Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Israel Klaim Siap Evakuasi Warga Palestina dari Rafah ke Khan Younis, Berencana Lancarkan Serangan

Warga sipil dilaporkan akan dipindahkan dari Rafah ke kota terdekat Khan Younis.

Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
zoom-in Israel Klaim Siap Evakuasi Warga Palestina dari Rafah ke Khan Younis, Berencana Lancarkan Serangan
AFP/-
Gambar selebaran yang dirilis oleh tentara Israel pada 18 April 2024 menunjukkan tentara Israel beroperasi di Jalur Gaza. Warga sipil dilaporkan akan dipindahkan dari Rafah ke kota terdekat Khan Younis. 

TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sedang bersiap untuk mengevakuasi warga sipil Palestina dari kota paling selatan Gaza di Rafah.

Hal ini dilakukan Israel menjelang rencana serangan di Rafah terhadap Hamas, menurut sebuah laporan pada Senin (22/4/2024).

Mengutip para pejabat Israel dan Mesir, Wall Street Journal melaporkan, rencana Israel memperkirakan dua hingga tiga minggu pertama operasi tersebut akan mencakup evakuasi warga sipil, berkoordinasi dengan Amerika Serikat (AS), Mesir, dan negara-negara Arab lainnya.

Dilansir The Times of Israel, evakuasi tersebut dilaporkan akan melibatkan pemindahan warga sipil ke kota terdekat Khan Younis, di antara daerah lain di Gaza.

Di sana, Israel disebut akan mendirikan tempat berlindung dengan tenda, makanan, dan fasilitas medis.

Para pejabat mengatakan, IDF akan secara bertahap memindahkan pasukan ke Rafah dan menargetkan daerah-daerah yang diyakini para pemimpin dan agen Hamas bersembunyi.

Israel mengatakan, Rafah yang merupakan tempat empat batalyon Hamas dikerahkan, tetap menjadi benteng besar terakhir kelompok itu di Jalur Gaza, setelah IDF beroperasi di utara dan tengah wilayah kantong Palestina.

BERITA TERKAIT

Israel juga meyakini banyak dari 129 sandera yang diculik pada 7 Oktober 2023, ditahan di Rafah.

Para pejabat Mesir mengatakan, pertempuran di Rafah diperkirakan akan berlangsung setidaknya enam minggu, meski waktu operasinya masih belum pasti.

Seorang pejabat keamanan Israel yang dikutip dalam laporan tersebut mengatakan, IDF akan memiliki rencana operasional yang sangat ketat karena sangat kompleks di sana.

“Ada respons kemanusiaan yang terjadi pada saat yang sama,” jelas pejabat itu.

Baca juga: Selagi dunia terfokus pada konflik Iran-Israel, penduduk Gaza masih dilanda serangan tanpa henti

Sebelumnya, Pemerintahan Joe Biden telah berulang kali menyatakan penolakannya terhadap invasi massal IDF ke Rafah.

“Kami rasa tidak ada cara efektif untuk mengevakuasi 1,4 juta warga Palestina."

"Tidak mungkin melakukan operasi di Rafah yang tidak menimbulkan kerugian besar bagi warga sipil dan menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, Senin (22/4/2024).

Sementara itu, para pejabat AS telah mengindikasikan bahwa mereka akan siap menerima serangan IDF di Rafah jika Israel berhasil mengevakuasi warga sipil di sana dengan aman dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan mereka.

Dalam komentar terbarunya, Miller menolak anggapan adanya kemungkinan bahwa AS dapat mendukung invasi besar-besaran di Rafah.

“Kami ingin melihat orang-orang dapat meninggalkan Rafah untuk kembali ke rumah mereka – jika memang ada – dan ke lingkungan mereka serta mulai membangun kembali rumah mereka."

"Kami ingin melihat masyarakat Palestina di Gaza memulai kembali kehidupan mereka dan membangun kembali kehidupan mereka dan pada akhirnya mengakhiri konflik ini,” ujar Miller.

Serangan Israel di Rafah

Pada Sabtu (20/4/2024), serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di kota Rafah paling selatan Gaza menewaskan 10 orang, termasuk enam anak-anak, kata otoritas rumah sakit.

Israel telah melancarkan serangannya selama hampir tujuh bulan di wilayah Palestina yang terkepung.

Pemakaman diadakan pada hari Sabtu bagi mereka yang tewas dalam serangan mematikan di lingkungan Tal as-Sultan di Rafah barat malam sebelumnya, menurut pertahanan sipil Gaza.

Di Rumah Sakit al-Najjar, lokasi kamar mayat utama di kawasan itu, para kerabat menangis dan memeluk jenazah anak-anak yang diselimuti kain putih.

Baca juga: AS Dituduh Miliki Standar Ganda soal Dugaan Pelanggaran HAM oleh Israel, Blinken Langsung Bantah

Pengungsi Palestina berjalan di antara kios-kios di pasar jalanan darurat di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 14 Maret 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Hamas.
Pengungsi Palestina berjalan di antara kios-kios di pasar jalanan darurat di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 14 Maret 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Hamas. (MOHAMMED ABED / AFP)

Korban tewas termasuk Abdel-Fattah Sobhi Radwan, istrinya Najlaa Ahmed Aweidah dan ketiga anak mereka, menurut saudara iparnya Ahmed Barhoum.

Barhoum kehilangan istrinya, Rawan Radwan, dan putri mereka yang berusia lima tahun, Alaa.

“Ini adalah dunia yang tidak memiliki nilai-nilai kemanusiaan dan moral,” kata Barhoum, Sabtu, dikutip dari Al Jazeera.

“Mereka mengebom sebuah rumah yang penuh dengan pengungsi, perempuan dan anak-anak. Satu-satunya martir adalah perempuan dan anak-anak," lanjutnya.

Diketahui, Israel telah menjanjikan invasi besar-besaran ke Rafah.

Kota itu menampung lebih dari separuh populasi Gaza yang berjumlah sekitar 2,3 juta jiwa dan merupakan satu-satunya wilayah di wilayah tersebut yang sejauh ini luput dari serangan pasukan darat Israel.

Menurut dua pemantau perang Gaza, Institute for the Study of War (ISW) dan Critical Threats Project (CTP), para pejabat AS dan Israel mengadakan pertemuan virtual tingkat tinggi pada Kamis (18/4/2024), untuk membahas serangan Rafah.

Baca juga: Amerika Siapkan Sanksi ke Militer Israel Atas Serangan di Tepi Barat, Netanyahu Tak Yakin Terjadi

Lembaga-lembaga pemikir yang bermarkas di AS mengatakan, Israel menyampaikan rencananya kepada AS untuk memindahkan sekitar 1,4 juta warga sipil Palestina keluar dari Rafah menjelang invasi darat yang dijanjikan.

Namun, menurut laporan, rencana tersebut tidak mencakup konsep akses terhadap makanan, air, dan layanan sipil lainnya.

Abu Azzoum dari Al Jazeera mengatakan Rafah telah menyaksikan peningkatan serangan militer Israel dalam beberapa minggu terakhir dan serangan ini dapat dilihat sebagai tanda bahwa serangan militer lebih lanjut dapat dilakukan, khususnya mengingat mobilisasi pasukan Israel di dekat wilayah tersebut.

“Saat ini, kami berada di pusat Rafah, dan kami dapat melihat dengan jelas di langit di atas Rumah Sakit Kuwait, setidaknya empat drone pengintai militer Israel, melayang di ketinggian yang sangat rendah,” katanya.

“Berbagai daerah telah diserang di Rafah. Salah satu serangan terbaru menargetkan sebuah rumah kosong di sisi barat daerah yang sangat padat penduduknya," jelasnya.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas