UNICEF: Serangan Israel Buat Anak-anak di Gaza Derita Malnutrisi Hingga Tewaskan 13.000 Jiwa
Menurut Badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), sejak Oktober lalu lebih dari 13.000 anak-anak di Gaza dinyatakan tewas
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, GAZA – Menurut Badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), sejak Oktober lalu lebih dari 13.000 anak-anak di Gaza dinyatakan tewas akibat menjadi target serangan militer Israel.
Pernyataan tersebut lontarkan UNICEF usai Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mulai mengintensifkan operasi militernya di sejumlah wilayah di Gaza yang dikuasai Hamas.
Netanyahu berdalih serangan itu dilakukan untuk menghancurkan kelompok militan Palestina Hamas, dengan begitu mereka dapat memukul mundur milisi Hamas dari Gaza.
Baca juga: Israel Desak ICJ Tidak Perintahkan Tindakan Baru atas Krisis Pangan di Gaza
Namun ancaman agresi yang dilakukan Israel justru memicu kekhawatiran internasional, lantaran serangan tersebut menyebabkan terjadinya genosida massal hingga lonjakan korban jiwa di Gaza naik mencapai 31.000. Adapun korban tewas tersebut sebagian besar didominasi oleh anak-anak.
“Ribuan lainnya terluka, kami bahkan tidak bisa memastikan di mana mereka berada. Mereka mungkin terjebak di bawah reruntuhan. Kami belum pernah melihat tingkat kematian anak-anak sebesar itu di hampir semua konflik lain di dunia,” ujar Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell, dikutip dari Al Arabiya.
Tak hanya itu, serangan militer Israel terhadap warga sipil Gaza membuat 2,3 juta penduduk hidup dalam keterbatasan di tenda-tenda pengungsian. Situasi makin memprihatinkan pasca militer Israel terus membombardir Jalur Gaza serta menangguhkan akses truk – truk bantuan kemanusian yang akan memasuki wilayah perbatasan.
Imbasnya penduduk yang mengungsi harus menghadapi krisis kemanusiaan, termasuk anak-anak di Gaza yang kini mengalami stunting dan malnutrisi akut, akibat stok bahan pangan tak bisa masuk ke wilayah pengungsian.
“Satu dari tiga anak di bawah usia 2 tahun di Gaza utara sekarang mengalami kekurangan gizi akut dan kelaparan akan segera terjadi,” kata badan utama PBB yang beroperasi di wilayah kantong Palestina.
Baca juga: Tentara Israel Kembali Meluncurkan Operasi Militer di Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza
Senada dengan PBB, sejumlah rumah sakit di Gaza juga mengatakan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekurangan gizi akut dan dua dari setiap 10.000 anak di Gaza meninggal setiap hari karena kelaparan atau kekurangan gizi.
“Saya pernah berada di bangsal anak-anak yang menderita anemia gizi buruk yang parah, seluruh bangsal benar-benar sepi. Karena anak-anak, bayi bahkan tidak punya tenaga untuk menangis,” jelas Russell.
Seorang mengatakan Israel sengaja menghancurkan sistem pangan Gaza sebagai bagian dari kampanye kelaparan yang lebih luas dalam perang melawan Hamas.
Sementara itu Otoritas Israel membantah telah membatasi kemanusiaan bagi warga sipil di Gaza, dan menyalahkan lambatnya pengiriman bantuan karena ketidakmampuan atau ketidakefisienan di antara badan-badan PBB.
Bayi di Gaza Konsumsi Kurma
Menurut laporan Lembaga Swadaya Masyarakat Internasional ActionAid gizi buruk yang menimpa ibu hamil dan menyusui di Gaza mulai mengalami lonjakan tajam.
Hal ini mulai terjadi pasca Israel melakukan blokade bantuan pangan yang akan dikirimkan ke wilayah Gaza. Akibatnya para ibu hamil dan menyusui mengalami gizi buruk dan kekurangan cairan, sehingga tak bisa menyusui bayinya dengan baik.
“Seluruh penduduk dunia mengalami kelaparan, namun ibu hamil dan menyusui yang paling menderita. Kisah-kisah yang kami dengar sungguh mengerikan,” Riham Jafari, Koordinator Advokasi dan Komunikasi di ActionAid Palestine.
Untuk mencegah bayi-bayi mengalami kelaparan, Seorang ibu pengungsi Palestina bernama Warda Mattar yang tinggal di kamp pengungsi Al-Nuseirat, sebelah utara Deir al-Balah terpaksa membungkus kurma dengan kain kasa. Agar bayinya yang berusia dua bulan bisa menghisap sari kurma.
Mattar terpaksa melakukannya untuk membuat bayinya tidak terus menangis. Ia mengungkap bahwa kurma kini menjadi satu-satunya harapan untuk pemenuhan nutrisi bayinya karena produksi air susu (ASI)-nya tidak lancar serta mahalnya susu formula.