Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Operasi Netzarim Al Qassam, Adu Strategi Hamas-Israel di Koridor Pembelah Gaza Pra-Invasi Rafah

Pertempuran Rafah sebetulnya sudah terjadi. Konfrontasi dimulai di Koridor Netzarim, area strategis bagi Hamas maupun Israel untuk memenangkan perang

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Operasi Netzarim Al Qassam, Adu Strategi Hamas-Israel di Koridor Pembelah Gaza Pra-Invasi Rafah
Tangkap Layar JN
ANTRE - Trul-truk pengangkut bantuan antre memasuki Gaza di antara tembok blokade jalur yang dibangun Israel. Pasukan pendudukan Israel, IDF menyatakan telah menyelesaikan pembangunan Koridor Netzarim. Membentang dari perbatasan Gaza-Israel hingga pantai Mediterania, koridor ini membelah antara bagian selatan dan utara wilayah kantong tersebut. 

Operasi Netzarim Brigade Al Qassam, Adu Strategi Hamas-Israel di Koridor Pembelah Gaza Sebelum Invasi Rafah

TRIBUNNEWS.COM - Beberapa tentara Israel tewas dan terluka dalam serangan ledakan yang dilakukan oleh pejuang Brigade Qassam Hamas di dekat koridor Netzarim di Jalur Gaza tengah pada 28 April.

“Mujahidin Al-Qassam memancing pasukan Zionis untuk melakukan penyergapan ranjau dengan menggunakan alat peledak dan rudal F16 [Israel] yang ditembakkan ke warga sipil tetapi tidak meledak,” kata Brigade Qassam dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu kemarin.

Baca juga: Terpancing Jebakan Al Qassam, 3 Tentara IDF Tewas, Puluhan Luka Parah Kena Rudal F-16 di Al Mughraqa

Ini bukan pertama kalinya pejuang Qassam mendaur ulang rudal Israel yang tidak meledak untuk digunakan melawan tentara di Gaza.

Penyergapan terjadi di jalan Al-Sikka di daerah Al-Mughraqa, dekat koridor Netzarim di tengah Gaza – yang dikontrol tentara Israel untuk menjaga jalur tersebut tetap terbagi menjadi dua.

Baca juga: Israel Belah Gaza Jadi Dua, Pasang Pembatas di Persimpangan Gaza antara Utara dan Selatan

Sebelumnya malam itu, Brigade Qassam mengumumkan serangan mortir kaliber berat terhadap markas komando Israel di dekat Netzarim.

Outlet berita Ibrani, Router melaporkan pada Minggu malam kalau tiga tentara Israel tewas dan 11 lainnya terluka setelah bahan peledak diledakkan di Jalur Gaza tengah.

Berita Rekomendasi

Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan korban luka diangkut melalui helikopter.

Baca juga: Israel Selesai Bangun Koridor Netzarim: Jalur Gaza Resmi Terbelah, IDF Tuding Hamas Halangi Bantuan

Adu Strategi di Koridor Pembelah Gaza

Pada awal April, tentara Israel menarik sebagian besar pasukannya dari Jalur Gaza.

Namun, Israel meninggalkan banyak pasukan mereka untuk menguasai koridor Netzarim.

Langkah ini menunjukkan betapa Israel tidak ingin kehilangan kendali atas Koridor Netzarim.

Adapun para pejuang Brigade Qassam dan beberapa faksi perlawanan lainnya tetap bertahan di Jalur Gaza meskipun pemerintah Israel mengklaim bahwa kota paling selatan Rafah adalah benteng terakhir kelompok tersebut.

Eksistensi para petempur Palestina yang belakangan membombardir Netzarim dinilai adalah pertempuran strategi jelang invasi Rafah oleh Israel.

Ada tujuan taktis agar Israel menyingkir dari koridor tersebut.

Membentang dari perbatasan Gaza-Israel hingga bibir pantai Gaza di tepi Laut Mediterania, koridor ini didalihkan berfungsi sebagai arteri kemanusiaan yang penting, memfasilitasi pergerakan warga Gaza antara bagian selatan dan utara wilayah kantong tersebut.

Namun, dalam wawancara dengan surat kabar Israel Maariv beberapa waktu lalu, Or Fialkov, pakar perang dan terorisme Israel, yang telah mengikuti perkembangan perang di Jalur Gaza menggunakan intelijen sumber terbuka, mengatakan kalau secara teknis militer, koridor ini bertujuan untuk membatasi pergerakan Hamas di Jalur Gaza.

"Perbatasan ini merupakan hambatan signifikan (bagi gerak Hamas) yang secara efektif memecah Gaza menjadi dua bagian."

Baca juga: Netanyahu: Jika IDF Tak Serbu Rafah, Berarti Israel Kalah Perang Lawan Hamas

“Israel sedang membangun penghalang antara Kota Gaza dan seluruh Jalur Gaza di selatan, jadi kita bisa mengatakan, 'Selamat datang pada kenyataan di mana ada dua wilayah terpisah yang bukan Jalur Gaza: bagian utara Jalur Gaza dan wilayah yang terpisah, selatan Jalur Gaza,'" katanya.

“Jalan tersebut dikelilingi tembok tanah, dan sudah ada operasi di kedua sisi jalan untuk mendirikan pos pemeriksaan yang bertujuan mengatur pemisahan Kota Gaza dari Jalur selatan.”

Menurut Fialkov, ada kemungkinan Israel nantinya akan memutuskan untuk membuka perbatasan tambahan di Jalur Gaza sebagai bagian dari pembentukan kebijakan pascaperang di Selatan.

“Menurut saya, Israel juga harus membangun penghalang serupa di selatan Khan Yunis,” katanya.

“Sehingga jika Hamas kembali menyelundupkan senjata melalui Rafah, senjata tersebut tidak akan menyebar ke seluruh Jalur Gaza tetapi hanya akan tetap berada di wilayah Rafah. Dengan begitu, Hamas di Jalur Gaza tidak akan mampu mempersenjatai diri seperti yang dilakukannya dalam beberapa dekade terakhir,” katanya.

KORIDOR NETZARIM- Israel membangun ‘sabuk militer’. Mereka sedang melakukan penyelesaian akhir pada jalan sepanjang 8 km yang secara efektif akan membelah Jalur Gaza menjadi dua dan memperkuat kendali Israel di wilayah utara.  Pejabat pertahanan Israel yang berbicara dengan Wall Street Journal (WSJ) mengatakan jalan yang membelah Gaza – yang disebut “Koridor Netzarim”.
KORIDOR NETZARIM- Israel membangun ‘sabuk militer’. Mereka sedang melakukan penyelesaian akhir pada jalan sepanjang 8 km yang secara efektif akan membelah Jalur Gaza menjadi dua dan memperkuat kendali Israel di wilayah utara. Pejabat pertahanan Israel yang berbicara dengan Wall Street Journal (WSJ) mengatakan jalan yang membelah Gaza – yang disebut “Koridor Netzarim”. (Tangkapan layar Twitter)

Bencana Menanti IDF di Rafah

Analis Barat dan Israel baru-baru ini menyimpulkan kalau Israel telah kalah dalam perang yang sedang berlangsung karena gagal mencapai tujuan apa pun – yaitu menghancurkan kekuatan tempur Hamas dan menyelamatkan para tahanannya.

Penyergapan Netzarim terjadi dua hari setelah seorang mantan perwira Israel mengatakan bahwa “bencana” menanti Israel jika mereka memilih untuk melancarkan operasi di Rafah.

Hamas sedang melakukan “penyergapan strategis” jika dan ketika pasukan Israel memutuskan untuk memasuki kota tersebut, perwira itu menambahkan.

Pendapat di atas tersebut dilontarkan Mantan petinggi tentara pendudukan Israel (IDF), Mayor Jenderal Israel Ziv, membahas rencana invasi darat IDF di Rafah dalam sebuah pernyataan pers, Jumat (26/4/2024).

Dia mengatakan kalau Hamas sedang menyiapkan penyergapan strategis terhadap IDF, yang akan menjadi sebuah "bencana bagi Israel".

Baca juga: Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas

Israel Ziv menjelaskan, operasi militer darat di Rafah mempunyai risiko yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan semua operasi militer yang dilakukan IDF di Gaza selama enam bulan terakhir.

"Hal itu mengingat fakta bahwa Rafah adalah wilayah yang paling berbahaya bagi IDF. tempat yang sangat ramai dan sulit untuk diperjuangkan, serta kepekaan AS dan Mesir terhadapnya," kata dia merujuk pada tekanan dari dua negara tersebut ke Israel untuk mengurungkan niat menyerbu Rafah.

Baca juga: Soal Rafah, Faksi-Faksi Milisi Palestina Satukan Kekuatan, Haniyeh: Drama Bad Cop-Good Cop AS-Israel

Anggota gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) atau Brigade Al-Quds mengacungkan senjatanya, berparade di jalan-jalan Kota Gaza pada 5 Januari 2022.
Anggota gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) atau Brigade Al-Quds mengacungkan senjatanya, berparade di jalan-jalan Kota Gaza pada 5 Januari 2022. (Mahmud ham / AFP)

Faksi Perlawanan Palestina Bersiap, Satukan Kekuatan

Di sisi lain, faksi-faksi milisi Perlawanan Palestinadalam pernyataan bersama pada Kamis (25/4/2024) menegaskan bahwa para petempur milisi Perlawanan siap menghadapi segala skenario yang mungkin terjadi dalam agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, termasuk invasi darat ke Rafah, kota paling selatan di wilayah yang terkepung.

Dalam pernyataannya, faksi-faksi tersebut menekankan bahwa mereka “tidak akan tinggal diam,” karena “semua opsi [untuk eskalasi] sudah dibahas,”.

Mereka juga memperingatkan akan konsekuensi bencana dan kemanusiaan dari setiap agresi darat di Rafah, yang menampung lebih dari 1.4 pengungsi. juta pengungsi Palestina.

Faksi-faksi Palestina menganggap pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan pemerintah Barat bertanggung jawab penuh atas setiap invasi Israel ke Rafah.

Hal itu karena dukungan Barat terhadap Israel terus berlanjut meskipun pendudukan Israel melanggar berbagai konvensi dan hukum internasional.

Baca juga: Siapa Lawan 4 Batalyon Tempur Hamas di Rafah? 2 Brigade IDF di Utara Sudah Latihan Khusus ke Gaza

Serukan Perlawanan di Tepi Barat

Dalam konteks yang sama, faksi-faksi tersebut menyerukan massa Palestina di kota-kota Tepi Barat untuk “bangkit” sebagai protes terhadap ancaman Israel untuk menyerang Rafah.

“Kami menyerukan kepada rakyat kami untuk mengubah Tepi Barat menjadi bola api di hadapan pemukim dan tentara Israel,” desak pernyataan itu.

Lebih lanjut, faksi-faksi Palestina menegaskan kalau perang genosida Israel tidak akan mengembalikan kekuatan militer pendudukan yang mereka nilai sudah kalah.

Mereka juga memperingatkan adanya “eskalasi dan ledakan menyeluruh yang akan mempengaruhi kawasan dan mengancam keamanan nasional, khususnya keamanan nasional Mesir,” jika terjadi invasi ke Rafah, yang berbatasan dengan Mesir.

Tentara Israel (IDF) dilaporkan kembali memanggil dua divisi pasukan cadangan mereka untuk melanjutkan agresi militer di Gaza setelah sempat menarik mundur mereka pada awal April ini.
Tentara Israel (IDF) dilaporkan kembali memanggil dua divisi pasukan cadangan mereka untuk melanjutkan agresi militer di Gaza setelah sempat menarik mundur mereka pada awal April ini. (khaberni)

Drama Bad Cop-Good Cop AS-Israel

Mengenai masalah yang sama, Ismail Haniyeh, kepala Biro Politik Hamas, menegaskan kalau sikap AS atas rencana penyerangan darat Rafah oleh Israel, mengindikasikan kalau Washington cuma bermain drama dengan mengatakan menolak serbuan tersebut tanpa adanya rencana evakuasi jutaan penduduk sipil Palestina di Rafah, Gaza Selatan.

Haniyeh menegaskan, Palestina tidak akan tertipu oleh drama bad cop-good cop (polisi baik-polisi jahat) yag dimainkan AS dan Israel.

bahwa "sikap Washington [terkait masalah ini] menipu" dan bahwa orang-orang Palestina "tidak jatuh ke dalam perangkap" tindakan polisi baik Amerika dan Israel. .

Haniyeh menekankan, dalam sebuah wawancara untuk Anadolu Agency Turki pada tanggal 21 April, bahwa “jika musuh memutuskan untuk pergi ke Rafah, rakyat kami tidak akan mengibarkan bendera putih, dan perlawanan siap untuk mempertahankan diri.”

(oln/tc/almydn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas