Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ratusan Ribu Ikan Mati akibat Gelombang Panas di Vietnam, Waduk Seluas 300 Hektar Dipenuhi Bangkai

Ratusan ribu ikan mati di Vietnam di tengah cuaca panas terik di wilayah Asia.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Ratusan Ribu Ikan Mati akibat Gelombang Panas di Vietnam, Waduk Seluas 300 Hektar Dipenuhi Bangkai
AFP
Seorang nelayan mengumpulkan ikan mati akibat pekerjaan renovasi dan kondisi cuaca panas yang sedang berlangsung dari waduk di provinsi Dong Nai, Vietnam selatan 

TRIBUNNEWS.COM - Ratusan ribu ikan mati di waduk di Vietnam karena berkurangnya permukaan air di tengah gelombang panas parah di negara tersebut.

Pemandangan ikan-ikan yang mati menyelimuti hampir seluruh waduk Song May seluas 300 hektar yang terletak di provinsi Dong Nai minggu ini.

Hampir tidak ada air yang terlihat, Independent melaporkan.

Setidaknya 200 ton ikan mungkin mati dalam beberapa hari terakhir, menurut media lokal.

Vietnam sedang bergulat dengan cuaca panas ekstrem, sama seperti wilayah Asia Tenggara dan Selatan lainnya, di mana tidak ada curah hujan selama berminggu-minggu.

Laporan media lokal menyalahkan suhu yang sangat panas dan kesalahan pengelolaan bendungan sebagai penyebab kematian massal ikan-ikan tersebut.

Ketinggian air di waduk telah menurun dalam beberapa minggu terakhir.

BERITA TERKAIT

Pengelola waduk sebelumnya mengalirkan air untuk mencoba menyelamatkan tanaman di hilir, namun upaya mereka sia-sia.

Nelayan mengumpulkan ikan yang mati di sebuah waduk di Vietnam
Nelayan mengumpulkan ikan yang mati di sebuah waduk di Vietnam (AFP)

Perusahaan yang bertanggung jawab mengelola waduk tersebut mulai melakukan pengerukan pada awal tahun 2024.

Mereka berencana untuk melepaskan air tambahan ke dalam waduk untuk ikan dan untuk membersihkan sedimen dan puing-puing.

Namun, karena suhu terus meningkat, perusahaan memutuskan untuk membuang air yang telah dikeruk dari waduk ke daerah hilir alih-alih mengembalikannya ke waduk, sehingga menyebabkan permukaan air turun, menurut surat kabar Tuoi Tre.

Baca juga: Tak Hanya Dilanda Perang, Warga Gaza Juga Menderita karena Cuaca Panas, Sampah Menumpuk dan Serangga

“Akibatnya, ikan-ikan mati secara massal,” lapor surat kabar tersebut.

Warga mengatakan bau dari waduk akibat bangkai ikan sangat menyengat.

“Hidup kami 'kacau' selama 10 hari terakhir karena baunya,” kata seorang penduduk lokal bernama Nghia di distrik Trang Bom, kepada AFP.

Foto-foto penampakan waduk yang keruh dan dipenuhi bangkai ikan, beredar di media sosial.

Di Provinsi Dong Nai saja, suhu melonjak hingga 40 derajat Celsius, memecahkan rekor yang dicapai dua dekade lalu.

Negara-negara Asia Tenggara dan Selatan sedang mengalami gelombang panas dengan kondisi yang sangat panas sehingga mendorong tindakan darurat di seluruh wilayah.

“Ribuan rekaman dicatat di seluruh Asia, dan ini merupakan peristiwa paling ekstrem dalam sejarah iklim dunia,” tulis sejarawan cuaca Maximiliano Herrera di X.

Negara tetangga Vietnam, Kamboja, juga menghadapi tantangan serupa karena suhu udara diperkirakan akan mencapai 43 derajat Celcius.

Hal ini mendorong Perdana Menteri Hun Manet untuk memerintahkan tindakan pencegahan, termasuk kemungkinan penutupan sekolah dan rencana darurat kekurangan air.

Analisis cuaca di Asia
Analisis cuaca di Asia (Screenshot Twitter)

Di Thailand, situasinya tidak kalah mengerikannya.

Penggunaan listrik melonjak ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya karena suhu di Provinsi Udon Thani melonjak hingga lebih dari 44 derajat Celcius.

Di Filipina, sisa-sisa kota kuno berusia 300 tahun yang terendam air, kini telah terlihat selama berhari-hari karena permukaan air di bendungan menurun.

Kondisi yang sangat panas ini telah memaksa pihak berwenang untuk menerapkan langkah-langkah untuk menjaga kesehatan masyarakat.

Jadwal sekolah disesuaikan untuk meminimalkan paparan terhadap panas terik di siang hari.

Baca juga: Banjir di Kenya: Lebih dari 170 Orang Meninggal, Kelompok HAM Sebut Pemerintah Kurang Tanggap

Filipina menggelar secara online sementara Bangladesh meliburkan siswanya.

Sementara itu di India, setidaknya sembilan kematian dilaporkan akibat dugaan serangan panas di tengah pemilu nasional yang sedang berlangsung.

Organisasi internasional memperingatkan tahun 2024 bisa menjadi tahun yang sangat panas dan dapat memecahkan rekor tahun lalu yang merupakan rekor terpanas sejauh ini.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas