Netanyahu Abaikan Seruan Sekutunya untuk Menahan Diri Membalas Serangan Iran: Kami Putuskan Sendiri!
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengabaikan permintaan sekutu-sekutunya untuk menahan diri membalas serangan Iran.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan negaranya akan memutuskan sendiri bagaimana menanggapi serangan Iran pada awal pekan ini.
Dirinya pun telah mengabaikan permintaan sekutu-sekutunya untuk menahan diri dalam menanggapi serangan Iran itu.
Israel, kata Netanyahu, berjanji menanggapi serangan Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pihaknya juga telah bersiap untuk menghadapi eskalasi lebih lanjut setelah berbulan-bulan berperang di Gaza.
"Israel akan mempunyai hak untuk melindungi dirinya sendiri," kata Kantor Netanyahu, dikutip dari New Arab.
Sementara itu, Washington dan Brussels telah berjanji untuk meningkatkan sanksi terhadap Iran.
Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron dan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menjadi utusan negara Barat pertama yang mengunjungi Israel sejak serangan itu.
"Kami sangat ingin menghindari eskalasi dan mengatakan kepada teman-teman kami di Israel: Ini adalah waktu untuk berpikir dengan kepala dan hati," kata Cameron.
Baerbock menekankan bahwa “kawasan ini tidak boleh terjerumus ke dalam situasi yang hasilnya benar-benar tidak dapat diprediksi”.
Kelompok Palestina Hamas menyebut serangan terhadap Israel sebagai respons yang “sah dan pantas” terhadap serangan di Damaskus.
Presiden Iran Peringatkan Israel
Baca juga: Video Spesifikasi Jet Tempur Sukhoi-35 Rusia yang Dikirim ke Iran, Bakal Jadi Momok bagi Israel?
Presiden Iran Ebrahim Raisi memperingatkan Israel agar tidak melakukan pembalasan apa pun.
Dalam sambutannya yang disiarkan oleh kantor berita resmi Iran, IRNA, Raisi mengatakan serangan akhir pekan itu terbatas, dan jika Iran ingin melakukan serangan yang lebih besar, “tidak ada yang tersisa dari rezim Zionis”.
Dikutip dari AP, ketegangan regional meningkat sejak dimulainya perang terbaru Israel-Hamas pada 7 Oktober lalu.
Israel menanggapinya dengan serangan di Gaza yang telah menyebabkan kehancuran luas dan menewaskan lebih dari 33.800 orang, menurut pejabat kesehatan setempat.
Meskipun memiliki retorika yang keras, Israel tampaknya tidak mungkin menyerang Iran secara langsung tanpa setidaknya dukungan dari sekutu utamanya, AS.
Namun Israel bisa menggunakan metode yang lebih rahasia seperti menargetkan komandan senior Iran atau kelompok yang didukung Iran di negara lain, atau meluncurkan serangan balasan.
Israel dan Iran telah melancarkan perang bayangan selama beberapa dekade, namun serangan pada akhir pekan tersebut merupakan serangan militer langsung Iran yang pertama terhadap Israel.
Batalkan Serangan Balasan
Baca juga: 9 Negara Pendukung Israel: AS Kecam Serangan Iran hingga Peran Tidak Langsung Arab Saudi
Israel kemungkinan tidak akan melakukan serangan terhadap Iran sampai setelah Paskah, kata seorang pejabat senior AS kepada ABC News, meskipun hal itu selalu bisa berubah.
Korps Garda Revolusi Islam Iran dan pimpinan lainnya masih dalam keadaan siaga tinggi, beberapa di antaranya berada di rumah persembunyian dan fasilitas bawah tanah, kata pejabat itu.
Tiga sumber Israel juga mengatakan kepada ABC News bahwa Israel bersiap dan kemudian membatalkan serangan balasan setidaknya dua malam pada minggu ini.
Menurut mereka, kabinet perang telah hadir dengan sejumlah opsi berbeda, termasuk menyerang proksi Iran yang tidak berada di wilayah Iran, atau potensi serangan siber.
Yordania Peringatkan Israel
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan pada hari Rabu bahwa pembalasan Israel terhadap serangan Iran dapat membawa risiko di seluruh kawasan.
Dalam sebuah wawancara yang dirilis oleh media pemerintah, Safadi mengatakan negaranya sedang melobi negara-negara besar untuk menentang eskalasi yang akan berdampak luas terhadap stabilitas dan keamanan regional.
Baca juga: Iran Sebut Israel Bohong Serangan Udara Cuma Berhasil 1 Persen, 3 Situs Militer Hancur Tak Diekspos
"Risikonya sangat besar," kata Safadi, dikutip dari Arab News.
"Hal ini dapat menyeret seluruh kawasan ke dalam perang, yang akan berdampak buruk bagi kita di kawasan ini dan akan menimbulkan dampak yang sangat, sangat serius bagi seluruh dunia termasuk Amerika Serikat," lanjutnya.
"Situasinya terlalu berbahaya. Kemungkinan terjadinya ledakan regional sangatlah besar dan hal ini harus dihentikan. Kita harus memastikan tidak ada eskalasi lebih lanjut," tambahnya.
Safadi memperingatkan bahwa negaranya akan bertindak tegas jika terjadi gejolak lagi dan bahwa Yordania tidak akan membiarkan “Iran atau Israel mengubah kerajaan itu menjadi medan perang”.
"Kami akan menghancurkan proyektil apa pun yang mengancam rakyat kami dan melanggar kedaulatan kami, serta menimbulkan ancaman bagi warga Yordania. Dan kami memperjelas hal ini kepada Israel dan Iran," tegasnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)