Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bombardir Israel Bisa Perburuk Situasi, Rezim Iran Terancam Runtuh Imbas Keruwetan Masalah Domestik

Iran sedang krisis di tengah ketegangan konflik langsung dengan Israel. Selain inflasi, terjadi penurunan kohesi sosial di masyarakatnya.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Bombardir Israel Bisa Perburuk Situasi, Rezim Iran Terancam Runtuh Imbas Keruwetan Masalah Domestik
Twitter-X/Twitter-X
Pengawal Revolusi Iran Meluncurkan Drone Kamikaze dan Rudal Balistik, menunjukkan ledakan menerangi langit di Hebron dan Tel Aviv selama serangan Iran terhadap Israel. Minggu (14/4/2024). Pengawal Revolusi Iran mengkonfirmasi bahwa serangan pesawat tak berawak dan rudal sedang dilakukan terhadap Israel, sebagai pembalasan atas serangan pesawat tak berawak yang mematikan pada tanggal 1 April di konsulatnya di Damaskus. (Twitter-X / HO) 

TRIBUNNEWS.COM - Keputusan Iran terlibat konflik secara langsung dengan Israel dinilai tidak bijaksana.

Sebab, Iran saat ini mengalami masalah domestik yang sangat genting.

Kritik tersebut disampaikan mantan menteri tenaga kerja sekaligus pejabat intelijen Iran Ali Rabiei dalam sebuah artikel yang diterbitkan di harian Etemad pada hari Jumat dan diterbitkan kembali di situs Iran International.

Dia menekankan bahwa tanpa mengatasi masalah domestik, tidak bijaksana bagi Teheran untuk terlibat dalam konflik langsung dengan Israel, yang menurutnya, hanya akan memperburuk situasi.

Rabiei menekankan perlunya tata kelola yang bijaksana dan manajemen krisis yang efektif untuk mengantisipasi runtuhnya sistem tata pemerintahan Iran.

“Pertama-tama kita harus memitigasi dampak krisis yang ada untuk mencegah runtuhnya sistem,” tegas Rabiei.

Dia menunjuk pada krisis ekonomi termasuk inflasi yang mencapai sekitar 50 persen, menurunnya kohesi sosial, dan ketidakstabilan psikologis yang ada dalam masyarakat seiring beberapa krisis mendesak yang dihadapi negara dan kepemimpinan politiknya.

BERITA REKOMENDASI

Mengingat keadaan ini, Rabiei menganjurkan penerapan "kebijakan perdamaian" untuk mengurangi ketegangan dan memupuk persatuan dan empati dalam masyarakat.

Berbagai protes anti-rezim di seluruh negeri telah mengguncang penguasa agama-militer Republik Islam sejak tahun 2018.

Pasukan keamanan telah membunuh ribuan pengunjuk rasa dan memenjarakan puluhan ribu lainnya untuk meredam kerusuhan terbesar pada bulan November 2019 dan pada tahun 2022-2023.

Dalam pemilihan parlemen pada tanggal 1 Maret, mayoritas pemilih tetap tinggal di rumah, sehingga semakin merusak legitimasi aparat pemerintah.

Meskipun Rabiei tidak secara eksplisit menyebutkan kebijakan wajib jilbab pemerintah dalam artikelnya, pernyataannya dapat diartikan sebagai kritik tersirat terhadap kampanye kontroversial penegakan jilbab yang diprakarsai oleh lembaga penegak hukum, yang mulai berlaku pada hari Sabtu.


Sebelumnya, media Iran melaporkan penangkapan istri dan anak perempuan Ahmadreza Abedzadeh, seorang tokoh terkemuka dalam sejarah sepak bola Iran, di Teheran karena menolak mematuhi peraturan jilbab.

Banyak perempuan yang telah meninggalkan jilbab, sebuah fenomena yang sangat meresahkan para ulama yang berkuasa, yang melihat pembangkangan perempuan sebagai tantangan langsung terhadap cengkeraman ideologis mereka di masyarakat.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas