Israel Mendirikan Pos Pemeriksaan, Halangi Pria Palestina untuk Keluar dari Rafah Sebelum Diserang
Israel mendirikan pos pemeriksaan menghalangi pria Palestina keluar dari Rafah. Israel sedang membangun sistem pos yang melarang laki-laki keluar.
Penulis: Muhammad Barir

Kerabat dari banyak pria yang difoto mengenali mereka dan mengatakan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan Hamas. Militer Israel kemudian dituduh membuat rekaman pria yang menyerahkan senjata.
“Israel menganggap setiap laki-laki adalah pejuang Hamas sampai terbukti sebaliknya,” kata Abbas Dahouk, mantan penasihat militer senior di Departemen Luar Negeri dan atase militer di Timur Tengah kepada Middle East Eye.
"Ini bukan langkah yang tepat. Penjagaan Rafah adalah tugas berat dan merupakan sebuah keberuntungan yang memisahkan ayah dan anak dari keluarga mereka."
Pembicaraan gencatan senjata dilakukan secara langsung
Persiapan Israel untuk melakukan serangan terjadi pada saat yang sama ketika Israel melanjutkan perundingan gencatan senjata dengan Hamas. Delegasi dari Hamas akan mengunjungi Mesir pada hari Senin untuk negosiasi lebih lanjut.
Amerika, PBB, negara-negara Eropa dan negara-negara Arab berupaya mencegah serangan di Rafah, yang menurut para pekerja bantuan dan diplomat dapat memicu bencana kemanusiaan dan potensi krisis pengungsi.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Senin mendesak Hamas untuk menerima tawaran gencatan senjata terbaru Israel yang ia gambarkan sebagai “luar biasa, luar biasa murah hati.”
“Saat ini, satu-satunya penghalang bagi rakyat Gaza dan gencatan senjata adalah Hamas,” kata Blinken di Riyadh pada Forum Ekonomi Dunia.
“Mereka harus mengambil keputusan – dan mereka harus mengambil keputusan dengan cepat,” kata Blinken, mengacu pada ancaman Israel untuk menyerang Rafah.
Di Riyadh, Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan dan Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani.
Baik Qatar maupun Turki mempertahankan hubungan dengan Hamas, dimana Hamas menjadi tuan rumah bagi kepemimpinan politik kelompok tersebut atas permintaan Washington. Mesir, yang berbatasan dengan Rafah dan lembaga keamanannya berbicara langsung dengan sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, juga melakukan mediasi.
MEE menghubungi Gedung Putih dan kedutaan Israel di Washington untuk memberikan komentar mengenai cerita ini, namun tidak ada yang menanggapi hingga berita ini diterbitkan.
Hamas Serukan Gencatan Senjata Permanen
Israel telah menawarkan gencatan senjata selama 40 hari kepada Hamas dan pemulangan ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel dengan imbalan sandera. Mereka juga telah mengurangi tuntutannya agar setidaknya 40 sandera yang ditahan di Gaza dibebaskan, dan jumlah baru yang diminta adalah 33 sandera.
Namun Hamas menyerukan gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel dari Gaza dan pemulangan warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke rumah mereka. Poin penting dalam perundingan ini adalah tuntutan Hamas agar keluarga-keluarga Palestina tidak dipisahkan saat kembali ke rumah mereka.
Ketika perundingan gencatan senjata berlarut-larut, Israel meningkatkan ancamannya untuk menyerang Rafah, tempat empat batalyon Hamas ditempatkan. Ketika ancaman serangan Israel meningkat, Hamas juga merilis lebih banyak video penyanderaan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.