Populer Internasional: Iran Gelar Parade Drone dan Rudal - Qatar Terancam Mundur sebagai Mediator
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya Iran menggelar parade rudal dan drone seolah menunjukkan kesiapan militernya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews.com di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Ketegangan antara Israel dan Iran berbuntut panjang.
Iran kini menggelar parade drone dan rudal, seakan buktikan siap terima serangan balasan Israel.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran tiba di New York untuk menghadiri sidang DK PBB.
Soal perang antara Israel-Hamas di Jalur Gaza, Qatar yang selama ini menjadi mediator terancam mundur karena menerima perlakuan yang tidak baik dari salah satu pihak.
Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Iran Gelar Parade Drone dan Rudal, Teheran Buktikan Sangat Siap Terima Balasan Israel
Iran menggelar parade drone dan rudal pada Rabu (17/4/2024).
Dalam konvoi tersebut, Angkatan Bersenjata Iran memamerkan berbagai peralatan militer, termasuk drone dan rudal balistik jarak jauh.
Drone Ababil, Arash, dan Mohajer, serta rudal balistik jarak menengah Dezful hingga sistem rudal pertahanan udara S-300 juga dipamerkan di kesempatan tersebut, lapor Al Arabiya.
Dengan memamerkan senjata-senjatanya, Teheran tampaknya berniat membuktikan mereka siap menerima tanggapan apapun dari Israel setelah melancarakan operasi Janji Abadi
Pada Rabu (17/4/2024), Presiden Iran, Ebrahim Raisi, kembali menegaskan bahwa Teheran akan merespons dengan sengit setiap tindakan balasan sekecil apapun yang dilakukan Israel.
Baca juga: Iran Genggam Info Militer Israel: Kami Bisa Pakai Nuklir jika Netanyahu Balas Serangan
Teheran melakukan serangan langsung pertamanya terhadap Iran pada Sabtu (13/4/2024) kemarin, pascaserangan Israel terhadap gedung Konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024.
Iran memuji Operasi Janji Abadi sukses dan mencapai semua target, termasuk menimbulkan kerusakan di pangkalan udara serta pusat intelijen yang diklaim digunakan Israel untuk menyerang Damaskus.
Teheran mengaku serangannya ke Israel bersifat terbatas dan dilakukan sebagai bentuk membela diri.
2. Menlu Iran Tiba di New York Empat Hari setelah Serangan ke Israel, Ini Perkara yang Bakal Dibahas
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, telah tiba di New York untuk menghadiri pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).
Hal ini menjadi sorotan banyak pihak mengingat kedatangan Amir-Abdollahian ini, terjadi hanya empat hari setelah Iran meluncurkan operasi hukuman "True Promise".
Operasi yang berlangsung pada akhir pekan lalu ini adalah respons terhadap serangan udara rezim Zionis terhadap kedutaan Iran di Damaskus awal April lalu.
Seperti yang diketahui sebelumnya, pada 1 April 2024 lalu, Konsulat Iran di Damaskus dihantam gempuran udara Israel yang menewaskan sejumlah perwira militer Iran.
Salah satu yang menjadi korban tewas dalam serangan Israel tersebut termasuk komandan Pasukan Quds, Mohammad Reza Zahedi.
3. Iran Sebut Israel Bohong Serangan Udara Cuma Berhasil 1 Persen, 3 Situs Militer Hancur Tak Diekspos
Israel meremehkan serangan udara Iran, Mingggu (14/4/2024) dini hari, dengan menyebut serangan hanya sukses 1 persen mencapai target.
Untuk membuktikan hal tersebut, Tehran Times menyebut Israel hanya memfilmkan bagian-bagian tertentu dari wilayah yang terkena dampak serangan.
Israel juga disebut melarang mendistribusikan rekaman lain dampak serangan Iran.
Dalam sebuah video yang dirilis Israel, seorang anggota militer Israel yang berbahasa Persia terlihat berdiri di samping penguat rudal dan mengklaim bahwa itu adalah “rudal Iran yang meleset dari sasaran”.
Baca juga: Eks-KSAU Israel: Iran Superpower Soal Rudal dan Drone Tapi Lembek Soal Pertahanan
“Ini menunjukkan bahwa meskipun ada klaim dari Republik Islam, pangkalan-pangkalan Israel tidak mengalami kerusakan,” katanya.
Namun, media Iran menyebut tampaknya Israel tidak menyadari bahwa booster dirancang untuk terpisah dari rudal sebelum hulu ledak mencapai targetnya.
4. Qatar Terancam Mundur sebagai Mediator Gencatan Senjata Israel-Hamas, Ada Perlakuan yang Tak Baik
Perdana Menteri Qatar mengungkapkan pihaknya akan menilai kembali perannya sebagai mediator gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas di Gaza.
Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani menyebut beberapa pihak memanfaatkan mediasi gencatan senjata untuk kepentingan politik tertentu.
Dilansir Al Jazeera, berbicara dalam konferensi pers bersama Menlu Turki di Doha, Rabu (17/4/2024), Al Thani berkata pemerintahannya terus berkomitmen menengahi Israel Hamas atas dasar kemanusiaan.
Tetapi, ada perlakuan yang tak baik dari beberapa pihak soal peran Qatar.
Sejumlah pihak mengeluarkan pernyataan yang "merusak" terhadap Qatar, ujarnya.
Al Thani tidak menyebutkan secara gamblang siapa yang ia maksud itu.
Qatar Dituduh Membela Hamas, Amerika Sebut akan Mengevaluasi Hubungannya dengan Qatar
Sehari sebelumnya, anggota parlemen AS Steny Hoyer menduh Qatar berpihak kepada Hamas.
Hoyer menyebut Amerika akan mengevaluasi kembali hubungannya dengan Qatar jika Qatar tidak menekan Hamas untuk menerima proposal gencatan senjata yang diajukan Israel.
(Tribunnews.com)