Israel 'serang balik' Iran – Apa yang diketahui sejauh ini
Pejabat AS mengatakan Israel menyerang Iran dengan rudal pada Jumat (19/04), yang disebut sebagai serangan balasan setelah ketegangan…
Ripley mengatakan Israel kemungkinan besar akan membunuh para pejabat Iran dan menghancurkan instalasi minyak Iran melalui serangan udara.
“Intinya adalah ‘menghukum’. Para pejabat militer dan politisi Israel selalu menggunakan kata itu. Itu adalah bagian dari filosofi mereka, bahwa mereka harus menyakiti untuk membuat lawan mereka berpikir dua kali melawan Israel.”
Sebelumnya, tokoh-tokoh penting militer dan sipil Iran telah tewas dalam rangkaian serangan udara, termasuk yang terjadi di gedung konsulat Iran di Suriah pada 1 April.
Israel belum mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, maupun atas sejumlah serangan lainnya yang menargetkan pejabat tinggi Iran. Namun mereka juga tidak pernah membantahnya.
Perang sembunyi-sembunyi kini menjadi terang-terangan
Jeremy Bowen, editor BBC bidang internasional
Iran mengecilkan makna penting dari situasi yang terjadi. Mereka mengeklaim tidak ada serangan. Media-media pemerintah Iran justru mengunggah foto-foto miniatur drone dengan nada kelakar.
Sejumlah pertanyaan mengemuka.
Akankah kelompok garis keras dalam tubuh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) ingin melawan balik?
Apakah Israel berencana melancarkan serangan lebih lanjut?
Kejadian ini mungkin merupakan upaya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk merespons tanpa semakin mengabaikan Presiden AS Joe Biden.
Biden telah meminta Israel untuk tidak menanggapi serangan Iran pada Sabtu lalu demi “kemenangan”. Inggris dan sekutu Israel lainnya juga telah menyerukan agar mereka menahan diri.
Jika serangan Israel berakhir, pertanyaan lainnya adalah apakah serangan itu dirasa cukup oleh para mantan jenderal di kabinet Israel yang diyakini ingin merespons lebih serius dan memulihkan kapasitas Israel menghadapi musuh-musuhnya.
Sekutu ultranasionalis Netanyahu juga menuntut pembalasan sengit dari Israel. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Israel perlu “mengamuk”.
Menurut pemerintah negara-negara Barat, opsi terbaik bagi kawasan ini adalah Iran dan Israel harus membatasi diri.
Ketegangan ini dimulai dengan serangan Israel ke konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan tujuh orang termasuk tiga jenderal.
Kalaupun serangan itu adalah akhir dari ketegangan ini, preseden baru telah kadung terbentuk. Iran telah menyerang Israel dengan serangan langsung, dan Israel telah membalasnya dengan serangan langsung pula.
Ini mengubah “aturan main” dalam konflik panjang antara Iran dan Israel.
Perang berkepanjangan yang selama ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi antara kedua negara kini terjadi terang-terangan.
Akankah ketegangan antara Israel dan Iran meningkat?
Koresponden keamanan BBC, Frank Gardener, menggambarkan skala serangan Iran pada Jumat itu sebagai serangan yang "terbatas, hampir bersifat simbolis", dan berpotensi dirancang untuk memastikan konflik tidak berlanjut lebih jauh.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mendapat tekanan dari beberapa petinggi militer Isrel dan sekutu politiknya untuk melawan Iran, menurut editor internasional BBC Jeremy Bowen.
Israel mendapat tekanan internasional yang sangat besar dari AS dan sekutu Barat lainnya untuk tidak mengambil tindakan apa pun yang berisiko mengubah perang proksi yang sudah berlangsung lama antara kedua negara itu menjadi konflik langsung.
Meningkatnya ketegangan antara kedua negara yang saling bersaing di Timur Tengah ini terjadi dengan latar belakang perang di Gaza, di mana militer Israel memerangi kelompok milisi Palestina, Hamas, yang didukung Iran.
Bagaimana reaksi perekonomian dunia?
Bagaimana reaksi perekonomian dunia?
Ada kekhawatiran memburuknya konflik di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak dunia.
Minyak mentah Brent, patokan harga minyak internasional, naik 1,8% menjadi US$88 per barel setelah serangan tersebut.
Harga minyak pada awalnya melonjak sebanyak 3,5%, namun harga menjadi stabil ketika sudah jelas bahwa pemogokan terbatas.
Harga emas – yang sering dipandang sebagai investasi aman di saat ketidakpastian – sempat mendekati rekor tertinggi sebelum jatuh kembali ke hampir US$2.400 per ons.