Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sosok Mohammad Mustafa, Perdana Menteri Palestina Baru yang Pernah jadi Kepala Rekonstruksi Gaza

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menunjuk Perdana Menteri Palestina baru, Mohammad Mustafa untuk menggantikan Mohammed Shtayyeh yang mundur.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Sosok Mohammad Mustafa, Perdana Menteri Palestina Baru yang Pernah jadi Kepala Rekonstruksi Gaza
Twitter
Mohammad Mustafa dan Mahmoud Abbas -- Presiden Palestina, Mahmoud Abbas resmi menunjuk Perdana Menteri Palestina baru, Mohammad Mustafa untuk menggantikan Mohammed Shtayyeh yang mundur pada Februari lalu. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas secara resmi telah menunjuk Perdana Menteri Palestina baru, yakni Mohammad Mustafa, Kamis (14/3/2024).

Mohammad Mustafa menggantikan Mohammed Shtayyeh yang mundur dari jabatannya pada Februari 2024 lalu.

Penunjukan Mustafa ini terjadi setelah meningkatnya tekanan untuk merombak dan merevitalisasi badan pemerintahan di wilayah Palestina yang diduduki.

Lantas, siapa sosok Mohammad Mustafa?

Mengutip CTV News, sebelum ditunjuk sebagai Perdana Menteri Palestina, Mustafa merupakan Ketua Dana Investasi Palestina (PIF).

Sebelumnya pada tahun 2006 dan 2013, Mustafa sempat menjabat sebagai CEO di PIF.

Di bawah kepemimpinannya, PIF telah menjadi investor utama di Palestina.

BERITA REKOMENDASI

Sebagai CEO, Mustafa memimpin pendirian beberapa perusahaan terkemuka Palestina, termasuk Wataniya Mobile, Perusahaan Investasi Real Estat Amaar, Perusahaan Investasi Real Estat Al Reehan, Perusahaan Pembangkit Listrik Palestina, Perusahaan Manajemen Aset Khazanah, dan Dana Sharakat untuk Usaha Kecil.

Mustafa juga sempat ditunjuk sebagai Kepala Rekonstruksi Gaza setelah perang di tahun 2014.

Pria kelahiran 26 Agustus 1954 ini juga sempat bekerja dengan organisasi internasional terkemuka di pasar global.

Ia pernah bekerja di Bank Dunia untuk memegang beberapa posisi senior di berbagai sektor, termasuk pembangunan dan reformasi ekonomi, pembiayaan proyek, pengembangan sektor swasta, privatisasi telekomunikasi, dan pembangunan infrastruktur.

Baca juga: Gantikan Mohammad Shtayyeh, Presiden Palestina Tunjuk Mohammad Mustafa Jadi PM Baru

Selama masa jabatannya di Bank Dunia, Mustafa pernah mengambil cuti panjang untuk bekerja sebagai CEO pendiri PalTel.

Pernah Diusir dari Rumah di Tepi Barat

Pria yang lahir di Kafr Sur, Tepi Barat pada 26 Agustus 1954 ini pernah diusir dari rumahnya dan mengungsi di Kuwait bersama keluarganya.

Dikutip dari Wikipedia, ia pun berusaha keras agar bisa mengenyam pendidikan tinggi hingga akhirnya mendapatkan gelar sarjana dari Universitas Bagdad di bidang teknik elektro.

Setelahnya, ia mengambil gelar master dan PhD di Universitas George Washington, Washington, Amerika Serikat.

Penuhi Tuntutan Internasional

Meski Abbas tetap menjadi tokoh paling berkuasa di Otoritas Palestina (PA), penunjukan Mustafa sebagai Perdana Menteri baru merupakan demonstrasi kesediaan untuk memenuhi tuntutan internasional untuk perubahan dalam pemerintahan.

Dikutip dari Reuters, Mustafa ditugaskan untuk memimpin bantuan dan pembangunan kembali wilayah Gaza yang hancur akibat perang selama lima bulan.

Baca juga: Suku-Suku di Gaza Tolak Jadi Antek Israel, Hamas Justru Ditikam Bos Intelijen Otoritas Palestina?

Ia juga dituntut untuk mereformasi lembaga-lembaga Otoritas Palestina.

PA menjalankan pemerintahan terbatas di sebagian wilayah Tepi Barat yang diduduki, yang diinginkan Palestina sebagai inti negara merdeka di masa depan.

Namun, mereka kemungkinan juga memainkan peran penting dalam mengelola Gaza setelah pertempuran berakhir.

Meskipun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah menyatakan penolakan keras terhadap keterlibatan PA dalam mengelola wilayah tersebut.

PA, yang dikendalikan oleh faksi politik Fatah pimpinan Abbas, telah lama memiliki hubungan yang tegang dengan Hamas.

Baca juga: Dokter Palestina Gelar Upacara Pernikahan di Rumah Sakit Al-Shifa Gaza

Kedua faksi tersebut terlibat perang singkat sebelum Fatah diusir dari wilayah Gaza pada tahun 2007.

Namun mereka telah berulang kali mengutuk invasi Israel ke Jalur Gaza, menyusul serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, dan mereka bersikeras bahwa mereka harus memainkan peran dalam menjalankan Gaza setelah perang.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas