Sosok Gustavo Petro, Presiden Kolombia yang Disanjung Hamas Tapi Dimaki Israel: Mantan Gerilyawan
Hamas sangat menghargai posisi Presiden Kolombia Petro, yang berani mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan entitas pendudukan.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Ia menang melawan Rodolfo Hernandez pengusaha kaya raya usai masa-masa kampanye yang tegang.
Namun, 10,5 juta orang dari 50 juta populasi Kolombia menentang pemilihan Gustavo Petro di putaran kedua.
Artinya, jalan pemerintahannya ke depan mungkin tidak akan mudah.
"Harus dipahami dengan baik bahwa banyak orang tidak ingin Petro menjadi presiden," kata Sergio Guzman presiden konsultan Analisis Risiko Kolombia kepada AFP.
Sosok Revolusioner
Gustavo Petro adalah wali kota Bogota pada 2012-2015 yang diwarnai berbagai kontroversi.
"Temperamennya sangat terburu-buru dan otoriter, dan ketika dia bersikeras untuk melaksanakan proposalnya ... dia tidak tahu bagaimana membujuk berbagai sektor untuk mempraktikkannya," ungkap Daniel Garcia-Pena penasihat Gustavo Petro saat itu.
Gustavo Petro juga mendapat banyak kritik sebagai wali kota atas rencana menasionalisasi pengumpulan sampah yang berujung kacau.
Sebagai sosok "revolusioner" bagi warga terpinggirkan--orang kulit hitam dan Pribumi, orang miskin dan muda--Gustavo Petro berjanji untuk mengatasi kelaparan dan ketidaksetaraan.
Ini adalah pemilihan presiden ketiga yang dia ikuti sebagai capres Kolombia.
"Dia percaya itu takdirnya ... bahwa dia satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Kolombia," kata seorang sumber yang dekat dengan presiden terpilih tersebut.
Ayah enam anak ini dipandang sebagai orator yang baik, meski belum tentu karismatik.
Dia sangat menyukai peta dan sering menggunakan media sosial.
Lahir dari keluarga sederhana di pantai Karibia Kolombia, Petro menganut politik kiri saat remaja setelah kudeta tahun 1973 di Chile menggulingkan presiden Salvador Allende yang Marxis.
Dia bergabung dengan kelompok gerilya perkotaan M-19 saat berusia 17 tahun, tetapi setelah itu bersikeras bahwa perannya dalam dekade perang saudara di Kolombia adalah di balik layar, tidak pernah menjadi prajurit.
Gustavo Petro ditangkap oleh militer pada 1985 dan mengaku disiksa kemudian menghabiskan hampir dua tahun di penjara atas tuduhan senjata.
Dia lalu dibebaskan dan M-19 menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintah pada 1990. Sejak itu Gustavo Petro menjabat sebagai legislator majelis rendah, senator, dan wali kota.
(oln/khbrn/kmps/*)