Kelompok Yahudi Ekstremis Israel Berduyun-duyun Bawa Kurban Persembahan ke Lokasi Masjid Al-Aqsa
segala ibadah di kompleks Masjid Al-Aqsa oleh kaum Yahudi adalah berstatus terlarang dan dianggap penodaan terhadap kesucian Masjid Al-Aqsa.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Kelompok Yahudi Ekstremis Israel Berduyun-duyun Bawa Kurban Persembahan ke Masjid Al-Aqsa
TRIBUNNEWS.COM - Pada Minggu (21/4/2024) malam waktu setempat, barisan pemukim ekstremis Yahudi Israel dilaporkan mulai mendatangi kompleks Majid Al-Aqsa di Al-Quds (Yerusalem yang diduduki) dengan membawa hewan kurban.
Para pemukim Yahudi Israel itu berduyun-duyun datang sebagai persiapan untuk mengumpulkan hewan kurban persembahan di titik terdekat dengan Masjid Al-Aqsa.
Ini menjadi bagian dari upaya mereka untuk melakukan pemotongan kurban di dalam komplesk masjid, pada malam Paskah Yahudi, lapor Khaberni dikutip Senin (22/4/2024).
Baca juga: Ratusan Yahudi Ekstremis Serbu Masjid Al-Aqsa, Yordania Ngamuk, Ben Gvir Ingin Ubah Status Quo
Baca juga: Temple Institute Israel Mau Gelar Ritual Kurban Sapi Merah di Idul Fitri, Kuil Yahudi Dibangun Lagi?
Laporan media Israel, Channel 12 mengatakan, kedatangan warga Yahudi ini dikoordinasikan oleh kelompok Temple Mount yang sudah mengajukan permintaan resmi kepada polisi Israel dalam beberapa hari terakhir untuk mengizinkan pemukim memasuki Al-Aqsa dan menyembelih hewan kurban di dalamnya.
Menurut kepercayaan kelompok Temple Mount, hari Minggu-Senin adalah “hari penyembelihan kurban” dan “hari segar pertama”.
"Administrasi Temple Mount menyebarkan seruannya melalui platform media sosial dan berbagai situs web, meminta para pendukungnya untuk berkumpul di Gerbang Mughrabi pada pukul 10:30 malam besok, Senin, untuk menuntut agar mereka diizinkan menyerbu Al-Aqsa pada tengah malam untuk merayakan Paskah dan melakukan sesaji di dalam Masjid Al-Aqsa," tulis Khaberni.
Dalam undangan mereka, berjudul “Darurat... Pergi ke Yerusalem,” kelompok dan organisasi itu diduga meminta setiap orang yang memiliki persembahan (hewan kurban) “domba Paskah” untuk membawanya ke Yerusalem dan Kota Tua, dan mempersiapkannya untuk membawa hewan-hewan kurban itu ke Al-Aqsa setelah tengah malam.
Mereka juga menawarkan hadiah uang kepada para pemukim Israel yang berusaha atau berhasil menyembelih hewan kurban tersebut, berkisar antara 700 hingga 50 ribu shekel, “tergantung tempat penyembelihan.”
Baca juga: Kelompok Yahudi Ekstremis Gelar Sayembara Berhadiah Buat Siapa Pun yang Kurban di Masjid Al-Aqsa
Sebagai informasi, segala ibadah di kompleks Masjid Al-Aqsa oleh kaum Yahudi adalah berstatus terlarang dan dianggap penodaan terhadap kesucian Masjid Al-Aqsa.
Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke Israel dinyatakan sebagai bentuk akumulasi perlawanan terhadap aksi-aksi penodaan semacam ini oleh kelompok Yahudi Ekstremis yang terus menerus memaksa masuk dan beribadah di lokasi Masjid paling suci ketiga dalam Islam tersebut.
Ritual di Lokasi Kuil Ketiga Yahudi
"Hari Paskah Yahudi yang dimulai pada hari Senin dan berlangsung selama 7 hari, dan dianggap sebagai salah satu musim keagamaan paling penting dan terbesar yang dieksploitasi untuk melanggar kesucian Masjid Al-Aqsa," tulis laporan Khaberni.
"Seruan untuk menyembelih hewan kurban pada hari Paskah selalu menjadi yang utama dalam kelompok “Hozerim Lahar”, atau “Orang yang Kembali ke Bukit Bait Suci,” yang dipimpin oleh ekstremis “Raphael Morris,” yang tertangkap puluhan kali saat mencoba melakukan pengorbanan ke Tembok Yerusalem atau Masjid Al-Aqsa," kata laporan tersebut.
Meskipun respons warga pemukim Israel terhadap seruan provokatif ini dilaporkan cenderung pasif, frekuensi seruan tersebut meningkat pada tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, menjelang hari Paskah Yahudi.
"Hal ini karena kelompok Kuil telah berhasil selama beberapa tahun terakhir dalam melaksanakan banyak ritual keagamaan yang diadakan di tempat yang diduga sebagai lokasi Kuil Ketiga Yahudi tersebut, seperti meniup terompet, mempersembahkan sesaji tanaman, dan melaksanakan ibadah mereka," tambah laporan Khaberni.
Pendukung kelompok ini percaya bahwa pengorbanan tersebut dianggap sebagai puncak dari ritual tersebut dan keberhasilan dalam membangun landasan moral dan material dari pembangunan kembali kuil ketiga yang mereka yakini berada di lokasi Masjid Al-Aqsa saat ini.
Untuk menghadapi lemahnya respons dan partisipasi warga Israel terhadap seruan penyembelihan kurban di Masjid Al-Aqsa ini, kelompok “Kembali ke Bukit Bait Suci” menawarkan imbalan uang yang tahun ini mencapai 50.000 shekel (lebih dari 13.000 dolar) bagi mereka yang mampu menyembelih kurban persembahan di lokasi kompleks masjid.
Seruan untuk melakukan penyembelihan terfokus pada malam Paskah Yahudi, khususnya pada Senin malam, 22 April, pukul 10:30 waktu Yerusalem, meskipun faktanya Masjid Al-Aqsa ditutup pada waktu tersebut.
Karena diperkirakan akan terjadi penutupan komplesk masjid, kelompok Yahudi ekstremis ini diduga akan mencoba melakukan penyembelihan hewan kurban di depan pintu kompleks masjid, atau menunda upaya tersebut hingga Selasa pagi.
Teks salah satu undangan berbunyi: “Kami menyerukan kepada seluruh umat Israel untuk mengambil seekor kambing atau domba yang berumur sampai satu tahun dan membawa persembahan ke Bukit Bait Suci dengan harapan kami dapat menyembelihnya dengan benar pada tahun ini," bunyi undangan tersebut dikutip Khaberni.
Seruan Hamas
Guna mencegah aksi-aksi pemukim Yahudi ektremis Israel, termasuk gelaran sayembara ini, kelompok pembebasan Palestina, Hamas sebelumnya sudah menyerukan agar warga Palestina berduyun-duyun mendiami Masjid Al-Aqsa sedari Jumat hingga Senin depan.
Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas menyerukan warga Palestina untuk berkumpul di Masjid Al-Aqsa dan beri-iktikaf mulai salat Jumat hari ini hingga Senin untuk membela Al-Aqsa dan menggagalkan rencana pemukim Israel.
Gerakan tersebut menyebut, seruan tersebut dikeluarkan untuk mencegah niatan warga Yahudi Israel untuk merayakan Hari Passover (Paskah Yahudi) di masjid suci ketiga umat muslim di dunia tersebut.
Baca juga: Hari Paskah Yahudi, Anggota Knesset Israel Serukan Pembangunan Kuil Ketiga di Lokasi Masjid Al Aqsa
“Seruan untuk mencegah rencana musuh Zionis dan geng pemukim ekstremisnya serta kelompok Kuil untuk menodai halaman Al-Aqsa dan melakukan ritual pengorbanan di dalamnya pada hari Minggu dan Senin mendatang,” bunyi seruan Hamas.
Hamas juga memuji aksi-aksi massa di Tepi Barat yang diduduki, wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 1948, dan warga Palestina yang tersisa di Al-Quds dan sekitarnya yang “membuktikan bahwa mereka adalah garis pertahanan pertama [untuk Masjid Al-Aqsa].”
Baca juga: Tepi Barat Makin Mirip Gaza: 9 Tentara Israel Roboh di Tulkarm, Blokade Total Obat, Air, dan Makanan
Gerakan ini juga memuji komitmen Palestina terhadap jalan perjuangan dan pengorbanan, dan menyatakan dukungannya terhadap upaya berkelanjutan mereka untuk menjaga dan mempertahankan al-Quds dan Al-Aqsa, sambil tetap teguh melawan upaya pemerintah pendudukan yang menindas dan para pelaku kejahatan perang, khususnya Itamar Ben-Gvir.
Baca juga: Ratusan Yahudi Ekstremis Serbu Masjid Al-Aqsa, Yordania Ngamuk, Ben Gvir Ingin Ubah Status Quo
Hamas menyerukan negara-negara dan masyarakat bebas di seluruh dunia untuk menggunakan segala bentuk solidaritas dan dukungan untuk al-Quds, Al-Aqsa, dan Gaza dan untuk mendukung perjuangan sah rakyat Palestina sampai agresi dihentikan, hak-hak diperoleh, dan Tanah dan tempat suci Palestina dibebaskan.
Anggota Knesset Serukan Pembangunan Kuil Ketiga
Respons Hamas ini merujuk pada pernyataan seorang anggota parlemen Israel, mewakili sayap kanan, pada Kamis menyerukan pembangunan “kuil ketiga” untuk menggantikan kompleks Masjid Al-Aqsa di al-Quds yang diduduki, menurut Anadolu Agency.
Yitzhak Pindrus, anggota Partai Persatuan Torah Yudaisme yang ekstrem, menyatakan keinginannya agar semua orang Yahudi berkumpul di al-Quds Senin depan untuk melakukan pengorbanan Paskah Yahudi.
“Kami berharap Bait Suci Ketiga segera dibangun di sana, dan kami bisa makan di sana dari hasil kurban Paskah,” tegasnya dalam sebuah wawancara televisi.
Paskah Yahudi atau Pesakh, hari raya penting Yahudi yang memperingati ke luarnya bangsa Israel dari Mesir pada masa Nabi Musa, memiliki makna keagamaan dalam kalender Yahudi.
Tahun ini, itu dimulai pada malam tanggal 22 April dan berlangsung hingga 30 April.
Adapun Masjid Al-Aqsa dihormati sebagai salah satu situs paling suci bagi umat Islam di seluruh dunia.
Sebaliknya, orang-orang Yahudi menyebut kawasan itu sebagai "Gunung Bait Suci", karena makna historisnya sebagai lokasi dua kuil Yahudi kuno.
Seruan yang dilontarkan anggota Knesset tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian pernyataan dan tindakan provokatif pejabat Israel terkait situs suci Islam tersebut.
Baca juga: Temple Institute Israel Mau Gelar Ritual Kurban Sapi Merah di Idul Fitri, Kuil Yahudi Dibangun Lagi?
Yordania Mengamuk
Aksi provokatif pemukim Yahudi Israel dilaporkan makin intensif menjelang Passover.
Sebelumnya dilaporkan, ratusan pemukim Yahudi menerobos gerbang masjid dan menggelar ritual Talmud di kawasan komplesk masjid, Kamis (18/4/2024).
Aksi Israel membiarkan para pemukim Yahudi Ekstrem ini membuat Yordania marah besar.
Menteri Wakaf, Urusan Islam dan Tempat Suci Yordania, Dr Muhammad Al-Khalayleh, mengutuk aksi tersebut dan menyebutnya sebagai penodaan halaman Masjid Al-Aqsa yang dilakukan oleh para pemimpin dan kelompok ekstremis Yahudi.
Al-Khalayla dalam sebuah pernyataan Kamis, mengatakan serbuan para pemukim Yahudi itu terjadi di bawah perlindungan polisi pendudukan Israel.
Aksi tercela ini disebut juga mendapat dukungan dari para pemimpin politik di pemerintahan otoritas pendudukan Israel.
Dukungan itu, utamanya, terlontar dari pernyataan berulang-ulang dari Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, yang baru-baru ini mengumumkan niatnya untuk meningkatkan jumlah penyusup Yahudi.
Ben-Gvir menyatakan ingin mengubah status quo saat ini di Masjid Al-Aqsa sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan ritual Talmud di Masjid Al-Aqsa.
Yordania menyebut, niat Ben-Gvir ini sebagai rencana menjijikkan.
"Menteri menegaskan kepatuhan umat Islam terhadap hak agama, sejarah dan hukum mereka terhadap Masjidil Haram/Masjid Suci, di bawah perwalian dan perawatan Yang Mulia Raja Abdullah II, dan sebagai masjid Islam murni untuk umat Islam saja, dan tidak tidak menerima pembagian atau persekutuan," tulis pernyataan pihak Yordania.
Baca juga: Presiden Argentina Serukan Pembongkaran Masjid Al Aqsa untuk Alasan Ini
Ben-Gvir Ingin Ubah Status Quo Masjid Al-Aqsa
Masjid Al-Aqsa yang saat ini dikelola Badan Wakaf, lembaga resmi Yordania yang mengelola kompleks Al Aqsa saat ini masih berstatus sebagai status quo.
Apa itu status quo Majid Al-Aqsa?
Khaled Zabarqa, seorang ahli hukum Palestina di kota dan kompleks tersebut secara sederhana menjelaskan kalau status itu berarti Israel tidak memiliki kedaulatan atas Yerusalem [Timur] dan karena itu tidak memiliki kedaulatan atas Al Aqsa, yang berada di Yerusalem Timur yang diduduki Israel
Akibatnya, kata Zabarqa, hukum internasional menyatakan Israel tidak berwenang untuk menerapkan status quo apa pun.
Nir Hasson, jurnalis Haaretz yang meliput Yerusalem menyebut status quo berakar pada administrasi situs di bawah Kekaisaran Ottoman, yang menyatakan bahwa umat Islam memiliki kendali eksklusif atas Al Aqsa
Namun, orang Israel melihat segalanya secara berbeda, meskipun hukum internasional tidak mengakui upaya apa pun oleh kekuatan pendudukan untuk mencaplok wilayah yang telah didudukinya.
“Status quo yang dibicarakan orang Israel sama sekali berbeda dari status quo yang dibicarakan oleh Wakaf dan Palestina,” jelas Hasson dilansir Al-Jazeera.
Bagi Israel, status quo mengacu pada perjanjian 1967 yang dirumuskan oleh Moshe Dayan, mantan menteri pertahanan Israel.
Setelah Israel menduduki Yerusalem Timur, Dayan mengusulkan pengaturan baru berdasarkan perjanjian Ottoman.
Menurut status quo Israel 1967, pemerintah Israel mengizinkan Badan Wakaf untuk mempertahankan kontrol sehari-hari di wilayah tersebut, dan hanya Muslim yang diizinkan untuk salat di sana.
Namun, polisi Israel mengontrol akses situs tersebut dan bertanggung jawab atas keamanan, dan non-Muslim diizinkan mengunjungi situs tersebut sebagai turis.
Shmuel Berkovits, seorang pengacara dan pakar tempat-tempat suci di Israel, mengatakan status quo yang dibentuk pada 1967 tidak dilindungi oleh hukum Israel mana pun.
Bahkan, pada 1967, Dayan menetapkan status quo tanpa otoritas pemerintah, ujarnya.
Sejak 1967, undang-undang, tindakan pengadilan, dan pernyataan pemerintah Israel menciptakan kerangka kerja untuk status quo ini.
Meskipun tidak ada undang-undang Israel yang melarang orang Yahudi berdoa di Al Aqsa, Mahkamah Agung Israel memutuskan bahwa larangan tersebut dibenarkan untuk menjaga perdamaian, jelas Berkovits.
Aturan ini yang ingin diubah Itamar Ben-Gvir agar kelompok Yahudi ekstrem Israel bisa dan diperbolehkan secara hukum untuk melakukan ritual di Masjid Al-Aqsa.
(oln/khbrn/*)