel tak akan menghentikan negara Zionis itu.
Dia mengklaim keberlangsungan negara Israel sedang dipertaruhkan. Selain itu, menurutnya “kemenangan total” sudah dekat.
Adapun Rafah adalah kota besar di Gaza selatan dan berada di dekat perbatasan Gaza-Mesir.
Rafah saat ini menjadi tempat berlindung sekitar 1,5 juta warga Palestina yang kini mengungsi.
Kota tersebut penuh sesak oleh warga Palestina setelah Pasukan Pertahanan Israel meminta mereka untuk mengevakuasi diri dari Gaza utara.
Netanyahu berulang kali menolak desakan untuk melakukan gencatan senjata. Dia menyebut Israel harus menyingkirkan benteng terakhir Hamas.
“Demi memenangkan perang ini, kami harus menghancurkan batalion terakhir Hamas di Rafah,” ujar Netanyahu dalam pesan video kepada ogranisasi pro-Israel bernama AIPAC di Washington, AS, hari Selasa, (12/3/2024), dikutip dari Russia Today.
“Kami harus merampungkan pekerjaan di Rafah,” katanya.
(Tribunnews/Febri)